Kiamat dan Manipulasi Bursa Shanghai

BLOKBERITA -- Kepanikan bakal terjadi kembali di bursa Shanghai karena 'obat' dari bank sentral salah. Setelah mengalami panik jual, bursa Shanghai, dalam beberapa hari ini mengalami technical rebound. Salah satu penyebab membaiknya bursa Shanghai disebabkan campur tangan dari Bank Sentral Cina (PBOC). Tapi apakah campur tangan PBOC dapat terus menjaga bursa Shanghai dari penurunan ?

Bursa saham merupakan perkiraan masa depan ekonomi suatu negara. Perkiraan itu, tidak hanya berdasarkan indikator ekonomi dari dalam negeri saja, tapi juga indikator dan berita dari negara lain karena ekonomi sudah mengglobal.

Indikator ekonomi Cina bisa dibilang jelek. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan terendah dalam 25 tahun terakhir. Penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Cina adalah ekspor barang.

Akibatnya, Cina sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi global tahun ini diperkirakan kembali mengalami perlambatan, karena pertumbuhan Amerika Serikat tidak seperti yang diperkirakan dan pembayaran utang Yunani masih belum jelas hingga saat ini.

Dari dalam negeri sendiri, Cina sebenarnya juga sedang banyak dirundung masalah ekonomi. Usaha-usaha pemerintah dan PBOC untuk menggairahkan ekonomi mengalami kegagalan.

Repotnya, di tengah kelesuan ekonomi Cina justru bursa Shanghai dihargai sangat mahal. Bayangkan saja, Price Earning Ratio bursa Shanghai mencapai 44 kali, sedangkan rata-rata pertumbuhan laba perusahaan tidak sampai 1%. Suatu perbandingan yang tidak rasional.

Penyebab ketidakrasionalan itu adalah terlalu mudahnya investor mendapatkan fasilitas margin trading (fasiltas utang dari perusahaan efek kepada nasabah, dengan jaminan portofolio). Akibatnya, ketika harga saham turun, banyak investor terkena jual paksa. Ujungnya, harga saham bukan hanya turun tapi longsor.

Padahal, menurut dedengkot pasar modal, Benyamin Graham, harga saham cepat atau lambat akan mencerminkan nilai dari perusahaan tersebut. Artinya, akan selalu ada koreksi bila harga saham sudah tidak lagi mencerminkan nilai dari perusahaannya. Semakin tidak rasional harga saham, semakin besar koreksinya.

PBOC berusaha melindungi penurunan bursa Shanghai dengan cara menyediakan likuiditas kepada perusahaan sekuritas. Langkah PBOC sebenarnya, seperti dokter memberikan obat penurun panas kepada pasien yang terkena sakit radang.

Artinya, langkah PBOC hanya mengobati gejala (symptom) dari penyakit, bukan penyakitnya. Padahal, penyakit ekonomi Cina adalah kelesuan ekonomi dan ketidakrasionalan harga saham di bursa Shanghai. Karena bukan mengobati penyakitnya, langkah PBOC itu hanya akan menunda kiamat lanjutan di bursa Shanghai.    

[ Inrev / bbcom ]




