Testimoni Kecurangan oleh Mantan Relawan dan Bantahan "Teman Ahok"
https://kabar22.blogspot.com/2016/06/testimoni-kecurangan-oleh-mantan.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Pada Kamis (22/6/2016), sejumlah mantan penanggung jawab pengumpul kartu tanda penduduk (KTP) Teman Ahok mengungkapkan adanya kecurangan dalam pengumpulan KTP dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu.
Pengungkapan kecurangan itu dilakukan dalam suatu acara yang digelar sekitar pukul 09.30 WIB di Kafe Dua Nyonya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Sebelum acara dimulai, para pembicara tampak keluar dari kafe. Mereka tampak berembuk kemudian baru memulai acara pukul 10.15 WIB.
Ada lima mantan relawan Teman Ahok yang memberikan testimoni, yakni Paulus Romindi, Richard Sukarno, Dody Hendaryadi, Kusnun Nurun, dan Dhella Noviyanti.
Richard menyampaikan testimoni pertama. Pada awal pembicaraan, ia langsung meminta maaf terhadap warga DKI Jakarta.
Permintaan maaf itu disampaikannya karena capaian 1 juta KTP Teman Ahok belum tentu memiliki data valid.
"Apa yang dinyatakan Teman Ahok di pusat, mantan pimpinan kami. Kami nyatakan bahwa tidak semuanya benar. Saya mau minta maaf kepada khususnya warga DKI atas informasi yang tidak semuanya benar yang disampaikan kawan kami di Pejaten," kata Paulus di Kafe Dua Nyonya, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu.
Menurut Paulus, ada praktik kecurangan dalam pengumpulan data KTP. Kecurangan itu dilakukan di tingkat bawah oleh para pengumpul data KTP.
Praktik curang tersebut biasa disebut barter oleh para pelaku. Sementara itu, data yang dioper itu disebut dengan KTP oplosan.
Menurut Richard, teruadi pertukaran KTP antar-pengumpul. Praktik kecurangan ini, kata dia, dilakukan agar masing-masing pengumpul mencapai target per pekan yang ditetapkan oleh Teman Ahok.
Berlomba-lomba Dapat Gaji
Setiap PJ Posko mendapat target untuk menggumpulkan 140 data per pekan. Mereka juga mendapat uang saku Rp 500.000 bila mencapai target tersebut.
Pada setiap pekan keempat, uang sakunya ditambahkan Rp 500.000. Total, dalam sebulan para pengumpul bisa mendapat Rp 2,5 juta.
Selain ada PJ, ada pula koordinator posko (Korpos) pengumpulan KTP. Tugas Korpos ini mengkoordinasikan KTP yang dikumpulkan dari para PJ.
Menurut Paulus, Korpos mendapat uang saku Rp 500.000 bila PJ mencapai target setiap bulan.
Setiap korpos membawahi lima hingga 10 PJ. "Jadi pendapatannya bisa mencapai Rp 5 juta dalam satu bulan," sambung Paulus.
Oleh karena itu, menurut Richard, target dan uang saku yang dijanjikan itu membuatnya dan pengumpul data KTP lainnya berbuat curang.
Sebagian dari mereka yang berbuat curang bertujuan mencapai target dan uang saku.
"Kalau saya jujur. Kami dikejar target. Kami tes dulu. Lolos. Berarti ada pembiaran. Lolos, lolos langsung. Nah mainkan," kata Richard.
Bukan hanya target dan uang saku, masing-masing dari mereka juga diberikan fasilitas gratis, mulai dari printer merk Hawlett-Packard (HP), laptop, hingga ponsel.
Modus KTP "oplosan"
Paulus membeberkan modus dari mengoplos KTP dukungan Teman Ahok. Modus itu semata-mata untuk mencapai target. Menurut Paulus, data KTP dari PJ belum tentu riil semuanya.
