Pangeran Saudi Sebut AS Teman Sejati Muslim
https://kabar22.blogspot.com/2017/03/pangeran-saudi-sebut-as-teman-sejati.html
BLOKBERITA --
Wakil Putra Mahkota Kerajan Arab Saudi, Mohammed bin
Salman, memuji Presiden Donald Trump sebagai "teman sejati Muslim" dan
mengatakan dirinya tidak percaya bahwa larangan imigrasi kontroversial
Amerika Serikat yang sempat diterapkan beberapa waktu lalu ditujukan
untuk menargetkan Islam.
"Arab Saudi tidak percaya bahwa aturan imigrasi itu mengincar negara-negara Muslim atau agama Islam. Langkah itu sepenuhnya keputusan berdaulat AS yang ditujukan mencegah teroris masuk ke AS," bunyi pernyataan resmi dari penasihat senior Mohammed seperti dikutip The Independent, Jumat (17/3).
Pernyataan itu dilontarkan Mohammed saat bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Kamis (16/3). Pertemuan itu turut didampingi Wapres Mike Pence dan sejumlah penasihat senior Trump.
Arab Saudi tidak masuk dalam daftar larangan Imigrasi kontroversial Trump yang sempat berlaku pada Februari lalu. Aturan eksekutif itu melarang warga yang berasal dari tujuh negara Muslim seperti Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman untuk masuk ke AS.
Trump mengklaim aturan tersebut diterapkan dengan alasan keamanan nasional, demi mencegah teroris masuk ke AS.
Larangan yang dianggap diskriminatif ini mengundang kecaman tak hanya dari publik AS dan dunia Islam saja, tapi juga sejumlah pemimpin negara Barat.
Trump juga dikritik lantaran tak memasukan tiga negara Muslim lain yang justru terkait dalam sebagian besar aksi teroris di AS dan sejumlah negara lain seperti Pakistan, Mesir, dan Saudi.
Seorang juru bicara mengatakan, Mohammed merasa puas dengan sikap postif dan klarifikasi tentang Islam yang ia dengar langsung dari Trump.
" Presiden Trump menyatakan rasa hormat yang mendalam bagi agama
Islam--salah satu agama yang kerap disalahgunakan kelompok radikal,"
katanya menambahkan.
" Presiden Trump bahkan memiliki niat untuk bekerja sama dengan negara Muslim untuk mencapai kepentingan AS. Pangeran Mohammed juga menganggap Trump sebagai teman sejati Muslim," kata dia.
Pertemuan keduanya dianggap sebagai "titik balik" hubungan bilateral Riyadh-Washington yang sempat merenggang di bawah komando mantan Presiden Barack Obama.
Penasihat senior Mohammed menganggap, kunjungan salah satu pangeran Saudi ke AS ini memulihkan hubungan kedua negara "ke jalur yang benar dan menandai pergeseran fokus keduanya dalam bidang politik, keamanan, dan ekonomi."
" Ini semua berkat pemahaman yang baik Presiden Trump tentang
pentingnya hubungan Saudi-AS dan pandangan jelas mengenai isu-isu di
kawasan," bunyi pernyataan penasihat senior Mohammed tersebut.
Soal isu keamanan, pertemuan Trump dan Mohammed juga dilaporkan sempat membahas mengenai komitmen Saudi memberantas terorisme internasional.
Dalam pertemuan itu, Trump ingin mendorong Saudi meningkatkan komitmennya memerangi ISIS. Taipan real estate itu menganggap Riyadh merupakan negara strategis yang bisa mendorong efek domino dalam meningkatkan komitmen di kawasan.
" Kami bersedia melakukan apa saja untuk memberanta sterorisme, tanpa batas," ujar Mohammed saat ditekan masalah komitmen Saudi menempatkan pasukan di Suriah untuk memberantas ISIS, seperti dikutip CNN. (bin/indipendent/cnn]
"Arab Saudi tidak percaya bahwa aturan imigrasi itu mengincar negara-negara Muslim atau agama Islam. Langkah itu sepenuhnya keputusan berdaulat AS yang ditujukan mencegah teroris masuk ke AS," bunyi pernyataan resmi dari penasihat senior Mohammed seperti dikutip The Independent, Jumat (17/3).
Pernyataan itu dilontarkan Mohammed saat bertemu dengan Trump di Gedung Putih pada Kamis (16/3). Pertemuan itu turut didampingi Wapres Mike Pence dan sejumlah penasihat senior Trump.
Arab Saudi tidak masuk dalam daftar larangan Imigrasi kontroversial Trump yang sempat berlaku pada Februari lalu. Aturan eksekutif itu melarang warga yang berasal dari tujuh negara Muslim seperti Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman untuk masuk ke AS.
Trump mengklaim aturan tersebut diterapkan dengan alasan keamanan nasional, demi mencegah teroris masuk ke AS.
Larangan yang dianggap diskriminatif ini mengundang kecaman tak hanya dari publik AS dan dunia Islam saja, tapi juga sejumlah pemimpin negara Barat.
Trump juga dikritik lantaran tak memasukan tiga negara Muslim lain yang justru terkait dalam sebagian besar aksi teroris di AS dan sejumlah negara lain seperti Pakistan, Mesir, dan Saudi.
Seorang juru bicara mengatakan, Mohammed merasa puas dengan sikap postif dan klarifikasi tentang Islam yang ia dengar langsung dari Trump.
" Presiden Trump bahkan memiliki niat untuk bekerja sama dengan negara Muslim untuk mencapai kepentingan AS. Pangeran Mohammed juga menganggap Trump sebagai teman sejati Muslim," kata dia.
Pertemuan keduanya dianggap sebagai "titik balik" hubungan bilateral Riyadh-Washington yang sempat merenggang di bawah komando mantan Presiden Barack Obama.
Penasihat senior Mohammed menganggap, kunjungan salah satu pangeran Saudi ke AS ini memulihkan hubungan kedua negara "ke jalur yang benar dan menandai pergeseran fokus keduanya dalam bidang politik, keamanan, dan ekonomi."
Soal isu keamanan, pertemuan Trump dan Mohammed juga dilaporkan sempat membahas mengenai komitmen Saudi memberantas terorisme internasional.
Dalam pertemuan itu, Trump ingin mendorong Saudi meningkatkan komitmennya memerangi ISIS. Taipan real estate itu menganggap Riyadh merupakan negara strategis yang bisa mendorong efek domino dalam meningkatkan komitmen di kawasan.
" Kami bersedia melakukan apa saja untuk memberanta sterorisme, tanpa batas," ujar Mohammed saat ditekan masalah komitmen Saudi menempatkan pasukan di Suriah untuk memberantas ISIS, seperti dikutip CNN. (bin/indipendent/cnn]