Prospek Emas di Tahun Monyet
https://kabar22.blogspot.com/2016/01/prospek-emas-di-tahun-monyet.html
BLOKBERITA -- Berinvestasi di emas hanya mengharapkan pelemahan rupiah. Kalau begitu mending beli dolar AS.
Banyak orang bilang investasi paling aman adalah berinvestasi di emas. Saking amannya sampai ada adagium berinvestasi dalam emas merupakan investasi save heaven. Nyatanya, dalam beberapa tahun ini harga emas longsor terus.
Tahun 2011 harga emas sempat menyentuh US$ 1.855 per troy ounce – 1 troy ounce = 31,103 gram – akhir tahun 2015, harga emas tinggal US$ US$ 1.061 per troy ounce. Artinya dalam waktu 4 tahun harga emas tergerus 43,6%. Kenyataan tersebut membuat adagium berinvestasi dalam emas investasi save heaven runtuh.
Turunnya harga emas bukan disebabkan oleh permintaan atau produksi. Lihat saja, tidak ada perubahan berarti baik dari permintaan dan produksi emas sejak tahun 2011-2014. Tapi, turunnya harga emas disebabkan oleh menguatnya dolar AS.
Sejak ada tanda-tanda perekonomian Amerika Serikat membaik – setelah dihantam krisis finansial tahun 2008 – dolar AS mulai menguat. Karena satuan perdagangan emas dalam dolar AS, Akibatnya harga emas dalam tekanan.
Seperti kita ketahui, untuk menyembuhkan hancurnya ekonomi AS akibat krisis finasial tahun 2008, The Fed mengeluarkan kebijakan bernama quantitative easing (QE). Program QE adalah suatu program menukar obligasi jangka panjang dengan obligasi jangka pendek. Tujuan dari program QE adalah untuk menambah pasokan dolar AS. The Fed berharap dengan bertambahnya pasokan dolar AS, permintaan dalam negeri AS akan meningkat. Ujungnya, perekonomian AS membaik.
Tapi, bertambahnya pasokan dolar AS juga menyebabkan menguatnya komoditas yang diperdagangkan dalam satuan dolar AS. Karena ekonomi AS mulai membaik di tahun 2012, tanda-tanda The Fed menghentikan program QE mulai terlihat.
Seperti biasa, pasar komoditas selalu mendahului kabar di depan. Kontan saja, harga emas terus menurun. Dan benar, akhirnya bulan Oktober 2014, The Fed resmi mengumumkan menghentikan program QE.
Celakanya, The Fed bukan hanya menghentikan program QE, tapi mulai ancang-ancang akan menaikkan suku bunga acuannya. Lagi-lagi harga emas mendapatkan sentimen negatif. Akhir tahun 2015, The Fed menaikkan suku bunga acuannya. Artinya, ini merupakan pertama kali The Fed menaikan suku bunga acuan AS sejak Juni 2006.
Melihat gelagat terus membaiknya ekonomi AS, diperkirakan The Fed tahun ini akan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Mungkin antara 50 bps-75 bps. Melihat gelagat itu, sulit rasanya harga emas membaik. Bahkan bukan tidak mungkin harga emas bisa terus turun.
Untuk orang Indonesia bisa saja penurunan emas di set off dengan melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Artinya berinvestasi di emas hanya mengharapkan pelemahan rupiah. Kalau begitu mending beli dolar AS. (Inrev.)
Banyak orang bilang investasi paling aman adalah berinvestasi di emas. Saking amannya sampai ada adagium berinvestasi dalam emas merupakan investasi save heaven. Nyatanya, dalam beberapa tahun ini harga emas longsor terus.
Tahun 2011 harga emas sempat menyentuh US$ 1.855 per troy ounce – 1 troy ounce = 31,103 gram – akhir tahun 2015, harga emas tinggal US$ US$ 1.061 per troy ounce. Artinya dalam waktu 4 tahun harga emas tergerus 43,6%. Kenyataan tersebut membuat adagium berinvestasi dalam emas investasi save heaven runtuh.
Turunnya harga emas bukan disebabkan oleh permintaan atau produksi. Lihat saja, tidak ada perubahan berarti baik dari permintaan dan produksi emas sejak tahun 2011-2014. Tapi, turunnya harga emas disebabkan oleh menguatnya dolar AS.
Sejak ada tanda-tanda perekonomian Amerika Serikat membaik – setelah dihantam krisis finansial tahun 2008 – dolar AS mulai menguat. Karena satuan perdagangan emas dalam dolar AS, Akibatnya harga emas dalam tekanan.
Seperti kita ketahui, untuk menyembuhkan hancurnya ekonomi AS akibat krisis finasial tahun 2008, The Fed mengeluarkan kebijakan bernama quantitative easing (QE). Program QE adalah suatu program menukar obligasi jangka panjang dengan obligasi jangka pendek. Tujuan dari program QE adalah untuk menambah pasokan dolar AS. The Fed berharap dengan bertambahnya pasokan dolar AS, permintaan dalam negeri AS akan meningkat. Ujungnya, perekonomian AS membaik.
Tapi, bertambahnya pasokan dolar AS juga menyebabkan menguatnya komoditas yang diperdagangkan dalam satuan dolar AS. Karena ekonomi AS mulai membaik di tahun 2012, tanda-tanda The Fed menghentikan program QE mulai terlihat.
Seperti biasa, pasar komoditas selalu mendahului kabar di depan. Kontan saja, harga emas terus menurun. Dan benar, akhirnya bulan Oktober 2014, The Fed resmi mengumumkan menghentikan program QE.
Celakanya, The Fed bukan hanya menghentikan program QE, tapi mulai ancang-ancang akan menaikkan suku bunga acuannya. Lagi-lagi harga emas mendapatkan sentimen negatif. Akhir tahun 2015, The Fed menaikkan suku bunga acuannya. Artinya, ini merupakan pertama kali The Fed menaikan suku bunga acuan AS sejak Juni 2006.
Melihat gelagat terus membaiknya ekonomi AS, diperkirakan The Fed tahun ini akan kembali menaikkan suku bunga acuannya. Mungkin antara 50 bps-75 bps. Melihat gelagat itu, sulit rasanya harga emas membaik. Bahkan bukan tidak mungkin harga emas bisa terus turun.
Untuk orang Indonesia bisa saja penurunan emas di set off dengan melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Artinya berinvestasi di emas hanya mengharapkan pelemahan rupiah. Kalau begitu mending beli dolar AS. (Inrev.)