"Ini barter KTP. Contohnya, dari Pinang Ranti sudah mengumpulkan 140 bulan Sept 2015. Terus dioper, dibarter ke Kelurahan Kelapa Dua. Naik Go-Jek kek, ketemuan. Kemudian ditukar lagi bulan berikutnya, ke Sukabumi selatan dan Jati," kata Paulus mencontohkan.
Setiap PJ, lanjut Paulus, memiliki bawahan lagi. Bawahan itu yang kemudian bertugas mengumpulkan data KTP untuk Teman Ahok. Permainan tersebut biasanya terjadi hingga di level bawahan PJ.
"Kami pasang kaki-kaki. Gimana caranya? Dari Rp 500.000 itu kami cak (bagi-bagi). Mereka kerjasama dengan oknum lain lah. Caranya seperti itu," ungkap Paulus.
Sampai di Posko Pusat Teman Ahok, risiko KTP ganda, menurut dia, cukup besar. Apalagi, lanjut Paulus, verifikasi KTP ini tidak maksimal.
Dari 140 data KTP, verifikasi dilakukan secara acak dengan menelepon 10 hingga 15 orang."Begitu diangkat positif, masuk. Padahal sisanya belum tentu benar," sambung Paulus.
Tak Mengaku Curang
Penasaran dengan cerita dari masing-masing mantan PJ Posko, Kompas.com mendatangi satu per satu pemberi testimoni.
Paulus misalnya. Saat ditanya mengenai pernah tidaknya melakukan pengoplosan KTP, Paulus mengaku tidak pernah.
"Kalau saya pribadi, enggak ya. Omongan-omongan di bawah," kata Paulus.
Menurut pegawai swasta itu, pengoplosan KTP diketahui setelah masa kontraknya habis. Informasi itu diketahui dari kaki-kaki atau bawahan Paulus.
"Semua informasi diketahui setelah selesai. Saya kan bulan Mei. Gue kan taunya riil. Tapi kan punya kaki-kaki di bawah. 'Lo tau enggak Bang? Itu KTP bodong. Orang gue tiga kali nyetor. Lo kena gak Bang? Lolos' Yaudah selamet," ungkap Paulus.
Sementara itu, Nurun juga enggan mengaku bahwa ikut melakukan praktik curang. Menurut Nurun, praktik itu dilakukan oleh teman-temannya.
"Kalau saya enggak lakuin itu. Temen-temen yang lakuin," ungkap Nurun.
Demikian juga dengan Dhella Noviyanti. Wanita yang merupakan anak dari Richard Sukarno itu mengaku tidak melakukan praktik curang.
Menurut Dhella, pengumpulan KTP dilakukan oleh Richard. Ia mengaku hanya pernah ditegur lewat pesan singkat dari Teman Ahok di tingkat pusat karena ada KTP ganda.
"Kalau misalnya ada yang ganda di-SMS," kata Dhella.
Dody pun awalnya demikian. Saat ditanya, Dody tampak ragu. Ia pun mengaku tak pernah barter.
"Kalau barter KTP enggak barter. Intinya kami cari KTP, tapi teman-teman yang lain kan juga cari KTP. Setelah saya kasih teman-teman lain KTP dan saya juga minta. Ternyata KTP itu sudah disetor ke sana," kata Dody.
Namun, setelah dicecar pertanyaan, Dody mengaku pernah meminta KTP ke PJ Posko lainnya.
Ia kemudian berkilah kalau tahu KTP yang diminta itu sudah pernah disetor ke Posko Pusat Teman Ahok.
"Saya enggak tahu kalau sudah terbang ke sana, ke Pejaten. Semua PJ di Pejaten tidak ada yang riil," ungkap Dody.
Nasib Dody pun tragis. Ia dipecat karena ketahuan banyak data yang tak valid. Richard pun bernasib demikian.
Ia dipecat karena dianggap memasukan data tak valid. Richard pun mengakui bahwa ia pernah melakukan kecurangan. "Pernah. Itu terpaksa karena harus kejar target," kata Richard.
Disetir Ormas
Sementara itu, Juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas mengaku heran dengan gencarnya serangan kepada Teman Ahok setelah mereka mencapai target 1 juta fotokopi KTP dukungan untuk Ahok-Heru.
