Hargai Kedelai Melonjak, Produsen Tempe dan Tahu Galau
https://kabar22.blogspot.com/2015/09/hargai-kedelai-melonjak-produsen-tempe.html
BLOKBERITA -- Pelemahan mata uang rupiah sampai pada Rp 14.700 per dollar
Amerika Serikat (AS) membuat harga produk impor akan ikut terkerek.
Salah satu produk impor yang volumenya cukup besar adalah impor kedelai.
Rata-rata kebutuhan kedelai dalam negeri sekitar 2,5 juta ton per tahun
dan sekitar 70% atau setara 2 juta ton berasal dari impor dan 500.000
ton berasal dari kedelai lokal.
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan sejak empat bulan terakhir harga kedelai impor perlahan-lahan mengalami kenaikan.
Ia bilang, pada bulan Mei 2015 lalu, harga kedelai impor masih sekitar Rp 7.000 per kg - Rp 7.500 per kg. Namun saat ini harga kedelai impor di sejumlah wilayah sudah mencapai Rp 8.000 per kg sampai Rp 9.000 per kg.
Ia mengambil contoh di Cirebon dan Cilacap harga kedelai menyentuh Rp 8.500 - Rp 9.000 per kg.
Kendati begitu, harga kedelai di Jabodetabek masih berada di kisaran Rp 7.500 per kg - Rp 7.800 per kg. "Jadi ada kenaikan rata-rata Rp 500 per kg," ujar Aip kepada KONTAN, Senin (28/9).
Aip mengatakan bila tren pelemahan rupiah terhadap dollar terus berlanjut maka harga kedelai impor bisa tembus di atas 10.000 per kg. Ia bilang hal itu bisa terjadi kalau rupiah melemah di atas Rp 15.000 per dollar. Ia mendesak pemerintah menekan pelemahan rupiah terhadap dollar dan mendorong peningkatan produksi kedelai lokal.
Sejauh ini, produsen tahu tempe berupaya mengakali kenaikan harga kedelai ini dengan mengecilkan ukuran tahu dan tempe yang diproduksi. Bila sebelumnya 1 kg tempe dibagi empat rata-rata 250 gram, maka sekarang bisa dikecilkan lagi dengan ukuran 240 gram per potong. "Produsen tahu tempe masih menahan harga tidak naik," ujar Aip.
Namun bila rupiah melemah sampai Rp 15.000 per dollar, maka tidak ada pilihan lain bagi produsen tahu tempe selain menaikkan harga. Sebab saat ini, kedelai yang rata-rata banyak dibutuhkan masih berasal dari impor. (bazz/kontan)
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan sejak empat bulan terakhir harga kedelai impor perlahan-lahan mengalami kenaikan.
Ia bilang, pada bulan Mei 2015 lalu, harga kedelai impor masih sekitar Rp 7.000 per kg - Rp 7.500 per kg. Namun saat ini harga kedelai impor di sejumlah wilayah sudah mencapai Rp 8.000 per kg sampai Rp 9.000 per kg.
Ia mengambil contoh di Cirebon dan Cilacap harga kedelai menyentuh Rp 8.500 - Rp 9.000 per kg.
Kendati begitu, harga kedelai di Jabodetabek masih berada di kisaran Rp 7.500 per kg - Rp 7.800 per kg. "Jadi ada kenaikan rata-rata Rp 500 per kg," ujar Aip kepada KONTAN, Senin (28/9).
Aip mengatakan bila tren pelemahan rupiah terhadap dollar terus berlanjut maka harga kedelai impor bisa tembus di atas 10.000 per kg. Ia bilang hal itu bisa terjadi kalau rupiah melemah di atas Rp 15.000 per dollar. Ia mendesak pemerintah menekan pelemahan rupiah terhadap dollar dan mendorong peningkatan produksi kedelai lokal.
Sejauh ini, produsen tahu tempe berupaya mengakali kenaikan harga kedelai ini dengan mengecilkan ukuran tahu dan tempe yang diproduksi. Bila sebelumnya 1 kg tempe dibagi empat rata-rata 250 gram, maka sekarang bisa dikecilkan lagi dengan ukuran 240 gram per potong. "Produsen tahu tempe masih menahan harga tidak naik," ujar Aip.
Namun bila rupiah melemah sampai Rp 15.000 per dollar, maka tidak ada pilihan lain bagi produsen tahu tempe selain menaikkan harga. Sebab saat ini, kedelai yang rata-rata banyak dibutuhkan masih berasal dari impor. (bazz/kontan)