Korupsi Volume Elpiji Merajalela, SPBE 'Merampok Laba' Rp 72 Juta Per Hari

BLOKBERITA -- Polda Metro Jaya menangkap pelaku pengurangan isi gas elpiji 3 kg di Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) Tangerang. Selama enam tahun beraksi, pelaku meraup untung lebih kurang Rp 72 juta per hari.

" Pelaku meraup keuntungan sekitar Rp 72.250.000 per hari," terang Kepala sub direktorat (Kasibdut) III Sumber Daya Lingkungan (Sumdaling) Reskrimsus Polda Metro Jaya, AKBP Adi Vivid, di lokasi penggerebekan, Jakarta, Selasa (16/6).

Setiap harinya, SPBE menaruh 850 tabung di tiap mobil. Sebanyak enam mobil bolak-balik mengantarkan gas 3 kg itu.

" Setiap hari SPBE menyuplai sebanyak 5.100 tabung gas, sementara setiap tabung dikurangi 2.5 kg," imbuh Vivid.

Ditambahkannya, kondisi normal sebuah tabung elpiji harusnya memiliki berat tak kurang dari 7,9 kg. Dengan kalkulasi, berat tabung kosong 5 kg dan berat isi ditoleransi 2.9 kg.

" Batas toleransi isi gas dalam tabung hanya 2.9 karena toleransi pengurangan setiap tabung ukuran 3 kg hanya 0.1 ons. Sehingga ketika berat timbangan di bawah dari 7.9 kg maka diduga ada penyimpangan," tambahnya.

Pelaku telah ditangkap dengan inisial JS dan DS. Keduanya diancam 5 tahun penjara atau denda 2 M, dengan pasal 62 ayat (1) Jo pasal 8 ayat (1) UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan atau pasal 32 ayat (2) Jo pasal 30 UU No. 2 tahun 1981 tentang Metrologi Legal.

Culas

Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri mengungkapkan adanya praktik curang dalam penjualan tabung gas elpiji 3 kilogram (Kg). Warga ternyata sudah menyadari adanya perbedaan isi gas pada tabung elpiji subsidi tersebut.

Seorang ibu rumah tangga Eka Mustika (27) mengungkapkan, dirinya sempat bingung ketika kerap menemukan gas yang seharusnya masih bisa untuk memasak ternyata habis. Ini membuat dia yakin ada pengurangan isi gas pada tabung elpiji.

" Udah lama itu (ada kecurangan). Jadi kalau di rumah dengan ritme masak yang sama itu habisnya berapa hari, biasanya seminggu. Tapi pernah kita beli dengan ritme masak yang sama habis dalam waktu lima hari," ungkap wanita warga Matraman, Jakarta Timur, Rabu (27/5).

" Tapi pas besoknya beli lagi dengan pemakaian normal, balik lagi seminggu. Makanya kadang-kadang bingung, belum waktunya beli udah harus cari-cari lagi," tutupnya.
Warga lainnya di wilayah Jakarta Selatan, mengeluh dengan susutnya isi atau volume tabung gas yang tidak sesuai dengan berat aslinya, baik untuk gas elpiji bersubsidi tiga kilogram maupun yang non subsidi kemasan tabungan 12 kilogram.

" Biasanya setiap kali memasang gas elpiji tiga kilogram akan habis dalam jangka waktu dua minggu, tapi sekarang baru satu minggu sudah habis. Padahal saya gunakan juga jarang, karena jarang masak juga," ujar seorang warga, Ani di Jakarta.

Menurut dia, beberapa warga mengaku khawatir dengan susutnya elpiji bersubsidi yang mereka beli akhi-akhir ini di pasaran karena isi tabung gas terlebih dahulu dikurangi oleh oknum tertentu demi keuntungan berlipat.

Kondisi seperti itu, jelas merugikan masyarakat sebagai konsumen atau pengguna gas elpiji yang bersubsidi atau yang tidak. "Kami meminta Pertamina bersama pemerintah bisa menindak oknum karena dengan sengaja mengurangi volume gas elpiji," jelas dia.

Sebelumnya, Faisal Basri membeberkan, praktik culas yang dijalankan di tubuh Pertamina. Istilahnya perampokan isi tabung gas.

Dijelaskannya, sesungguhnya setiap tabung gas 3 kg tidak diisi penuh alias masih menyisakan ruang 5-10 persen. Dari situ mereka mengambil untung yang dijual ke Stasiun Pengisian Bahan Elpiji (SPBE). Satu tabung gas sekitar Rp 300.

" Setiap tabung menyisakan sekitar 5 sampai 10 persen elpiji," ujar Faisal usai diskusi di Kantor INDEF,Jakarta, Selasa (26/5).

Faisal menegaskan, permainan ini hanya diketahui persis 'orang dalam' Pertamina. Sebab mereka tahu betul berat tiap tabung gas yang masuk ke SPBE.

Faisal menaruh curiga setelah ada rekannya yang mencoba menimbang ulang tiap tabung gas di SPBE namun dilarang Pertamina.

" Ada kawan saya yang beli alat timbang Rp 5 miliar, tapi tidak boleh sama Pertamina karena tidak boleh ada pengukuran ulang. Negara apa ini?" katanya heran.

" Timbangan adalah alat vital dalam perdagangan. Jika mempermainkan timbangan sudah mendarah daging, sistemik dan massif, peradaban bakal terancam," tegas Faisal.

[ bmw / merdeka ]
View

Related

HUKRIM 8820143117445170840

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item