Menurut dia, secara kebetulan juga, metode pembusukannya dilakukan seolah-olah dari dalam.
"Orang yang pernah bersentuhan dengan kita, namun kemudian tersingkir dalam gerakan, tiba-tiba datang dan menggembosi gerakan. Padahal mereka, barisan sakit hati ini, tidak tahu banyak tentang gerakan karena hanya bergabung di awal, ketahuan melanggar, dan tidak tahu perkembangan," tulis Amalia dalam website resmi temanahok.com, Rabu (22/6/2016).
Menurut Amalia, barisan sakit hati itu berhasil menemukan pihak yang berkepentingan yang mau memfasilitasi mereka. Ia pun menyebut para mantan relawan Teman Ahok itu berhasil dipolitisasi.
Lebih jauh lagi, Teman Ahok mengaku kedatangan salah seorang PJ Posko sebelum konferensi pers di Cikini berlangsung.
Kepada Teman Ahok, PJ tersebut menyebut ada sebuah gerakan dari ormas untuk mengumpulkan orang yang tersingkir dari organisasi Teman Ahok dan memfasilitasi mereka untuk membuat pertemuan pers.
Kelima orang PJ itu pun dipastikan sudah dikeluarkan oleh Teman Ahok. Bahka, menurut Amalia, tiga dari lima orang tersebut dipecat karena kualitas data yang dihasilkan buruk.
Meskipun demikian, Amalia mengatakan bahwa Teman Ahok tidak akan membawa masalah ini ke ranah hukum.
Menurut Amalia, masyarakat dapat menilai sendiri kualitas informasi yang disampaikan para mantan relawan Teman Ahok itu setelah mengetahui latar belakang dari perbuatan kelima orang tersebut.
"Sebenarnya lebih ke sanksi sosial. Awalnya kami ingin membalas, tetapi ternyata publik sudah lebih dulu membalasnya dengan sanksi sosial," ujar Amalia.
Namun, ia mengatakan, Teman Ahok akan mendukung siapa saja yang ingin memperkarakan kelima orang tersebut secara hukum. Bahkan, Teman Ahok siap memberikan data-data jika dibutuhkan.
Pengungkapan kecurangan itu dilakukan dalam suatu acara yang digelar sekitar pukul 09.30 WIB di Kafe Dua Nyonya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Sebelum acara dimulai, para pembicara tampak keluar dari kafe. Mereka tampak berembuk kemudian baru memulai acara pukul 10.15 WIB.
Ada lima mantan relawan Teman Ahok yang memberikan testimoni, yakni Paulus Romindi, Richard Sukarno, Dody Hendaryadi, Kusnun Nurun, dan Dhella Noviyanti.
Richard menyampaikan testimoni pertama. Pada awal pembicaraan, ia langsung meminta maaf terhadap warga DKI Jakarta.
Permintaan maaf itu disampaikannya karena capaian 1 juta KTP Teman Ahok belum tentu memiliki data valid.
"Apa yang dinyatakan Teman Ahok di pusat, mantan pimpinan kami. Kami nyatakan bahwa tidak semuanya benar. Saya mau minta maaf kepada khususnya warga DKI atas informasi yang tidak semuanya benar yang disampaikan kawan kami di Pejaten," kata Paulus di Kafe Dua Nyonya, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu.
Menurut Paulus, ada praktik kecurangan dalam pengumpulan data KTP. Kecurangan itu dilakukan di tingkat bawah oleh para pengumpul data KTP.
Praktik curang tersebut biasa disebut barter oleh para pelaku. Sementara itu, data yang dioper itu disebut dengan KTP oplosan.
Menurut Richard, teruadi pertukaran KTP antar-pengumpul. Praktik kecurangan ini, kata dia, dilakukan agar masing-masing pengumpul mencapai target per pekan yang ditetapkan oleh Teman Ahok.
