Tingkat Kelaparan RI Sudah Memprihatinkan !
https://kabar22.blogspot.com/2017/03/tingkat-kelaparan-ri-sudah.html
BLOKBERITA, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Hubungan
Internasional, Shinta W. Kamdani, mengatakan tingkat kelaparan di
Indonesia memprihatinkan. Global Hungry Index (GHI) Indonesia pada 2016
tercatat sebesar 21,9 persen.
"Indeks tersebut menandakan level serius," kata dia dalam acara Responsible Business Forum and Food and Agriculture di Hotel Hyatt, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2017.
GHI mencatat proporsi masyarakat kekurangan gizi mencapai 7,6 persen. Bayi di bawah lima tahun yang mengalami wasting sebanyak 13,5 persen dan stunting sebanyak 36,4 persen. Sementara rasio angka kematian anak di bawah lima tahun mencapai 2,7 persen.
Shinta mengatakan posisi Indonesia di antara negara ASEAN hanya berada di atas Laos dan Myanmar. Menurut dia, Indonesia menjadi satu dari sembilan negara yang akan mendapatkan perhatian lebih dari dunia karena mengalami kekurangan gizi. Negara lainnya adalah Amerika, Etiopia, India, Kongo, Nigeria, Pakistan, Tanzania, dan Uganda.
Shinta mengatakan tingkat kelaparan di Indonesia dapat ditekan salah satunya dengan meningkatkan ketahanan di sektor pangan dan pertanian. Upaya tersebut juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya, poin kedua yaitu menghindari kelaparan.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan ketersediaan pangan telah menjadi prioritas negara. Terlebih lagi dengan tingkat pertumbuhan populasi yang tinggi di Indonesia yaitu 1,49 persen per tahun, kebutuhan pangan semakin melonjak.
"Kami harus menyediakan suplai pangan berkelanjutan dengan mengembangkan sektor pertanian," kata Bambang di depan forum yang sama. Namun ia mengatakan pengembangan sektor pertanian menghadapi banyak tantangan.
Lebih jauh, Bambang mengatakan tantangan pengembangan sektor pertanian berkelanjutan meningkat karena dampak negatif dari perubahan iklim. Selain itu, lahan pertanian di Indonesia sudah banyak beralih fungsi. Dampaknya, lahan milik petani berkurang dan produktivitas petani menurun.
Bambang mengatakan porsi kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia menurun drastis. Pada 2005, kontribusinya mencapai 30 persen namun menurun hingga menjadi 10 persen pada 2013. "Ini peringatan bagi kami untuk menjaga sektor pertanian," katanya.
Untuk membahas langkah ke depan, Kadin bersama dengan Global Initiatives, PISAgro, dan Dewan Bisnis untuk Pembangunan Berkelanjutan Indonesia menyelenggarakan Responsible Business Forum on Food and Agriculture (RBF). Forum digelar pada 14-15 Maret di Hotel Hyatt Jakarta.
Edisi keempat RBF ini mengumpulkan lebih dari 450 pihak pembuat kebijakan dari bisnis, pemerintah, pengusaha teknologi, NGO, dan petani. Tujuannya, untuk membangun pendekatan-pendekatan baru untuk memajukan keamanan pangan dan nutrisi di Asia. RBF mengeksplorasi inovasi dalam meningkatkan produksi pangan berkelanjutan dan melibatkan petani-petani kecil dalam rangka memperbaiki nutrisi dan kesehatan dalam kawasan ASEAN. (bmw/tempo)
"Indeks tersebut menandakan level serius," kata dia dalam acara Responsible Business Forum and Food and Agriculture di Hotel Hyatt, Jakarta, Selasa, 14 Maret 2017.
GHI mencatat proporsi masyarakat kekurangan gizi mencapai 7,6 persen. Bayi di bawah lima tahun yang mengalami wasting sebanyak 13,5 persen dan stunting sebanyak 36,4 persen. Sementara rasio angka kematian anak di bawah lima tahun mencapai 2,7 persen.
Shinta mengatakan posisi Indonesia di antara negara ASEAN hanya berada di atas Laos dan Myanmar. Menurut dia, Indonesia menjadi satu dari sembilan negara yang akan mendapatkan perhatian lebih dari dunia karena mengalami kekurangan gizi. Negara lainnya adalah Amerika, Etiopia, India, Kongo, Nigeria, Pakistan, Tanzania, dan Uganda.
Shinta mengatakan tingkat kelaparan di Indonesia dapat ditekan salah satunya dengan meningkatkan ketahanan di sektor pangan dan pertanian. Upaya tersebut juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Khususnya, poin kedua yaitu menghindari kelaparan.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan ketersediaan pangan telah menjadi prioritas negara. Terlebih lagi dengan tingkat pertumbuhan populasi yang tinggi di Indonesia yaitu 1,49 persen per tahun, kebutuhan pangan semakin melonjak.
"Kami harus menyediakan suplai pangan berkelanjutan dengan mengembangkan sektor pertanian," kata Bambang di depan forum yang sama. Namun ia mengatakan pengembangan sektor pertanian menghadapi banyak tantangan.
Lebih jauh, Bambang mengatakan tantangan pengembangan sektor pertanian berkelanjutan meningkat karena dampak negatif dari perubahan iklim. Selain itu, lahan pertanian di Indonesia sudah banyak beralih fungsi. Dampaknya, lahan milik petani berkurang dan produktivitas petani menurun.
Bambang mengatakan porsi kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia menurun drastis. Pada 2005, kontribusinya mencapai 30 persen namun menurun hingga menjadi 10 persen pada 2013. "Ini peringatan bagi kami untuk menjaga sektor pertanian," katanya.
Untuk membahas langkah ke depan, Kadin bersama dengan Global Initiatives, PISAgro, dan Dewan Bisnis untuk Pembangunan Berkelanjutan Indonesia menyelenggarakan Responsible Business Forum on Food and Agriculture (RBF). Forum digelar pada 14-15 Maret di Hotel Hyatt Jakarta.
Edisi keempat RBF ini mengumpulkan lebih dari 450 pihak pembuat kebijakan dari bisnis, pemerintah, pengusaha teknologi, NGO, dan petani. Tujuannya, untuk membangun pendekatan-pendekatan baru untuk memajukan keamanan pangan dan nutrisi di Asia. RBF mengeksplorasi inovasi dalam meningkatkan produksi pangan berkelanjutan dan melibatkan petani-petani kecil dalam rangka memperbaiki nutrisi dan kesehatan dalam kawasan ASEAN. (bmw/tempo)