Kisah Penangkapan Anggota DPR Fraksi Hanura, Dewie Yasin Limpo
https://kabar22.blogspot.com/2015/10/kronologis-penangkapan-anggota-dpr.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Ada-ada saja hal yang dilakukan para pelaku korupsi
untuk mengelabui para penegak hukum. Bahkan, cara yang tak terduga pun
dilakukan agar bisa terhindar dari pantauan penegak hukum.
Seperti yang dilakukan bos PT Abdi Bumi Cendrawasih, Setiadi yang memberikan uang suap untuk anggota komisi VII DPR, Dewie Yasin Limpo untuk pengurusan pembahasan anggaran pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Papua. Setiadi membungkus uang suap senilai Rp 1,7 miliar dalam sebuah bungkus keripik singkong warna hijau yang biasa beredar di pasaran.
Menurut
sumber detikcom di KPK saat berbincang pada Jumat (23/10/2015)
dinihari, keputusan untuk membungkus uang suap dalam bungkus keripik
singkong itu memerlukan proses pembahasan yang panjang. Ada beberapa
kali pertemuan antara Dewie Yasin Limpo dan Setiadi guna membahas
besaran uang dan cara penyerahan.
Awalnya, adik Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo itu meminta uang sebesar 10 persen dari nilai total proyek sebesar Rp 50 miliar untuk memuluskan pembahasan anggaran pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Kabupaten Deiyai, Papua. Namun, Setiadi keberatan dan hanya menyanggupi memberikan fee 7 persen untuk Dewie.
Mantan
politisi Hanura itupun akhirnya setuju, dengan meminta DP 50 persen
dibayar di awal. Dewie meminta DP sebesar Rp 1,7 miliar diberikan pada
hari Selasa (20/10).
Setiadi menyanggupi dan mengatakan akan memberikan uang dalam bentuk rupiah. Namun, Dewie langsung menolak dan meminta agar uang ditukar dengan dollar Singapura agar lebih tipis.
Selain itu, Dewie juga meminta agar uang senilai 177.700 dollar Singapura itu dibungkus menggunakan bungkusan keripik singkong dan dimasukkan ke kantor plastik. Proses penyerahan uang selanjutnya akan diurusi sekretaris pribadi Dewie, Rinelda.
Rinelda langsung mengatur janji dengan pihak pemberi suap untuk melakukan transaksi. Agar percakapannya tak terlacak, Rinelda menghubungi Setiadi menggunakan 5 telepon genggam yang berbeda.
Tak sampai di situ, Rinelda juga punya cara untuk mengelabui penegak hukum. Transaksi yang seharusnya dilakukan di Restoran Bakmi Naga di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Selasa, tiba-tiba batal.
Rinelda
yang sudah sampai di Restoran Bakmi Naga bukannya masuk ke restoran
yang di dalamnya sudah berada Setiadi, Harry, dan Iranius selaku Kepala
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Deiyai, Papua. Rinelda malah
tancap gas keluar dari kawasan Kelapa Gading hingga ke Cempaka Putih.
Tim KPK pun tak hilang akal, tim langsung membuntuti Rinelda dan Setiadi Cs. Hingga akhirnya, sespri Dewie dan para pihak penyuap sepakat bertemu di Restoran Baji Pamai yang juga berada di Kelapa Gading.
Proses penyerahan uang senilai Rp 1,7 miliar pun dilakukan dengan cepat. Tim KPK sempat ragu, karena tidak melihat adanya uang yang diserahkan. Namun, tim lain yang juga melakukan pemantauan memastikan sudah terjadi penyerahan uang.
Keempat orang itu berada di restoran hanya sekitar 15 menit, tepat pukul 17.45 WIB, Rinelda dkk keluar dari restoran. Petugas KPK yang sudah melakukan pengejaran selama lima jam langsung bergerak cepat. Tim langsung menyergap keempat orang beserta sopir rental dan ajudan Setiadi di depan Restoran Baji Pamai.
Dari tangan Rinelda, penyelidik KPK menemukan adanya satu kantor plastik putih. Di dalamnya, ada bungkusan keripik yang berisi uang dalam pecahan dollar Singapura berjumlah 177.700 atau sekitar Rp 1,7 miliar.