Berlomba-lomba Dapat Gaji
Setiap PJ Posko mendapat target untuk menggumpulkan 140 data per pekan. Mereka juga mendapat uang saku Rp 500.000 bila mencapai target tersebut.
Pada setiap pekan keempat, uang sakunya ditambahkan Rp 500.000. Total, dalam sebulan para pengumpul bisa mendapat Rp 2,5 juta.
Selain ada PJ, ada pula koordinator posko (Korpos) pengumpulan KTP. Tugas Korpos ini mengkoordinasikan KTP yang dikumpulkan dari para PJ.
Menurut Paulus, Korpos mendapat uang saku Rp 500.000 bila PJ mencapai target setiap bulan.
Setiap korpos membawahi lima hingga 10 PJ. "Jadi pendapatannya bisa mencapai Rp 5 juta dalam satu bulan," sambung Paulus.
Oleh karena itu, menurut Richard, target dan uang saku yang dijanjikan itu membuatnya dan pengumpul data KTP lainnya berbuat curang.
Sebagian dari mereka yang berbuat curang bertujuan mencapai target dan uang saku.
"Kalau saya jujur. Kami dikejar target. Kami tes dulu. Lolos. Berarti ada pembiaran. Lolos, lolos langsung. Nah mainkan," kata Richard.
Bukan hanya target dan uang saku, masing-masing dari mereka juga diberikan fasilitas gratis, mulai dari printer merk Hawlett-Packard (HP), laptop, hingga ponsel.
Modus KTP "oplosan"
Paulus membeberkan modus dari mengoplos KTP dukungan Teman Ahok. Modus itu semata-mata untuk mencapai target. Menurut Paulus, data KTP dari PJ belum tentu riil semuanya.
"Ini barter KTP. Contohnya, dari Pinang Ranti sudah mengumpulkan 140 bulan Sept 2015. Terus dioper, dibarter ke Kelurahan Kelapa Dua. Naik Go-Jek kek, ketemuan. Kemudian ditukar lagi bulan berikutnya, ke Sukabumi selatan dan Jati," kata Paulus mencontohkan.
Setiap PJ, lanjut Paulus, memiliki bawahan lagi. Bawahan itu yang kemudian bertugas mengumpulkan data KTP untuk Teman Ahok. Permainan tersebut biasanya terjadi hingga di level bawahan PJ.
"Kami pasang kaki-kaki. Gimana caranya? Dari Rp 500.000 itu kami cak (bagi-bagi). Mereka kerjasama dengan oknum lain lah. Caranya seperti itu," ungkap Paulus.
Sampai di Posko Pusat Teman Ahok, risiko KTP ganda, menurut dia, cukup besar. Apalagi, lanjut Paulus, verifikasi KTP ini tidak maksimal.
Dari 140 data KTP, verifikasi dilakukan secara acak dengan menelepon 10 hingga 15 orang."Begitu diangkat positif, masuk. Padahal sisanya belum tentu benar," sambung Paulus.
Tak Mengaku Curang
Penasaran dengan cerita dari masing-masing mantan PJ Posko, Kompas.com mendatangi satu per satu pemberi testimoni.
Paulus misalnya. Saat ditanya mengenai pernah tidaknya melakukan pengoplosan KTP, Paulus mengaku tidak pernah.
"Kalau saya pribadi, enggak ya. Omongan-omongan di bawah," kata Paulus.
Menurut pegawai swasta itu, pengoplosan KTP diketahui setelah masa kontraknya habis. Informasi itu diketahui dari kaki-kaki atau bawahan Paulus.
"Semua informasi diketahui setelah selesai. Saya kan bulan Mei. Gue kan taunya riil. Tapi kan punya kaki-kaki di bawah. 'Lo tau enggak Bang? Itu KTP bodong. Orang gue tiga kali nyetor. Lo kena gak Bang? Lolos' Yaudah selamet," ungkap Paulus.
Sementara itu, Nurun juga enggan mengaku bahwa ikut melakukan praktik curang. Menurut Nurun, praktik itu dilakukan oleh teman-temannya.