Review.com -- Kepanikan bakal terjadi kembali di bursa Shanghai karena 'obat' dari bank sentral salah.
Setelah mengalami panik jual, bursa Shanghai, dalam beberapa hari ini mengalami technical rebound. Salah satu penyebab membaiknya bursa Shanghai disebabkan campur tangan dari Bank Sentral Cina (PBOC). Tapi apakah campur tangan PBOC dapat terus menjaga bursa Shanghai dari penurunan?
Bursa saham merupakan perkiraan masa depan ekonomi suatu negara. Perkiraan itu, tidak hanya berdasarkan indikator ekonomi dari dalam negeri saja, tapi juga indikator dan berita dari negara lain karena ekonomi sudah menglobal.
Indikator ekonomi Cina bisa dibilang jelek. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan terendah dalam 25 tahun terakhir. Penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Cina adalah ekspor barang.
Akibatnya, Cina sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi global tahun ini diperkirakan kembali mengalami perlambatan, karena pertumbuhan Amerika Serikat tidak seperti yang diperkirakan dan pembayaran utang Yunani masih belum jelas hingga saat ini.
Dari dalam negeri sendiri, Cina sebenarnya juga sedang banyak dirundung masalah ekonomi. Usaha-usaha pemerintah dan PBOC untuk menggairahkan ekonomi mengalami kegagalan.
Repotnya, di tengah kelesuan ekonomi Cina justru bursa Shanghai dihargai sangat mahal. Bayangkan saja, Price Earning Ratio bursa Shanghai mencapai 44 kali, sedangkan rata-rata pertumbuhan laba perusahaan tidak sampai 1%. Suatu perbandingan yang tidak rasional.
Penyebab ketidakrasionalan itu adalah terlalu mudahnya investor mendapatkan fasilitas margin trading (fasiltas utang dari perusahaan efek kepada nasabah, dengan jaminan portofolio). Akibatnya, ketika harga saham turun, banyak investor terkena jual paksa. Ujungnya, harga saham bukan hanya turun tapi longsor.
Padahal, menurut dedengkot pasar modal, Benyamin Graham, harga saham cepat atau lambat akan mencerminkan nilai dari perusahaan tersebut. Artinya, akan selalu ada koreksi bila harga saham sudah tidak lagi mencerminkan nilai dari perusahaannya. Semakin tidak rasional harga saham, semakin besar koreksinya.
PBOC berusaha melindungi penurunan bursa Shanghai dengan cara menyediakan likuiditas kepada perusahaan sekuritas. Langkah PBOC sebenarnya, seperti dokter memberikan obat penurun panas kepada pasien yang terkena sakit radang.
Artinya, langkah PBOC hanya mengobati gejala (symptom) dari penyakit, bukan penyakitnya. Padahal, penyakit ekonomi Cina adalah kelesuan ekonomi dan ketidakrasionalan harga saham di bursa Shanghai. Karena bukan mengobati penyakitnya, langkah PBOC itu hanya akan menunda kiamat lanjutan di bursa Shanghai.
- See more at: http://indonesianreview.com/daniel-rudi/kiamat-lanjutan-bursa-shanghai#sthash.BXIqC57i.dpuf
Review.com -- Kepanikan bakal terjadi kembali di bursa Shanghai karena 'obat' dari bank sentral salah.
Setelah mengalami panik jual, bursa Shanghai, dalam beberapa hari ini mengalami technical rebound. Salah satu penyebab membaiknya bursa Shanghai disebabkan campur tangan dari Bank Sentral Cina (PBOC). Tapi apakah campur tangan PBOC dapat terus menjaga bursa Shanghai dari penurunan?
Bursa saham merupakan perkiraan masa depan ekonomi suatu negara. Perkiraan itu, tidak hanya berdasarkan indikator ekonomi dari dalam negeri saja, tapi juga indikator dan berita dari negara lain karena ekonomi sudah menglobal.
Indikator ekonomi Cina bisa dibilang jelek. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, diperkirakan terendah dalam 25 tahun terakhir. Penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Cina adalah ekspor barang.
Akibatnya, Cina sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi global tahun ini diperkirakan kembali mengalami perlambatan, karena pertumbuhan Amerika Serikat tidak seperti yang diperkirakan dan pembayaran utang Yunani masih belum jelas hingga saat ini.
Dari dalam negeri sendiri, Cina sebenarnya juga sedang banyak dirundung masalah ekonomi. Usaha-usaha pemerintah dan PBOC untuk menggairahkan ekonomi mengalami kegagalan.
Repotnya, di tengah kelesuan ekonomi Cina justru bursa Shanghai dihargai sangat mahal. Bayangkan saja, Price Earning Ratio bursa Shanghai mencapai 44 kali, sedangkan rata-rata pertumbuhan laba perusahaan tidak sampai 1%. Suatu perbandingan yang tidak rasional.
Penyebab ketidakrasionalan itu adalah terlalu mudahnya investor mendapatkan fasilitas margin trading (fasiltas utang dari perusahaan efek kepada nasabah, dengan jaminan portofolio). Akibatnya, ketika harga saham turun, banyak investor terkena jual paksa. Ujungnya, harga saham bukan hanya turun tapi longsor.
Padahal, menurut dedengkot pasar modal, Benyamin Graham, harga saham cepat atau lambat akan mencerminkan nilai dari perusahaan tersebut. Artinya, akan selalu ada koreksi bila harga saham sudah tidak lagi mencerminkan nilai dari perusahaannya. Semakin tidak rasional harga saham, semakin besar koreksinya.
PBOC berusaha melindungi penurunan bursa Shanghai dengan cara menyediakan likuiditas kepada perusahaan sekuritas. Langkah PBOC sebenarnya, seperti dokter memberikan obat penurun panas kepada pasien yang terkena sakit radang.
Artinya, langkah PBOC hanya mengobati gejala (symptom) dari penyakit, bukan penyakitnya. Padahal, penyakit ekonomi Cina adalah kelesuan ekonomi dan ketidakrasionalan harga saham di bursa Shanghai. Karena bukan mengobati penyakitnya, langkah PBOC itu hanya akan menunda kiamat lanjutan di bursa Shanghai.
- See more at: http://indonesianreview.com/daniel-rudi/kiamat-lanjutan-bursa-shanghai#sthash.BXIqC57i.dpuf
View

