Ahok Paham Banyak PNS yang Stress Dibawah Kepemimpinannya
https://kabar22.blogspot.com/2015/04/ahok-paham-banyak-pns-yang-stress.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak memungkiri banyak pegawai negeri sipil (PNS) maupun pejabat DKI yang tidak sanggup bekerja keras di bawah tekanannya. Pegawai itu hanya bisa menerima gaji serta tunjangan sebagai haknya, tetapi tidak bisa lagi "bermain" dengan anggaran, melakukan tindak korupsi, dan harus tetap memberikan pelayanan terbaik bagi warga.
" Mungkin karena sudah enggak bisa dapat duit yang enak lagi dan harus kerja keras. Kalau jadi gubernur kayak saya juga mungkin banyak yang enggak tahan kerja dari pagi sampai malam terima gaji doang, enggak mau korupsi. Tapi, kan ada juga (pejabat) yang kayak saya gitu kan," kata Basuki, di Balai Kota, Rabu (18/3/2015).
Saat ini, para PNS DKI diwajibkan untuk mengisi kegiatan kerja setiap harinya. Penilaian kinerja itulah yang menentukan besaran tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis yang didapatkan. Semakin baik dan banyak kinerja yang dihasilkan, TKD dinamis yang didapatkan jumlahnya maksimal.
Begitu pula sebaliknya. Metode ini, lanjut Basuki, dapat memicu semangat kerja pegawai lebih baik lagi. " Kalau dulu kan kamu bisa duduk tenang-tenang, sekarang kamu mesti ngisi kamu hari ini kerja apa. Jadi, kamu stres kan sekarang mesti ngisi (kerja) nih," kata Basuki.
" Mereka pikir daripada aku enggak bisa isi (kinerja harian), aku enggak usah kerja, toh diam-diam dapat gaji lumayan. Ngapain dapat Rp 13 juta, ya dapat Rp 9 juta juga lumayan mereka pikir, yang penting administrasi," lanjut Basuki.
Sebelumnya, Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta Agus Suradika mengungkapkan, selama tiga bulan evaluasi PNS sejak perombakan massal 2 Januari lalu, belum ada pejabat yang dijadikan staf. Namun, ada pejabat eselon yang mengundurkan diri. Selain ada pejabat yang mengundurkan diri, banyak pejabat eselon lain yang berminat mengundurkan diri.
Dipersilahkan Keluar
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama juga menjelaskan, kini ia menciptakan kondisi persaingan antar-satu
pegawai negeri sipil (PNS) dengan PNS lainnya di lingkungan Pemprov DKI. PNS
yang berkinerja baik akan mendapat imbalan setimpal, berupa nilai maksimal
tunjangan kinerja daerah (TKD) dinamis. Begitu pula sebaliknya.
" Jadi, kalau kamu bilang, 'saya enggak kebagian kerja', ya kamu mesti tanding dong. Anda saling berebut posisi di sini. Itu yang namanya seleksi promosi terbuka," kata Basuki, di Balai Kota, Selasa (31/3/2015).
Selain bersaing untuk memperoleh nilai maksimal TKD dinamis, lanjut dia, PNS DKI juga bersaing menduduki jabatan tertentu. Sebab, kini Basuki tak lagi memilih jabatan dengan tingginya hasil yang diraih saat tes psikologi maupun tes kompetensi dasar yang dilakukan saat seleksi jabatan terbuka. Kini, ia memilih pejabat dengan menilai kinerja pejabat itu.
Selain itu, Basuki juga melihat semangat yang ada di dalam diri pejabat itu untuk menduduki sebuah jabatan tertentu. " Kalau Anda kalah, ngapain Anda kerja di DKI ? Silakan keluar dari PNS DKI. Toh banyak juga PNS di luar DKI yang mau masuk ke DKI kok. Ini kan persaingan yang kami ciptakan," kata Basuki.
Beberapa PNS DKI pun merasa tidak cocok dengan jabatan yang diembannya sekarang. Pasalnya, pejabat itu merasa tidak bisa mengisi poin kerja untuk mendapat TKD maksimal. Misalnya, pegawai Dinas Kesehatan dengan pegawai yang ditempatkan di puskesmas. Menurut dia, besaran TKD dinamis yang akan didapatkan pegawai yang bekerja di puskesmas akan lebih besar ketimbang tunjangan yang diterima pegawai Dinas Kesehatan karena pegawai puskesmas lebih aktif bekerja dibanding ditempatkan di dinas.
" Kalau Anda enggak punya kerjaan, bagaimana kami mau bayar Anda gitu lho? Kan TKD dinamis berdasarkan poin kerja, kalau bidang Anda memang enggak ada kerjaan, Anda enggak dapat TKD dan mungkin kami bubarkan bidang Anda loh. Itu yang saya maksud," kata Basuki.
[ kmps / bbcom / hem ]
" Jadi, kalau kamu bilang, 'saya enggak kebagian kerja', ya kamu mesti tanding dong. Anda saling berebut posisi di sini. Itu yang namanya seleksi promosi terbuka," kata Basuki, di Balai Kota, Selasa (31/3/2015).
Selain bersaing untuk memperoleh nilai maksimal TKD dinamis, lanjut dia, PNS DKI juga bersaing menduduki jabatan tertentu. Sebab, kini Basuki tak lagi memilih jabatan dengan tingginya hasil yang diraih saat tes psikologi maupun tes kompetensi dasar yang dilakukan saat seleksi jabatan terbuka. Kini, ia memilih pejabat dengan menilai kinerja pejabat itu.
Selain itu, Basuki juga melihat semangat yang ada di dalam diri pejabat itu untuk menduduki sebuah jabatan tertentu. " Kalau Anda kalah, ngapain Anda kerja di DKI ? Silakan keluar dari PNS DKI. Toh banyak juga PNS di luar DKI yang mau masuk ke DKI kok. Ini kan persaingan yang kami ciptakan," kata Basuki.
Beberapa PNS DKI pun merasa tidak cocok dengan jabatan yang diembannya sekarang. Pasalnya, pejabat itu merasa tidak bisa mengisi poin kerja untuk mendapat TKD maksimal. Misalnya, pegawai Dinas Kesehatan dengan pegawai yang ditempatkan di puskesmas. Menurut dia, besaran TKD dinamis yang akan didapatkan pegawai yang bekerja di puskesmas akan lebih besar ketimbang tunjangan yang diterima pegawai Dinas Kesehatan karena pegawai puskesmas lebih aktif bekerja dibanding ditempatkan di dinas.
" Kalau Anda enggak punya kerjaan, bagaimana kami mau bayar Anda gitu lho? Kan TKD dinamis berdasarkan poin kerja, kalau bidang Anda memang enggak ada kerjaan, Anda enggak dapat TKD dan mungkin kami bubarkan bidang Anda loh. Itu yang saya maksud," kata Basuki.
[ kmps / bbcom / hem ]