Sucofindo: Hasil Lab Kami Akurat. Polri: Tak Ada Beras Plastik. Mana yang Benar ?

JAKARTA, BLOKBERITA -- Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang pemeriksaan, pengawasan, pengujian, dan pengkajian produk PT Superintending Company of Indonesia atau Sucofindo (Persero) menyatakan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sampel beras yang diduga beras plastik tidak salah.

" Kami yakin hasil lab kami akurat," kata Kepala Corporate Communication Sucofindo Hotma Sibuea di kantornya, di Pancoran, Jakarta Selatan Rabu, 27 Mei 2015.

Hasil lab Sucofindo terhadap sampel beras yang diduga beras plastik ini menjadi sorotan karena berbeda dengan hasil pemeriksaan laboratorium lima lembaga lainnya. Sucofindo menyatakan, sampel beras yang mereka terima dari Bekasi tersebut positif mengandung senyawa kimia yang biasa digunakan dalam proses produksi benda-benda berbahan plastik. Ketiga senyawa itu ialah Bis2-ethylhexyl Phalate (DEHP), Benzyl Butyl Phalate (BBP), dan Diisononyl Phalate (DINP).

Tapi hasil penelitian laboratorium forensik Polri, laboratorium Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan pusat studi polimer Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan sebaliknya. Perbedaan hasil lab ini membuat sejumlah pihak menuding alat pengujian Sucofindo salah, ataupun terkontaminasi. Tapi Hotma memastikan, tak ada kontaminasi ataupun prosedur pengujian lab yang salah.

" Lab kami tersertifikasi dan rutin diaudit, sehingga kami yakin hasil tersebut akurat," kata dia. Namun memang, Hotma menegaskan, temuan ketiga senyawa bahan plastik itu bukan berarti beras yang mereka uji merupakan beras plastik.

" Kami tidak pernah menyebutkan itu beras plastik, kami hanya mengumumkan temuan tiga senyawa itu dari sampel yang kami terima dari Bekasi, " imbuhnya.

Bisa jadi, dia menambahkan, sampel beras yang diperiksa Sucofindo berbeda dengan sampel beras yang diperiksa laboratorium lain. 

Hotma memaparkan, sampel beras asal Bekasi itu mereka terima pada Rabu, 20 Mei 2015 lalu.

 " Kami diminta Pemerintah Kota Bekasi untuk menguji sampel beras yang sebelumnya dilaporkan seorang warga."

Hari itu juga sampel diuji di laboratorium Sucofindo di Cibitung. " Kami mencocokkan senyawa yang ditemukan dengan arsip senyawa pada lab kami," jelasnya.

" Setiap senyawa yang ditemukan itu, kata dia, dikroscek langsung dengan daftar arsip yang ada. Hasilnya tiga senyawa tadi positif.".

Sementara itu, selain menguji sampel beras dari Bekasi, Sucofindo juga sudah memeriksa sejumlah sampel dari daerah lain. "Ada sejumlah instansi yang menghubungi kami untuk memeriksakan beras yang diduga palsu.

" Namun, kata Hotma, hasil lab dari daerah lain itu hasilnya negatif dari kandungan senyawa pembuat plastik. " Yang positif hanya sampel yang berasal dari Bekasi."   

Riset Beras Plastik Polri Perlu Diulang

Sucofindo, salah satu lembaga riset bereputasi internasional, yang ditunjuk oleh Pemkot Bekasi untuk meneliti adanya kandungan plastik dalam beras, menolak banyak bicara soal perbedaan hasil penelitian. Perbedaan hasil penelitian terhadap sampel beras diakui Ardy, Selaku Kepala Humas Sucifindo sebagai perbedaan analisis dan metode saja.

“ Ya kita masih konsolidasi internal dulu, tapi sebnarnya harusnya yang perlu dikaji ulang dan didalami hasil dari Mabes Polri saja,” ujar Ardy di kantor Sucofindo, Pancoran (28/5).

Ardy mengatakan, hasil sampel beras yang diteliti oleh Sucofindo memang begitu adanya. Hasil penelitian pun sudah diekspose ke publik. Sayangnya, munculnya perbedaan hasil penelitian dari Puslabfor Mabes Polri dan BPOM membuat Sucofindo lebih bungkam bicara. Sucofindo tahu diri tengah berhadapan dengan siapa, jadi memilih untuk bungkam suara untuk sementara.

Sebelumnya, pihak Pemkot Bekasi menerima aduan dari masyarakat soal adanya beras plastik yang beredar di pasaran. Sebab kekhawatiran ini, pihak pemkot akhirnya mengambil langkah meneliti beberapa sampel beras yang ada di lapangan.