Related

IHSG Tertekan Sepekan, Bakal Rebound Lagi

JAKARTA, BLOKBERITA —   Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak mixed pada perdagangan awal pekan ini, Senin (8/6/2015).Tim Riset Sinarmas Investment Research memprediksi ...

Prediksi Analis IHSG Pekan Depan

JAKARTA, BLOKBERITA -- Sepekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diwarnai dengan pelemahan sebesar 2,22%. Namun, pada penutupan bursa Jumat (5/6) IHSG menguat tipis 0,09% di level 5...

Bursa Saham di Wall Street Naik Didorong Data Ekonomi Positif AS

BLOKBERITA -- Saham-saham di Wall Street berakhir lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), menyusul serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang sebagian besar positif dan konfirmasi baru kebija...

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Ketum PPP, Romahurmuziy Terjaring OTT KPK di Jatim

BLOKBERITA, JAKARTA -- Ketua Umum PPP Romahurmuziy terkena operasi tangkap tangan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi. Seperti dikutip Antara, penangkapan dilakukan di Kantor Wilayah Kemente...

Ruang Kerja Menag dan Sekjen Kemenag di Segel KPK

BLOKBERITA, JAKARTA  -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyegel dua ruangan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019). Salah satu ruangan yang disegel adalah ruang Mente...

Teroris di Masjid Selandia Baru sudah Rencanakan 3 Bulan Sebelumnya

BLOKBERITA, CHRISTCHURCH -- Pelaku teror di masjid Selandia baru, Brenton Tarrant ternyata sudah merencanakan jauh hari 3 bulan sebelumnya untuk melakukan aksinya di Masjid Al Noor, Christchurch, Se...

Terjerat Narkoba, Andi Arief akan Mundur dari Partai Demokrat

BLOKBERITA, JAKARTA --  Andi Arief terjerat kasus narkoba dan hingga kini masih menjalani proses hukum. Atas kasusnya itu, Andi mengajukan pengunduran diri dari jabatan Wase...

Sebaris Prosa Apologi Sri Mulyani: Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang

BLOKBERITA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab tudingan terhadap dirinya dan pemerintah umumnya terutama soal utang. Isu ini mencuat menjelang Pilpres yang digelar April mendatang. Kubu pena...

IHSG Menguat, Ditutup pada level 0,09%

BLOKBERITA, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mantap menguat pada awal perdagangan hari pertama di bulan Februari, Jumat (1/2/2019). Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,54% ata...

Facebook

Quotes



















.

.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item