Setelah itu, tim KPK langsung melakukan penangkapan terhadap Dewie Yasin Limpo di terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Saat ditangkap, Dewie sedang akan masuk ke pesawat menuju Makassar bersama staf khususnya, Bambang Wahyu Hadi.
Dewie membantah telah menerima suap sebesar Rp 1,7 miliar untuk pembahasan anggaran pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Deiyai Papua. Menurutnya, dia sama sekali tak pernah melihat wujud uang suap dan sama sekali tak tahu proses penyuapan. (bin/dtc/kmps)
Seperti yang dilakukan bos PT Abdi Bumi Cendrawasih, Setiadi yang memberikan uang suap untuk anggota komisi VII DPR, Dewie Yasin Limpo untuk pengurusan pembahasan anggaran pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Papua. Setiadi membungkus uang suap senilai Rp 1,7 miliar dalam sebuah bungkus keripik singkong warna hijau yang biasa beredar di pasaran.
Foto: Hasan Alhabshy/detikcom
|
Awalnya, adik Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo itu meminta uang sebesar 10 persen dari nilai total proyek sebesar Rp 50 miliar untuk memuluskan pembahasan anggaran pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Kabupaten Deiyai, Papua. Namun, Setiadi keberatan dan hanya menyanggupi memberikan fee 7 persen untuk Dewie.
Foto: Hasan Alhabshy/detikcom
|
Setiadi menyanggupi dan mengatakan akan memberikan uang dalam bentuk rupiah. Namun, Dewie langsung menolak dan meminta agar uang ditukar dengan dollar Singapura agar lebih tipis.
Selain itu, Dewie juga meminta agar uang senilai 177.700 dollar Singapura itu dibungkus menggunakan bungkusan keripik singkong dan dimasukkan ke kantor plastik. Proses penyerahan uang selanjutnya akan diurusi sekretaris pribadi Dewie, Rinelda.
Rinelda langsung mengatur janji dengan pihak pemberi suap untuk melakukan transaksi. Agar percakapannya tak terlacak, Rinelda menghubungi Setiadi menggunakan 5 telepon genggam yang berbeda.
Tak sampai di situ, Rinelda juga punya cara untuk mengelabui penegak hukum. Transaksi yang seharusnya dilakukan di Restoran Bakmi Naga di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Selasa, tiba-tiba batal.
Foto: Hasan Alhabshy/detikcom
|
Tim KPK pun tak hilang akal, tim langsung membuntuti Rinelda dan Setiadi Cs. Hingga akhirnya, sespri Dewie dan para pihak penyuap sepakat bertemu di Restoran Baji Pamai yang juga berada di Kelapa Gading.
Proses penyerahan uang senilai Rp 1,7 miliar pun dilakukan dengan cepat. Tim KPK sempat ragu, karena tidak melihat adanya uang yang diserahkan. Namun, tim lain yang juga melakukan pemantauan memastikan sudah terjadi penyerahan uang.
Keempat orang itu berada di restoran hanya sekitar 15 menit, tepat pukul 17.45 WIB, Rinelda dkk keluar dari restoran. Petugas KPK yang sudah melakukan pengejaran selama lima jam langsung bergerak cepat. Tim langsung menyergap keempat orang beserta sopir rental dan ajudan Setiadi di depan Restoran Baji Pamai.
Dari tangan Rinelda, penyelidik KPK menemukan adanya satu kantor plastik putih. Di dalamnya, ada bungkusan keripik yang berisi uang dalam pecahan dollar Singapura berjumlah 177.700 atau sekitar Rp 1,7 miliar.
Setelah itu, tim KPK langsung melakukan penangkapan terhadap Dewie Yasin Limpo di terminal 2F Bandara Soekarno Hatta. Saat ditangkap, Dewie sedang akan masuk ke pesawat menuju Makassar bersama staf khususnya, Bambang Wahyu Hadi.
Dewie membantah telah menerima suap sebesar Rp 1,7 miliar untuk pembahasan anggaran pembangunan pembangkit listrik micro hydro di Deiyai Papua. Menurutnya, dia sama sekali tak pernah melihat wujud uang suap dan sama sekali tak tahu proses penyuapan. (bin/dtc/kmps)