Seetelah Mellihat Tayangan Rizal Ramli, Warga Desa Ini Tak Mau Pakai Listrik Prabayar
https://kabar22.blogspot.com/2015/09/seetelah-mellihat-tayangan-rizal-ramli.html
KUPANG, BOKBERITA --
Sejumlah warga Kelurahan Oetete, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa
Tenggara Timur (NTT), menolak penggantian meteran lama ke meteran
listrik prabayar. Alasannya, mereka melihat di televisi Menteri
Koordinator kemaritiman Rizal Ramli mengatakan bahwa ada mafia di balik token listrik yang dibeli masyarakat.
Warga mendatangi
kantor DPRD NTT, Kamis (17/9/2015) siang, melaporkan petugas Perusahaan
Listrik Negara (PLN) yang mereka sebut memaksa warga untuk mengganti
meteran listrik lama dengan meteran listrik prabayar.
“Kemarin ada petugas yang datang ke rumah memaksa kami untuk menggunakan meteran pakai pulsa. Kami pun protes dan mengatakan kalau yang kami tahu saat nonton televisi, Menteri Rizal Ramli saja bicara kalau PLN jangan paksakan kepada masyarakat. Petugas PLN mengatakan bahwa Menteri Rizal Ramli tidak tahu soal listrik,” kata Aloysius, salah seorang warga, saat menyampaikan aduannya di depan Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno dan Anggota DPRD NTT Viktor Lerik di kantor DPRD, Kamis.
“Yang bikin kami lebih kesal lagi karena kami dan warga yang sudah menggunakan meteran listrik, seperti ditipu karena saat kita isi pulsa Rp 50.000, tapi malah masuk Rp 20.000. begitu pun juga ketika kita isi Rp 100.000 tapi hanya masuk Rp 70.000. Lalu ke mana sisa pulsa yang Rp 30.000 itu,” tutur Aloysius.
Syamsul Naiusaf, seorang warga lainnya, mengatakan, sejak menggunakan meteran prabayar, ia mengeluarkan uang dua kali lipat dibanding saat menggunakan meteran lama.
Pada dua bulan lalu, saat saya masih menggunakan meteran lama, setiap bulannya bayarnya maksimal hanya Rp 220.000. Tapi setelah pakai meteran pulsa, untuk bulan ini saja, saya sudah keluarkan uang untuk beli pulsa sebanyak Rp 450.000,” kata dia.
“Kemarin ada petugas yang datang ke rumah memaksa kami untuk menggunakan meteran pakai pulsa. Kami pun protes dan mengatakan kalau yang kami tahu saat nonton televisi, Menteri Rizal Ramli saja bicara kalau PLN jangan paksakan kepada masyarakat. Petugas PLN mengatakan bahwa Menteri Rizal Ramli tidak tahu soal listrik,” kata Aloysius, salah seorang warga, saat menyampaikan aduannya di depan Ketua DPRD NTT Anwar Pua Geno dan Anggota DPRD NTT Viktor Lerik di kantor DPRD, Kamis.
“Yang bikin kami lebih kesal lagi karena kami dan warga yang sudah menggunakan meteran listrik, seperti ditipu karena saat kita isi pulsa Rp 50.000, tapi malah masuk Rp 20.000. begitu pun juga ketika kita isi Rp 100.000 tapi hanya masuk Rp 70.000. Lalu ke mana sisa pulsa yang Rp 30.000 itu,” tutur Aloysius.
Syamsul Naiusaf, seorang warga lainnya, mengatakan, sejak menggunakan meteran prabayar, ia mengeluarkan uang dua kali lipat dibanding saat menggunakan meteran lama.
Pada dua bulan lalu, saat saya masih menggunakan meteran lama, setiap bulannya bayarnya maksimal hanya Rp 220.000. Tapi setelah pakai meteran pulsa, untuk bulan ini saja, saya sudah keluarkan uang untuk beli pulsa sebanyak Rp 450.000,” kata dia.
Mendengar keluhan warga, Anwar berjanji akan memfasilitasi pertemuan warga dengan PLN agar warga mendapat penjelasan.
Sebelumnya, menanggapi pernyataan Rizal Ramli, Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun mengklarifikasi bahwa tidak betul ada mafia. Dalam harga token listrik, ada sejumlah biaya administrasi bank yang dibebankan pada harga jual token.
Sebelumnya, menanggapi pernyataan Rizal Ramli, Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun mengklarifikasi bahwa tidak betul ada mafia. Dalam harga token listrik, ada sejumlah biaya administrasi bank yang dibebankan pada harga jual token.
Setelah PLN menyampaikan penjelasan kepada publik, Rizal Ramli menyatakan menyesal atas pernyataannya tentang mafia. (bazz/kmps)