Penelitian merujuk pada sebuah lembaga riset bernama Sucofindo. Selang sepekan, hasil penelitian tersebut keluar dan positif adanya kandungan plastik dalam beras yang beredar di Bekasi. Komposisi beras yang mengandung plastik tersebut antara lain terbukti dari adanya kandungan BBP (Benzyil butyl phtalate ), DEHP (bis (2-ethylexyl phatalate)), DINP (Diisionyl Phatalate). Kandungan itu sama seperti bahan dasar untuk pembuatan pipa, kabel, dan lainnya.

Sedangkan Puslabfor Mabes Polri sendiri juga melakukan penelitian atas dugaan tersebarnya beras plastik yang ada di pasaran. Mabes menunjukan tidak ada kandungan plastik dalam beras. Artinya, isu beras plastik bagi Polri hanyalah kabar meresahkan.

Agar masyarakat percaya dengan pemerintah, sebaiknya mulai sekarang seluruh pejabat pemerintah, dari presiden, menteri, Gubernur, sampai dirjen beserta keluarganya disuruh saja makan beras dari pasar Mutiara Gading tersebut. Jika mereka sudah mengkonsumsi beras itu dan ternyata tidak apa-apa, maka baru masyarakat percaya. Mudah bukan ?.

Kok Berbeda Hasilnya ?

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menegaskan kabar adanya beras berbahan plastik beredar di masyarakat tidak benar. Ini diketahui setelah polisi menguji contoh beras tersebut ke laboratorium forensik.

" Pemeriksaan di laboratorium forensik, BPOM, kementerian perdagangan, kementerian pertanian hasilnya negatif. Tak ada unsur plastik," kata Badrodin.

Pernyataan Badrodin ini jelas berbeda dengan hasil uji laboratorium PT Sucofindo, Cibitung, Kabupaten Bekasi. Sucofindo memastikan beras palsu yang diuji positif mengandung bahan plastik. Ditemukan kandungan senyawa plastik di dalam beras palsu itu ada tiga jenis.

Ketiganya antara lain: BBP (Benzyil butyl phtalate ), DEHP (bis (2-ethylexyl phatalate)), DINP (Diisionyl Phatalate). Kandungan itu sama seperti bahan dasar untuk pembuatan pipa, kabel, dan lainnya.

" Biasa digunakan untuk kebutuhan industri," kata Kepala Bagian Pengujian Laboratorium PT Sucofindo, Cibitung, Kabupaten Bekasi, Adisam ZN di Kantor Wali Kota Bekasi, Kamis (21/05).

Menurut dia, pengujian dilakukan dengan dua sampel beras. Beras itu diambil dari seorang warga bernama Dewi selaku konsumen, sedangkan sampel lain diambil dari pedagang beras di Pasar Mutiara Gading Timur, Kecamatan Mustikajaya, masing-masing 250 gram.

" Pengujian menggunakan dua alat yang canggih dengan tingkat akurasi tinggi, hasilnya sama," kata dia.

Badrodin menanggapi santai perbedaan ini. Badrodin menduga ada dua kemungkinan. Pertama, kata dia, lantaran ada perbedaan interpretasi terhadap hasil uji lab.

" Ini bisa disebabkan perbedaan interpretasi khususnya terhadap hasil analisis dengan menggunakan metode QC MS," kata Badrodin seusai bertemu Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (26/5).

Badrodin menjelaskan, peneliti di Laboratorium Sucofindo menggunakan pendekatan hasil kualitatif dan tidak dikonfirmasi dengan senyawa baku dari bahan plastik yang terkandung dari sample.
 " Kemungkinan kedua, ada kontaminasi pada peralatan analisa yang digunakan dalam proses analisis," jelas Badrodin.

Dua kemungkinan ini, kata Badrodin, bisa saja terjadi dalam proses uji laboratorium beras yang diduga mengandung plastik. "Karena sampel dan metode sama tapi hasilnya beda," kata Badrodin.

Tim Komunikasi Presiden Jokowi, Teten Masduki mengatakan, pihaknya akan mengatur jadwal pertemuan dengan pihak Sucofindo yang uji lab-nya menyatakan ada beras positif mengandung plastik. Menurut Teten, Sucofindo harus mengumumkan atau mengklarifikasi ulang jika hasil penelitiannya ternyata salah.

" Yang Sucofindo kami akan atur pertemuan agar nanti kalau memang hasil pemeriksaan lab para ahli akan membicarakan antar-peneliti, dan kalau ada kekeliruan Sucofindo, Sucofindo harus mengumumkan, itu ada kekeliruan," kata Teten kepada wartawan di Istana, Jakarta, Selasa (26/5).

