Buya Syafii: Bangsa ini Sedang Menggali Kuburannya Sendiri. Secara Moral Sudah Pingsan !
https://kabar22.blogspot.com/2015/04/buya-syafii-bangsa-ini-sedang-menggali.html
BLOKBERITA -- Kondisi bangsa yang terus dirundung masalah menjadi keprihatinan tersendiri bagi cendekiawan muslim Ahmad Syafii Maarif.
Melalui bukunya berjudul: Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu mencoba memberikan pemikiran dan analisisnya bagi masyarakat Indonesia. Menurut dia, melihat persoalan bangsa saat ini, ada nilai yang hilang dalam sendi bangsa, yakni kepentingan umum yang sudah takluk oleh kepentingan pribadi. Karena itu dia mengingatkan apabila tidak dibendung sedini mungkin, hal ini akan membahayakan nasib bangsa ke depan.
” Arus semacam ini bisa dikatakan bangsa sedang menggali kuburannya. Itu terasa sekali,” ujar Buya Syafii saat peluncuran bukunya sekaligus tasyakuran usianya yang ke- 80 tahun di Jakarta semalam. Menurut Buya Syafii, banyak di kalangan masyarakat saat ini yang juga tidak setia kepada bangsa sendiri. Dia mengambil datayangdisampaikanBappenas bahwa banyak rakyat Indonesia sendiri yang terlibat pencurian ikan oleh bangsa lain yang nilainya mencapai Rp300 triliun.
” Betapa kita sekarang tidak setia terhadap bangsa ini, bangsa ini pingsan secara moral,” ucapnya. Di saat kondisi bangsa yang seperti ini, Buya Syafii mengajak umat Islam untuk kembali pada ajaran agamanya. Ajaran agama Islam yang damai dan menuju keadilan. ”Ajaran yang sesungguhnya tidak ada paksaan dalam beragama, bahkan kalau kamu ingin beriman mari, tapi kalau tidak itu urusan kamu, bebas,” tuturnya.
Buya Syafii juga mengatakan bahwa apabila di kalangan umat Islam sendiri terjadi perpecahan, mereka harus kembali pada tuntunan kitab suci Alquran. Memang dalam menafsirkan ajaran agama melalui Alquran ini orang bisa berbeda. ” Tapi di dalam Alquran ada benang merah,” imbuhnya.
Ketua MPR Zulkifli Hasan turut memberikan testimoninya atas peluncuran buku garapan Buya Syafii Maarif ini. Menurut dia banyak pesan yang disampaikan dalam buku tersebut, salah satunya bagaimana menjadi politisi yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. ” Yang paling saya takut dikatakan politisi rabun ayam atau politisi kumuh seperti yang dikatakan Buya,” ucap Zulkifli.
Menurut dia, beberapa pesan lain yang tertulis di buku itu juga coba diterapkan dalam profesinya saat ini, yaitu bagaimana menyukseskan program di jabatan barunya di dunia politik sebagai ketua MPR. ” Kalau dulu MPR itu fokus sosialisasi 4 pilar, maka saya lanjutkan bahwa pada usia 70 tahun kita merdeka, maka bukan saatnya lagi kita sosialisasi,” tuturnya. Zulkifli yakin apabila banyak pihak yang menerapkan pandangan- pandangan Buya Syafii, kita akan mampu menghadapi tantangan bangsa.
” Kaya miskin, politik kumuh itu bisa kita atasi dengan pandangan Buya Syafii,” katanya. Uskup Agung Jakarta Ignatius Suharyo juga memberikan pendapatnya mengenai buku Buya Syafii tersebut. Dia mengatakan apa yang disampaikan adalah sebuah analisis kesejarahan yang kuat yang dilandasi pemahaman terhadap sejarah yang dalam.
” Kalau saya diminta merumuskan dalam satu kata adalah personalisasi keislaman di Indonesia,” ujar dia yang juga menjabat sebagai Wali Gereja Indonesia tersebut.
Islam dan Kemanusiaan
Buya juga menyampaikan, Islam dan kemanusiaan adalah dua hal yang tak bisa dilepas-pisahkan. Islam akan menjadi suatu kekuatan bagi bangsa Indonesia. Namun Islam yang dimaksud adalah Islam yang toleran, Islam yang menghormati kebhinekaan atau pluralisme.
" Saya melihat Islam dan kemanusiaan saling melengkapi dan akan menjadi kekuatan bangsa ini. Islam yang saya katakan di sana adalah Islam yang sangat toleran, Islam yang menghormati kebhinekaan, pluralisme dan perbedaan asal kita menghormati konstitusi," ujar Buya Saafi di awal acara.
Lanjut Buya, penulisan buku ini terinspirasi oleh perbedaan di Indonesia dalam banyak hal. Perbedaan ini, kata Buya harus menjadi kekuatan yang membangun, bukan kekuatan yang memecahkan.
" Ini antisipasi saja. Sebab bangsa ini terdiri dari keanekaragaman di banyak hal. Jika tidak diperhatikan, bukan sesuatu yg menjadi kekuatan yg kooperatif, dan harus kita perhatikan. Perbedaan itu harus jadi kekuatan kooperatif bukan kekuatan yang memecahkan," tukas Buya Saafi yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahunnya yang ke-80.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Maarif Institute Fazar Rizal Burhad mengatakan acara peluncuran buku ini merupakan salah satu dari rangkaian acara menyambut ulang tahun Buya Syaafi yang ke-80.
"Kami dari Maarif Institute mengucapkan selamat datang bagi semua yang hadir. Acara malam ini adalah bagian dari rangkaian acara menyambut HUT 80 Buya Syaafi. Ada empat acara, yakni peluncuran buku Islam dalam bingkai keindonesiaan dan kemanusiaan, peluncuran biografi Buya Syaafi, pementasan biografi dan komik essai Syaffi," terang Rizal.
Disaksikan merdeka.com, hadir juga dalam acara ini tokoh agama Katolik Magniz Suseno, ketua penerbit Mizan Abdillah Toha, budayawan Adi Nugroho, dan puluhan elemen masyarakat lainnya.
[ sindo / merdeka / btk / bbcom / mrheal ]