Mendem Akik, Herman Kenakan 70 Batu Akik di Sekujur Tubuh

Hermanus Manafe, nama lengkapnya, memang tak seperti para penggemar batu akik yang umumnya hanya mengenakan satu atau dua cincin di jari jemari mereka.
Meski baru setahun menggemari batu akik, Herman sudah mengoleksi sekitar 750 batu akik dari berbagai macam daerah.
"Ada 500 cincin batu dan sekitar 250 liontin," kata Herman saat ditemui di Pamulang, Tangerang Selatan, Sabtu (13/6/2015).
Hermanus menghabiskan sekitar Rp 300 juta untuk mengoleksi semua batu yang dia koleksi.
" Anak-anak dan istri tak masalah saya koleksi banyak batu," kata Herman.
Menurut Herman, tak ada masalah bagi keluarga atas dana yang dia habiskan untuk mengoleksi batu. " Bagi istri dan anak-anak yang penting bapaknya senang," kata Herman.
Sebagian besar keluarga tak ada yang mengikuti kegemaran Herman mengoleksi batu. Herman yang merupakan pensiunan pengacara itu, kini kerap menerima ajakan foto saat berada di keramaian.
Pria penggila batu akik itu memang kerap muncul di beberapa kegiatan pameran atau tempat gosok batu akik di kawasan Tangerang Selatan.
Di situ dia meladeni ajakan foto bersama. Baik sesama penggemar batu akik, maupun warga yang sekedar kagum dengan penampilan nyeleneh Herman. Ada orang dewasa maupun anak-anak.
Saat bertemu Tribunnews, Herman memamerkan sejumlah batu yang dia kenakan. Tampak di antaranya batu jenis Phyrus, Bacan, Blue Saphire, Raflesia hingga batu Pancawarna dari Garut.
" Hampir semua batu di Indonesia sudah saya koleksi, batu dari NTT juga saya punya," ujarnya. Namun ada batu yang belum dimiliki Herman. " Batu Merah Delima apa sudah punya?"
Merah Delima terbilang batu langka dengan sederet mitos mistis.
" Wah kalau itu tak mungkin. Saya belum punya," kata Herman.
Barter Batu Akik
Tren jual beli akik dengan harga tinggi saat ini mulai beralih ke barter. Para pecinta batu alam tersebut mulai meninggalkan sistem jual beli.
" Saat ini batu akik sudah tak lagi sistem jual beli tapi barter, ini terjadi karena harga batu akik sangat tinggi dan sudah tak masuk akal," kata seorang kolektor akik Bengkulu, Didi, Kamis (11/7/2015).
Sistem barter itu dilakukan antar pecinta akik, tidak saja di dalam kota tapi juga antarpecinta akik antardaerah. "Beberapa waktu lalu saya juga melakukan barter dengan pecinta akik dari Bali, dan saya berikan batu dari Bengkulu, ini soal mencintai akik bukan persoalan harga," lanjut Didi.
Hal yang sama juga diakui pecinta akik lainnya Maryono. Menurut Maryono, saat ini batu akik prospek batu akik sebagai bisnis mulai menurun, karena para kolektor sudah menggunakan sistem barter. "Jika harganya sudah di atas Rp 1,5 juta maka sedikit pembelinya, tapi dibarter dengan batu yang berkualitas sama," kata Maryono.
Sistem barter terjadi karena mulai membanjirnya beragam jenis batuan akik di masyarakat. Selain itu, akik juga tak masuk dalam kelas permata. "Kalau permatakan jelas itu batuan berkelas kadang bersertifikat, jadi bisa saja dia mahal dan mampu diperjualbelikan dengan harga tinggi, atau bila kepepet soal ekonomi bisa digadai, kalau akik tak bisa," kata Maryono.
[ bmw / kmps ]