"Kalau saya enggak lakuin itu. Temen-temen yang lakuin," ungkap Nurun.
Demikian juga dengan Dhella Noviyanti. Wanita yang merupakan anak dari Richard Sukarno itu mengaku tidak melakukan praktik curang.
Menurut Dhella, pengumpulan KTP dilakukan oleh Richard. Ia mengaku hanya pernah ditegur lewat pesan singkat dari Teman Ahok di tingkat pusat karena ada KTP ganda.
"Kalau misalnya ada yang ganda di-SMS," kata Dhella.
Dody pun awalnya demikian. Saat ditanya, Dody tampak ragu. Ia pun mengaku tak pernah barter.
"Kalau barter KTP enggak barter. Intinya kami cari KTP, tapi teman-teman yang lain kan juga cari KTP. Setelah saya kasih teman-teman lain KTP dan saya juga minta. Ternyata KTP itu sudah disetor ke sana," kata Dody.
Namun, setelah dicecar pertanyaan, Dody mengaku pernah meminta KTP ke PJ Posko lainnya.
Ia kemudian berkilah kalau tahu KTP yang diminta itu sudah pernah disetor ke Posko Pusat Teman Ahok.
"Saya enggak tahu kalau sudah terbang ke sana, ke Pejaten. Semua PJ di Pejaten tidak ada yang riil," ungkap Dody.
Nasib Dody pun tragis. Ia dipecat karena ketahuan banyak data yang tak valid. Richard pun bernasib demikian.
Ia dipecat karena dianggap memasukan data tak valid. Richard pun mengakui bahwa ia pernah melakukan kecurangan. "Pernah. Itu terpaksa karena harus kejar target," kata Richard.
Disetir Ormas
Sementara itu, Juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas mengaku heran dengan gencarnya serangan kepada Teman Ahok setelah mereka mencapai target 1 juta fotokopi KTP dukungan untuk Ahok-Heru.
Menurut dia, secara kebetulan juga, metode pembusukannya dilakukan seolah-olah dari dalam.
"Orang yang pernah bersentuhan dengan kita, namun kemudian tersingkir dalam gerakan, tiba-tiba datang dan menggembosi gerakan. Padahal mereka, barisan sakit hati ini, tidak tahu banyak tentang gerakan karena hanya bergabung di awal, ketahuan melanggar, dan tidak tahu perkembangan," tulis Amalia dalam website resmi temanahok.com, Rabu (22/6/2016).
Menurut Amalia, barisan sakit hati itu berhasil menemukan pihak yang berkepentingan yang mau memfasilitasi mereka. Ia pun menyebut para mantan relawan Teman Ahok itu berhasil dipolitisasi.
Lebih jauh lagi, Teman Ahok mengaku kedatangan salah seorang PJ Posko sebelum konferensi pers di Cikini berlangsung.
Kepada Teman Ahok, PJ tersebut menyebut ada sebuah gerakan dari ormas untuk mengumpulkan orang yang tersingkir dari organisasi Teman Ahok dan memfasilitasi mereka untuk membuat pertemuan pers.
Kelima orang PJ itu pun dipastikan sudah dikeluarkan oleh Teman Ahok. Bahka, menurut Amalia, tiga dari lima orang tersebut dipecat karena kualitas data yang dihasilkan buruk.
Meskipun demikian, Amalia mengatakan bahwa Teman Ahok tidak akan membawa masalah ini ke ranah hukum.
Menurut Amalia, masyarakat dapat menilai sendiri kualitas informasi yang disampaikan para mantan relawan Teman Ahok itu setelah mengetahui latar belakang dari perbuatan kelima orang tersebut.
"Sebenarnya lebih ke sanksi sosial. Awalnya kami ingin membalas, tetapi ternyata publik sudah lebih dulu membalasnya dengan sanksi sosial," ujar Amalia.
Namun, ia mengatakan, Teman Ahok akan mendukung siapa saja yang ingin memperkarakan kelima orang tersebut secara hukum. Bahkan, Teman Ahok siap memberikan data-data jika dibutuhkan.