Teten menegaskan, jika Sucofindo di dalam melakukan penelitian dan ternyata salah, maka harus bertanggung jawab. Sebab, masyarakat sangat resah dengan adanya kabar peredaran beras plastik.

" Ya harus (tanggung jawab), ini kan hasil riset, pemeriksaan lab, sampel dan metodenya sama kok hasilnya beda," tandasnya.

Para Pejabat Suruh  Makan Beras Plastik Itu

Polri telah melakukan penelitian terhadap sampel beras yang disebut-sebut mengandung plastik. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menegaskan bahwa tak ada unsur plastik dalam sampel yang diteliti.

“ Kami simpulkan bahwa beras yang diduga plastik tidak ada. Kami imbau kepada masyarakat untuk tak resah. Silakan lakukan pengecekan. Ini yang harus saya sampaikan mudah-mudahan ini beri penjelasan,” kata Badrodin dalam jumpa pers di Kantor Presiden Kompleks Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (26/5/2015).

Dia menjelaskan alur waktu mencuatnya isu beras plastik yang pertama kali berembus di media sosial. Saat itu ada seorang warga Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat membeli beras dan terasa berbeda saat dimasak.

“ Ibu Dewi kemudian mem-posting di media sosial setelah merasakan beras yang dimasak seperti basi. Kemudian dia kirim laporan ke email BPOM tapi sepertinya alamatnya salah, sehingga dia lapor ke Polsek Bantargebang,” ujar Kapolri.

Dewi kemudian diperiksa terkait laporan tersebut dan segera diambil sampel beras yang masih mentah dan sudah dimasak. Sampel itu kemudian diambil oleh laboratorium Sucofindo, Forensik Polri, Disperindag, dan Kementan.

“ Dari hasil Sucofindo hasilnya positif sehingga ditemukan adanya plastik sehingga Wali Kota Bekasi saat itu langsung mengeluarkan pernyataan bahwa ada beras plastik,” kata Badrodin.

“ Tapi hasil yang muncul di laboratorium forensik, Disperindag, BPOM, dan Kementan rupanya negatif,” lanjut dia.

Oleh karena itu, Polri langsung meminta sampel yang diteliti Sucofindo untuk diteliti kembali di laboratorium forensik. Tetapi hasilnya tetap negatif.

“ Sehingga tak ada beras plastik,” sebut Badrodin.

Jika para pejabat yakin beras sampel dari Sucofindo aman, mulailah mengkonsumsi jenis beras tersebut selama beberapa minggu agar rakyat percaya jika beras jenis itu sungguh-sungguh aman. Beranikah para pejabat itu ?.

[ mrhill / bin / tempo / merdeka / eramus ]



View

Related

TOKOH 2751862310004028567

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Ketum PPP, Romahurmuziy Terjaring OTT KPK di Jatim

BLOKBERITA, JAKARTA -- Ketua Umum PPP Romahurmuziy terkena operasi tangkap tangan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi. Seperti dikutip Antara, penangkapan dilakukan di Kantor Wilayah Kemente...

Ruang Kerja Menag dan Sekjen Kemenag di Segel KPK

BLOKBERITA, JAKARTA  -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyegel dua ruangan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019). Salah satu ruangan yang disegel adalah ruang Mente...

Teroris di Masjid Selandia Baru sudah Rencanakan 3 Bulan Sebelumnya

BLOKBERITA, CHRISTCHURCH -- Pelaku teror di masjid Selandia baru, Brenton Tarrant ternyata sudah merencanakan jauh hari 3 bulan sebelumnya untuk melakukan aksinya di Masjid Al Noor, Christchurch, Se...

Terjerat Narkoba, Andi Arief akan Mundur dari Partai Demokrat

BLOKBERITA, JAKARTA --  Andi Arief terjerat kasus narkoba dan hingga kini masih menjalani proses hukum. Atas kasusnya itu, Andi mengajukan pengunduran diri dari jabatan Wase...

Sebaris Prosa Apologi Sri Mulyani: Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang

BLOKBERITA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab tudingan terhadap dirinya dan pemerintah umumnya terutama soal utang. Isu ini mencuat menjelang Pilpres yang digelar April mendatang. Kubu pena...

IHSG Menguat, Ditutup pada level 0,09%

BLOKBERITA, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mantap menguat pada awal perdagangan hari pertama di bulan Februari, Jumat (1/2/2019). Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,54% ata...

Facebook

Quotes



















.

.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item