Sejenak Menyapa Hati dan Pribadi, Membasuh Noda Duniawi yang Mendaki dan Membunuh Sanubari
https://kabar22.blogspot.com/2015/04/sejenak-menyapa-hati-dan-pribadi.html
BLOKBERITA -- Krisis moral dan kemanusiaan yang sedang mendera umat manusia di dunia, khususnya Indonesia - sebagaimana keprihatinan yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Buya Syafii Maarif beberapa waktu lalu terjadi karena telah matinya hati nurani sebagai pribadi maupun bangsa . Egosentris pribadi dan golongan, kerakusan dan kekuasaan kepada duniawi yang tak akan pernah berujung batas itu telah menjauhkan manusia dari Sang Khaliqnya. Jauh dari keluhuran budi dan cinta sesama sebagai makhluk Tuhan. Pluralitas Sara menjadi ajang dan dasar pertikaian bangsa yang kian masif. Kenapa itu semua terjadi ? Karena telah sirnanya ruh cinta dan kemanusiaan di hati manusia. Lewat Kumpulan puisi Emha Ainun Nadjib yang pernah bergaung di jagad sastra Indonesia pada era 70 hingga 80-an ini semoga bisa menyentuh dan menyadarkan kembali kejumudan dan kebodohan kita sebagai manusia selama ini. Selamat menghayati tahajud cinta seorang hamba kepada 'kekasihnya':
TAHAJUD CINTAKU
Maha anggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Maha agung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan
Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang
Maha anggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya
1988
SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA
Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta'ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gampang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya 'Alal Falah!
1987.
BEGITU ENGKAU BERSUJUD
Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat
Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid
1987
KETIKA ENGKAU BERSEMBAYANG
Ketika engkau
bersembayang
Oleh takbirmu pintu
langit terkuakkan
Partikel udara dan
ruang hampa bergetar
Bersama-sama
mengucapkan allahu akbar
Bacaan Al-Fatihah
dan surah
Membuat kegelapan
terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan
pasrah
Membentangkan
jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu
mengakar ke pusat bumi
Ruku' lam badanmu
memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu
menangis
Di dalam cinta Allah
hati gerimis
Sujud adalah
satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya
untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban
takkan sampai
Kepada asal mula
setiap jiwa kembali
Maka sembahyang
adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya
agar sampai kembali
Badan di peras jiwa
dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah
terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas
sajadah cahaya
Melangkah
perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada
ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa
dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari
sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak
terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia,
kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala,
seluas 'arasy sembilan puluh sembilan
1987
DITANYAKAN KEPADANYA
Ditanyakan kepadanya
siapakah pencuri
Jawabnya: ialah
pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah
menata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya
siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah
matahari yang tak bercahaya
Tak demikian
sunnatullah berkata
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya
siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang
memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah
sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya
siapakah penindas
Jawabnya: ialah
gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi
alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya
siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang
tinggi menuju matahari
Burung Allah tak
sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya
siapa orang lalai
Ialah siang yang tak
bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah
sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya
siapa orang ingkar
Ialah air yang
mengalir ke angkasa
Padahal telah
ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah
penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa
yang memenuhi ladang
Orang wajib
menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah
orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak
membakar keringnya dedaunan
Orang harus
menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah
pedagang penyihir
Ialah kijang kencana
berlari di atas air
Orang harus
meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah
budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang
meminum air kencingnya sendiri
Orang harus
melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya
siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang
tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di
telinganya
Agar tak berdusta ia
1988
NOCTURNO
Tuhan si anak kenangan berbaring di cakrawala selatan
Tuhan si anak kenangan berloncatan di atas bintang-bintang
Tuhan si anak kenangan berebut masuk keluar pernapasan
Tuhan si anak kenangan tak meleleh di pucuk dendam
Tuhan si anak kenangan terjatuh !
: dalam bayang- bayang
“ Selamat malam!
O, si buah angan
Selamat malam!
O, si Anak Hilang ! ”
1975
NOCTURNO
Tuhan si anak kenangan berbaring di cakrawala selatan
Tuhan si anak kenangan berloncatan di atas bintang-bintang
Tuhan si anak kenangan berebut masuk keluar pernapasan
Tuhan si anak kenangan tak meleleh di pucuk dendam
Tuhan si anak kenangan terjatuh !
: dalam bayang- bayang
“ Selamat malam!
O, si buah angan
Selamat malam!
O, si Anak Hilang ! ”
1975
SAJAK JATUH CINTA
Karena ini bunga
Maka ciumlah dengan bening jiwa
Karena ini sajak
Maka terimalah dengan mripat kanak-kanak
Gugusan mendung yang ranum
Menggugurkan hujan ke bumi
Dari langit jauh Engkau bagai telah turun
Pada air, tanah, serta pada sunyi
Kemudian senyap sesaat
Tuhan melintaskan syafaat
Kemudian daun-daun bersijingkat
Dalam pesona memikat
Karena ini bunga, dik
Maka ciumlah dengan bening jiwa
Karena ini sajak, dik
Maka terimalah dengan mripat kanak-kanak
1975
APAKAH PUISI-PUISI INI
Apakah puisi-puisi ini
Jelmaan roh-Mu, Tuhanku
Sehingga aku merasa bahagia
Jika bergaul dengannya
Ia selalu membuka ruang
Hingga aku setia pada kemungkinan
Ia adalah sembahyang
Yang penuh kemerdekaan
Tuhan, di antara sekian cara hidup
Agama dan peraturan-peraturan
Puisi memberi keikhlasan
Kepada apa pun yang Kaulakukan
Yogya 77
SAJAK REMBULAN
Demi rembulan yang Engkau ciptakan
Khusus untuk memulangkan diriku
Kepada kumandang tangis bayi, yang telanjang
Yang hening lagunya bergaung
Ke ladang-ladang jiwa
Yang meripatnya bening
Dan yang semua geraknya
Dibimbing
Oleh kegaiban
Demi rembulan di larut malam
Yang bagai kereta kencana
Ditarik oleh kuda siluman
Yang bangkit dari cakrawala
Yang bangkit begitu saja
Berderap
Perlahan
Dan menciptakan gemuruh
Dalam kediaman
Demi rembulan yang Engkau ciptakan
Untuk mengusap kening jiwa yang berabad menangis
Jiwa Adam
Rintih kerinduan
Yang mencegatnya di ujung jalan
Dan yang mencegatku kini
Dalam derita dan keasingan
Yang terus menjelma
Yang mengawali setiap pekik kelahiran
Dan yang terus berkembang dalam kenangan
Demi rembulan yang bagai pejalan sunyi
Menjelajah seluruh malam
Sehingga terciptalah dunia dan kehidupan
Dari angin, embun dan dedaunan
Yang berkilat
Karena cahayanya
Yang seakan mengisyaratkan harapan
Bagi kerinduanku nantinya
Ah, Tuhan!
Demi rembulan yang Engkau ciptakan
Buat menggoda!
Di semak-semak ini
Di hutan gelap yang tercipta
Dalam gaung jiwa
Dalam gelegak samudera
Dalam gelegak darahku
Yang letih
Dan maya
: kutikamkan pisau ini
ke dadaku!
(terimalah
semangatku
reguklah
cintaku!)
75
Wa syukurillah,..... Walhamdulillah...... Wasalaamm.......
[ bbcom / mrheal ]