Trah Soeharto 'Come Back' akan Ambil Alih Kendali Partai Golkar


JAKARTA, BLOKBERITA -- Keluarga Cendana turun ‘gunung’ ingin membantu mendinginkan konflik Golkar yang membelah partai menjadi dua antara kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Lewat tangan ‘Pangeran Cendana’ Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra-putri mendiang Presiden Soeharto memulai manuver politik mereka di internal Golkar.

Tommy dan kakaknya, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Soeharto, berinisiatif bertemu Aburizal untuk membahas kisruh Golkar. Ical dan petinggi kubunya pun datang langsung ke Gedung Granadi, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, yang menjadi kantor Titiek dan Tommy.

“ Kami dari keluarga prihatin kenapa Golkar yang berkiprah begitu besar, begitu lama, ada yang menunggangi dan akhirnya memanfaatkan konflik Golkar untuk kepentingan seseorang,” kata Titiek di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4). Sayangnya dia tak menyebut siapa yang menurut dia menunggangi Golkar itu.

“ Ada suara dari daerah-daerah mengatakan, ‘Keluarga Pak Harto saja yang ambil alih (Golkar),’” ujar Titiek. Ia enggan menyebut daerah mana saja yang ia maksud, dan ada berapa banyak suara senada.

Titiek mengatakan saat ini sudah sulit untuk menyatukan kubu-kubu yang berkonflik di Golkar. Namun ia tetap berharap pertikaian partai beringin bisa selesai secara damai.

Secara terpisah, Ketua Dewan Pertimbangan Golkar kubu Agung, Akbar Tandjung, mengatakan Tommy ingin ada jalan keluar win-win solution bagi kubu berseteru di Golkar. Salah satu caranya adalah dengan menggelar Musyawarah Nasional Golkar bersama kedua kubu seperti yang diamanatkan Mahkamah Partai Golkar.

Rival Tommy

Manuver Tommy Soeharto di internal Partai Golkar belakangan ini bisa jadi merupakan upayanya menduduki kursi Ketua Umum Golkar lewat Musyawarah Nasional Luar Biasa yang diamanatkan Mahkamah Partai Golkar digelar bersama antara kubu Agung Laksono dan Aburizal Bakrie pada 2016.

Bulan April ini setidaknya ada dua langkah politik penting yang diambil Tommy. Pertama, bertemu Ketua Umum Golkar Munas Ancol Aburizal Bakrie dan petinggi kubunya. Kedua, mengumpulkan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Golkar I tingkat provinsi se-Indonesia di kediamannya.

“ Sah saja menghimpun kekuatan di internal Golkar untuk mencari dukungan. Terlebih tampaknya Munas Golkar Oktober 2016 akan menjadi awal bagi munculnya tokoh-tokoh muda pemimpin Golkar. Tommy boleh jadi ada hasrat dan sedang merintis jalan ke sana,” kata kader Golkar Indra Piliang, Kamis (23/4).

Apabila Munas Luar Biasa Golkar jadi digelar bersama kedua kubu pada 2016, maka Indra memprediksi Tommy berpotensi punya penantang dari sesama generasi muda. Mereka yang selama ini menyikapi konflik Golkar dengan kalem pun amat mungkin maju ke muka demi menyelamatkan partai beringin – persis seperti alasan Tommy.

“ Ada sejumlah alternatif tokoh muda yang berpotensi maju menjadi calon ketua umum. Selain Tommy, patut diperhitungkan pula Hajriyanto Y. Thohari, Erwin Aksa, Airlangga Hartarto, Zaunudin Amali, Agus Gumiwang Kartasasmita, Ade Komarudin, Priyo Budi Santoso. Nama-nama itu bisa jadi magnet,” ujar Indra.

Politikus kelahiran Pariaman, Sumatera Barat itu berpendapat nama-nama tersebut punya peluang untuk memimpin Golkar. Menurutnya, sejak dulu Golkar memang memiliki deretan figur kompeten. “ Tinggal mereka punya ambisi memimpin Golkar atau tidak, menyiapkan tim sukses atau tidak,” kata Indra.

Khusus untuk Erwin Aksa, ujar Indra, pertanyaannya ialah apakah dia mau terjun ke politik atau masih ingin fokus pada bisnisnya. Erwin yang kader Golkar merupakan kerabat Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI yang juga mantan Ketua Umum Golkar. Namun hingga kini Erwin lebih aktif mengurusi perusahaan yang ia pegang.

