Kontroversi Luhut Panjaitan: Kekayaan dan Kiprahnya

BLOKBERITA -- Nama Luhut Binsar Panjaitan menjadi sorotan lagi. Kali ini namanya perusahaan Mayfair termuat dalam Panama Papers. Luhut Binsar Panjaitan pernah disorot pula karena harta kekayaannya yang melonjak lebih dari seratus kali lipat dalam kurun empat belas tahun.

Luhut melaporkan harta kekayaan pada tahun 2001. Nilai harta kekayaannya setara Rp 7,1 miliar saja. Tapi 2015, kekayaan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan ini sudah mencapai Rp 660 miliar. Luhut Binsar Panjaitan mengatakan kekayaannya membengkak dari hasil bisnis batu  -bara.

” Tiba-tiba saja harga batu bara meledak, US$30, ada juga yang US$40. Itu hands of God,” kata Luhut, seperti dilansir Majalah Tempo.

Dalam acara Dialog "Mata Najwa" malam ini (1/6) pukul 20.15 Wib dengan bintang tamu spesial Menkopolkam Luhut Binsar Panjaitan terjadi dialog yang mengasikan

" Anda orang terkaya di kabinet Jokowi lho Pak Luhut, Kekayaan anda sekarang Rp 600 Miliar. Bagaimana cara bapak memproleh kekayaann itu ? " tanya Najwa.

" Wahh,,ini pertanyaan yang aneh " kata Luhut, disambut tertawa para penonton di studio.

Namun akhirnya Luhut menjelaskan secara global bahwa hartanya diperoleh lewat bisnisnya di beberapa perusahaannnya. Berikut bisnis dan pergaulan Luhut dengan sejumlah tokoh.

Berbisnis dengan Prabowo

Prabowo Subianto,-- kini Ketua Umum Partai Gerindra, dikenal lama oleh Luhut. Keduanya sama-sama alumni pasukan khusus. Luhut sempat menjadi atasan Prabowo. Hubungan istimewa keduanya sempat terekam pada era ABRI di pimpin Benny Moerdani.

Pada tahun 1985, Try Sutrisno, yang saat itu menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, ingin menggeser Prabowo Subianto keluar dari Korp Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Try semula hendak memindahkan Prabowo ke Pusat Kesenjataan Infantri di Bandung, Jawa Barat. Try kemudian meminta saran Luhut selaku Komandan Detasemen-81/Antiteror, atasan langsung Prabowo. Mendengar saran Luhut, Try akhirnya membatalkan keinginannya. Prabowo Subianto dipindah ke Yonif-328/Raiders Kostrad, sebagai wakil komandan. "Di situ juga baik untuk melengkapi karier militernya," kata Luhut seperti dikutip buku Sintong Panjaitan: Para Komando.

Hubungan Luhut dan Prabowo berlanjut di bisnis mereka. Keduanya memiliki PT Kiani Kertas. Usaha bersama itu sempat terombang ambing masalah keuangan di Badan Penyehatan Perbangkan Nasional pada tahun 2003.

Kepercayaan Abdurrahman Wahid

Pada perombakan kabinet Agustus 2000, Presiden Abdurrahman Wahid mempercayai Luhut sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan menggantikan Jusuf Kalla. Kalla tak menghadiri serah-terima jabatan itu. Kalla bercerita ia memilih menonton televisi. "Sudah lama Gus Dur melakukan berbagai upaya untuk mengganti saya dengan Luhut," kata Kalla kepada Tempo tahun 2000 silam. Kalla menganggap tak benar alasan Gus Dur bahwa pergantian itu demi kekompakan kabinet. "Saya kira ini cuma alasan agar Luhut Panjaitan bisa menjadi menteri." (Lihat video Inikah Perusahaan Cangkang Menteri Luhut?)

Lagi-lagi pergaulan bisnis Luhut menjadi bagian dari latar belakang alasam Presiden Gus Dur memilih Luhut. Gus Dur mendapati bukti luasnya jaringan binsis lulusan Akademi Militer 1970 yang waktu itu duta besar Singapura tersebut. Gus Dur berdua dengan Purnawirawan Letnan Jenderal kelahiran Samosir 28 September 1947 ini bertemu Reuven Horesh, Direktur Jenderal Kementerian Perdagangan dan Industri Israel di Jakarta pada Januari 2001.

Sebelum pertemuan bocor, Israel sempat menyebut telah tercapai kesepakatan penting: "Pemerintah Indonesia berjanji akan mencabut larangan perdagangan langsung."

Luhut pula yang menjadi alasan keluarga Salim mau kembali melakukan bisnis di Indonesia. Hubungan persahabatan antara Antony Salim dan Luhut dibangun sejak Luhut menjabat duta besar di Singapura. Media Singapura mengabarkan Luhut dan Anthony sebagai tokoh yang mempertemukan Presiden Abdurrahman dan para pengusaha Singapura pada tahun 2000. (bin/metro/tempo)

View

Related

TOKOH 405518116901706998

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item