Putuskan Kontrak dengan JP Morgan, Rizal Ramli Kritik Sri Mulyani

BLOKBERITA -- . Langkah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memutuskan hubungan kemitraan dengan JP Morgan Chase Bank, N.A. dikritik oleh ekonom senior Rizal Ramli.

Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini mengkritik Sri Mulyani yang bertindak berlebihan dengan memutuskan hubungan kerjasama dengan JP Morgan, karena lembaga riset itu mendowngrade Indonesia dua level dari overweight ke underweight.

"Reaksi panik Menkeu berlebihan, ngambekan. Tidak bagus untuk Indonesia," kicau Rizal  melalui akun twitternya @RamliRizal, Selasa (3/1).

Sebaiknya, Rizal menyarankan agar Sri Mulyani lebih kreatif mencari solusi, bukan dengan cara memutuskan hubungan kerjasama dengan JP Morgan.

"Kreatif dikit dong, cari terobosan," sambung Rizal dalam cuitannya.

Indonesia, kata Rizal, didowngrade lantaran Trump Effect dan karena faktor domestik. Sementara negara lain, yakni Brazil didowngrade dari overweight ke netral, dan Malaysia diupgrade ke overweight.

"Reaksi panik Menkeu, putuskan hubungan (dengan) JP Morgan," kata pengamat ekonomi ini.

Darmin Apresisasi

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengapresiasi langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang telah memutuskan hubungan kerja dengan JP Morgan Chase Bank, karena dianggap menganggu stabilitas sistem keuangan nasional.

"Saya belum baca hasil risetnya, tapi Menteri Keuangan sudah mengambil langkah yang baik," kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa, (3/1).

Darmin berpendapat, JP Morgan telah menghasilkan analisis yang tidak sesuai dengan standar perekonomian Indonesia. Ia mempertanyakan standar yang diambil oleh JP Morgan dalam menilai perekonomian Indonesia.

"Enggak tahu itu apa standarnya, memberikan analisis ranking ini jauh-jauh bedanya," kata dia.

JP Morgan diketahui telah menurunkan Indonesia dari overweight ke underweight yang berarti men-downgrade Indonesia, sehingga berpotensi menghentikan aliran modal ke negara berkembang.

Alasan Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memutuskan seluruh hubungan kemitraan antara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dengan JP Morgan Chase Bank. Ini menyusul hasil riset JP Morgan yang memangkas peringkat surat utang atau obligasi Indonesia dari overweight menjadi underweight atau turun dua peringkat.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa hasil riset tersebut telah dipelajari dengan sangat rinci dalam sebuah rapat internal. Sehingga mendapatkan keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan JP Morgan.

"Kami melakukan evaluasi, Kemenkeu terus menerus akan melakukan hubungan kerja sama dengan seluruh stakeholder, berdasarkan prinsip profesionallisme, akuntabilitas, bertanggung jawab termasuk terhadap kualitas hasil kerjanya," ungkapnya dalam konferensi pers di Gedung Djuanda, Kemenkeu, Jakarta, Selasa (3/1/2016).

Lembaga riset sangat penting peranannya dalam mendorong perekonomian sebuah negara. Hasil yang dikeluarkan dapat mempengaruhi kondisi pihak-pihak terkait, yang dalam hal ini adalah investor. Sri Mulyani melihat riset yang dikeluarkan oleh JP Morgan tidak berlandaskan indikator yang tepat.

"Pemerintah akan melakukan perbaikan di dalam seluruh kebijakan fundamental internal kita. Kalau memang masih kurang kami akan terus perbaiki," ujarnya.

"Namun daklam hal ini partner kami yang bekerja sama dengan pemerintah, apalagi mereka mendapatkan privilage yang sangat penting , mereka punya tanggung jawab yang luar biasa penting," tegas Sri Mulyani.

Berdasarkan dokumen yang diterima detikFinance, Selasa (3/1/2017), JPMorgan mengeluarkan riset berjudul 'Trump Forces Tactical Changes' pada 13 November 2016. Riset ini ditujukan kepada para investor JPMorgan.

Riset tersebut kemudian direspons oleh Sri Mulyani lewat surat Menteri Keuangan Nomor S-1006/MK.08/2016 tanggal 17 November 2016. Dalam surat itu, Sri Mulyani menyatakan, riset berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional. (bazz/rmol/dtc)
View

Related

TOKOH 4858596276371823711

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item