Tommy yang mengincar posisi Ketua Umum Golkar, telah berpengalaman maju memperebutkan kursi Golkar 1 pada Munas Riau 2009. Saat itu ada empat kandidat yang maju, yakni Tommy, Yuddy Chrisnandi, Surya Paloh, dan Aburizal Bakrie.

“ Saya waktu itu manajer kampanye Yuddy. Perolehan suara Yuddy dan Tommy pada Munas Riau sama, nol. Mereka lolos menjadi calon ketua umum tapi tak dapat suara,” kata Indra. Pemenang Munas Riau adalah Aburizal Bakrie yang kini berseteru dengan Agung Laksono.

Justiani, mantan Ketua Tim Sukses Tommy di Munas Riau, mengatakan sejak awal sadar peluang Tommy menang amat kecil. Penyebabnya, saat itu Tommy baru sebulan bebas dari Nusakambangan setelah dipidana atas kasus hukum yang sempat menjeratnya, dan waktu menyiapkan diri menuju Munas amat mepet.

Namun Tommy, menurut Justiani, menuruti permintaan sejumlah pengurus Golkar daerah yang ingin dia maju. Akhirnya Tommy pun kalah. Namun itu enam tahun lalu. Bila Tommy kini hendak maju lagi, kondisinya belum tentu sama.

Satu hal yang jelas, ujar Justiani, Tommy sudah sejak lama punya niat untuk berkiprah aktif di dunia politik lewat Golkar. Ia menganggap Golkar sebagai partai warisan sang ayah yang eksistensinya harus dijaga.

Tommy Bukan Unggulan

Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Munas Bali, Akbar Tandjung, menyatakan Golkar bukan partai dinasti sehingga trah Soeharto dalam diri Hutomo Mandala Putra alias Tommy tak bakal jadi keuntungan bagi putra bungsu mendiang Presiden Soeharto itu andai ia maju menjadi calon Ketua Umum Golkar.

“ Reformasi telah membawa perubahan mendasar bagi Golkar. Soal trah sudah tidak relevan dimasukkan dalam konteks Golkar. Ada cut-off  dari era Orde Baru ke era Reformasi,” kata Akbar di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4).

 Mantan Ketua Umum Golkar yang menulis buku ‘The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi’ itu mengatakan paradigma perjuangan baru Golkar membuat siapa pun kader partai beringin berhak dan punya peluang untuk menjadi ketua umum, tak peduli dia keturunan siapa atau berlatar belakang apa.

“ Jadi bisa saja Tommy maju lagi dalam bursa pencalonan Ketua Umum Golkar. Tapi status Tommy sebagai anak Soeharto tak jadi keunggulan,” ujar Akbar.

Akbar lantas menyebutkan nama-nama Ketua Umum Golkar pasca reformasi: Akbar Tandjung (periode 1999-2004), Jusuf Kalla (2004-2009), dan Aburizal Bakrie (2009-2014). Dari deretan nama itu, kata Akbar, tak ada satu pun yang berkerabat dengan Soeharto, presiden kedua RI yang juga penasihat Golkar semasa Orde Baru.

“ Itu membuktikan (kursi ketua umum) Golkar terbuka bagi siapa pun yang tidak memiliki hubungan dengan Pak Harto,” kata Akbar.

Jika Musyawarah Nasional Luar Biasa Golkar jadi digelar Oktober 2016 seperti amanat Mahkamah Partai Golkar dan Tommy mencalonkan diri menjadi ketua umum, maka itu bukan kali pertama sang Tommy Soeharto maju bertarung berebut kursi Golkar 1.

Ia telah punya pengalaman menjadi kandidat Ketua Umum Golkar pada Munas Golkar 2009 di Riau. Ketika itu ia maju bersama Surya Paloh, Aburizal Bakrie, dan Yuddy Chrisnandi. Namun dia dan Yuddy langsung tersingkir karena tidak memperoleh satu pun suara. Pertarungan akhirnya dimenangkan Aburizal alias Ical.

Justiani, mantan Ketua Tim Sukses Tommy di Munas Riau, mengatakan sejak awal sadar peluang Tommy menang amat kecil. Sebab saat itu Tommy baru sebulan bebas dari Nusakambangan setelah dipidana atas kasus hukum yang sempat menjeratnya, dan waktu menyiapkan diri menuju Munas amat mepet.

Meski gagal, Tommy setidaknya telah tahu seluk-beluk pertarungan politik partai. Belakangan ini dia pun kembali gencar melakukan manuver politik, misalnya bertemu Ical dan petinggi kubu Munas Ancol serta mengumpulkan Dewan Pimpinan Daerah I Golkar tingkat provinsi se-Indonesia.

Elza Syarief, orang kepercayaan Tommy selama 20 tahun terakhir, mengatakan Tommy beberapa kali melontarkan pernyataan serupa di saat senggang. “Dia ingin jika masuk lagi ke Golkar dan diminta memimpin Golkar, itu bukan karena pertimbangan uang yang ia punya, tapi karena Golkar memang butuh dia,” ujar pengacara kondang itu.

Bukan rahasia bahwa Golkar memiliki banyak kader pengusaha. Dua Ketua Umum Golkar sesudah Akbar Tandjung –Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie – berasal dari kalangan pengusaha. Modal para kader pebisnis itu juga yang selama ini ikut membangun dan mempertahankan eksistensi Golkar sebagai partai besar.



Lewat Munaslub

Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai menyatakan, satu-satunya jalan bagi Tommy Soeharto untuk masuk dan jadi ketua umum adalah jika dia menang dalam Munaslub Golkar. “Mau lewat jalan mana lagi? Satu-satunya ya lewat Munaslub. Tak ada yang lain,” kata dia kepada pers, Kamis (23/4).

Hal serupa, ungkap Yorrys, sebenarnya sudah pernah dilakukan di Munas Riau 2009 lalu. Tommy Soeharto maju menjadi salah satu calon ketua umum Golkar. Majunya Tommy waktu itu, ungkap Yorrys, memancing para kader-kader muda Golkar untuk maju meramaikan bursa calon ketua umum. “ Jadi itu sangat bisa dilakukan,” ungkapnya.

Menurut dia, saat ini sudah sulit bagi kedua kubu di Golkar untuk melakukan manuver politik. Dia menuding, kubu Aburizal Bakrie sebagai penyebabnya. Yorrys bercerita, sejak Partai Golkar berkonflik, tim penyelamat partai yang salah satunya motornya dia, sudah melakukan silaturahmi ke para sesepuh, senior partai. Itu dilakukan dalam rangka meminta nasehat, pendapat saran bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik ini. “Semua menyarankan diselesaikan saja secara politik, bukan hukum.”

Penyelesaian secara politik dipilih karena sesuai dengan UU Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik. Dalam undang-undang itu disebutkan, jika partai berkonflik diselesaikan oleh mahkamah partai, sehingga urusan rumah tangga partai diselesaikan sendiri. Tetapi kubu Ical, tuding Yorrys, membuat persoalan jadi lebih pelik dengan membawa itu ke penyelesaian secara hukum. “Kalau sudah begitu, ya kita tunggu saja putusan pengadilan,” ujarnya.

Soal pertemuan antara Tommy Soeharto dengan Aburizal Bakrie, Yorrys menilainya sebagai hal yang wajar saja. Dia menyebut, pertemuan itu mungkin terjadi karena kakak Tommy, Titiek Soeharto adalah pengurus DPP Golkar Munas Bali. Tetapi dia menyebut, pertemuan itu tidak akan membawa banyak pengaruh buat penyelesaian konflik Golkar. “Dalam kapasitas apa Mas Tommy bertemu dengan Pak Ical terkait Golkar?,” tuturnya.

Padahal menurut dia, jika kubu Ical memilih untuk menyelesaikan ini secara politik, pertemuan itu akan menjadi penting. Pasalnya, dalam SK Menhkumham yang mengesahkan kepengurusan Agung Laksono, sebut Yorrys, disebutkan bahwa kubu Agung harus merangkul kubu Ical secara selektif dan terukur untuk kemudian melakukan konsolidasi. Puncak konsolidasi adalah dengan digelarnya Munaslub Golkar selambat-lambatnya Oktober 206 nanti. “ Tapi kan mereka milih jalur hukum,” tegasnya.

Sejauh ini, ungkap Yorrys, belum ada rencana kubu Agung akan melakukan pertemuan dengan Tommy Soeharto. Dia juga mengaku belum mendengar kabar jika ada salah satu petinggi Golkar kubu Munas Jakarta telah mengadakah pertemuan dengan Tommy Soeharto. Jika pertemuan itu pun nanti jadi digelar, Yorrys menyebut hanya akan silaturahmi semata sebagai sesama kader Golkar.

[ Cnnind / bbcom / mrhill ]
View

Related

POLITIK 28174608368567185

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item