Politik Dinasti ala Megawati. Puan-Prananda Memang Dipersiapkan Jadi Pemimpin PDIP


JAKARTA, BLOKBERITA -- Dua cucu Soekarno, Puan Maharani dan Prananda Prabowo, masuk dalam susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk periode 2015-2020. Bagaimanapun juga pangejawantahan politik dinasti itu tidak bisa dinafikkan, dan itu sah-sah saja selama memang kompeten dan kredibel - bukan semata-mata mabuk kekuasaan.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan masuknya putra-putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut adalah bentuk penggemblengan terhadap calon-calon pemimpin PDI Perjuangan ke depan.

Hasto mengatakan hak prerogatif yang dimiliki Megawati selaku formatur tunggal membuat nama Puan kembali masuk dalam jajaran pengurus DPP, padahal Puan saat ini sedang menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.

" Ibu (Megawati) telah menugaskan Puan Maharani. Tapi mengingat beliau memiliki tugas yang penting sebagai Menko PMK, maka oleh Ibu Ketua Umum beliau harus nonaktif," ujar Hasto.

"Nonaktif tersebut dalam pengertian agar Puan konsen terhadap tugas di pemerintahan tapi tetap berkoneksi dan berintegrasi dengan pemerintah dan partai karena pemerintah dan partai tidak bisa berjalan sendiri," kata Hasto.

Sementara untuk Prananda, Hasto beranggapan anak laki-laki Megawati tersebut memiliki kedalaman visi untuk mewujudkan ideologi dalam berbagai rancangan.

Menurut Hasto, kemampuan Prananda dalam merancang Dedication of Life serta membuat lagu 'Aku Melihat Indonesia' merupakan suatu sentuhan kebudayaan yang sangat penting. Sentuhan tersebut memperlihatkan betapa putra-putri Megawati bisa bersinergi untuk mengawal perjuangan Soekarno.

Dalam susunan kepengurusan DPP PDI Perjuangan periode 2015-2020 yang diumumkan Megawati, Puan diberi jabatan Ketua Bidang Politik dan Keamanan, sedangkan Prananda Ketua Bidang Ekonomi Kreatif. 

Mohamad Prananda Prabowo. Selama ini namanya kerap disebut, namun wajahnya tersembunyi baik di belakang layar, berbeda dengan sang adik Puan Maharani yang kerap tampil di depan publik dan dilatih ‘mengendalikan’ partai dengan berbagai jabatan penting yang ia pegang, mulai di Fraksi PDIP DPR, Dewan Pimpinan Pusat PDIP, sampai kini sebagai menteri koordinator di kabinet Presiden Jokowi.

Prananda, yang kerap disapa Nanan, lebih senang bekerja dalam hening. Ia mengambil peran di balik panggung, bukan di atas panggung seperti adiknya. Meski demikian, pentingnya keberadaan Nanan tak terbantahkan di internal PDIP. Dia teman Megawati bertukar pikiran, dan punya watak amat mirip dengan sang ibunda. Tak heran Nanan menjadi salah satu perancang konsep pidato Megawati.

Kini kerja ‘sunyi’ Nanan terpaksa berakhir. Megawati yang kembali dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDIP periode 2015-2020 mengumumkan masuknya nama Nanan ke dalam jajaran pengurus inti PDIP, Jumat (10/4). Sang ‘putra mahkota’ diberi jabatan Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif –posisi yang terkesan ‘aman’ untuk debut-nya di dunia politik praktis.

Saat nama Nanan disebut Megawati, peserta Kongres IV PDIP langsuk mengeluk-elukkan dia. Nanan lantas beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan menuju panggung dan berdiri bersama nama-nama pengurus DPP PDIP lain yang diumumkan ibunya, termasuk Puan Maharani yang diberi jabatan Ketua DPP Bidang Politik dan Keamanan –tak berbeda jauh dengan jabatan dia pada periode sebelumnya selaku Ketua DPP Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga.

Namun ada satu perbedaan mencolok antara Puan dan Nanan saat berdiri di hadapan peserta Kongres untuk dilantik Megawati. Meski raut wajah keduanya sama datar tanpa ekspresi, Puan menegakkan kepala, sedangkan Nanan nyaris terus menunduk. Ini kali pertama Nanan tampil ke muka dengan menyandang jabatan politik resmi. Sebelum ini, ia bahkan pernah menolak saat diminta masuk kepengurusan PDIP.

Saat pelantikan berakhir dan para kader mengerumuni mereka dan para pengurus DPP PDIP yang baru, Nanan telah lenyap dari keramaian. Sejumlah peserta Kongres melihat Nanan ‘kabur’ dari pintu belakang panggung pelantikan. Hingga Kongres berakhir, Nanan tetap sosok misterius.

Meski baru kali ini masuk menjadi pengurus inti PDIP, Nanan sesungguhnya sudah santer dibicarakan sejak jauh hari. Ia bukannya tak punya andil dalam membesarkan partai. Justru sebaliknya, Nanan selama ini menjabat sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisa Situasi di DPP PDIP.

Jokowi bahkan pernah menyebut Nanan ada di balik hal-hal besar yang dilakukan PDIP. Jokowi pada 2013 mengatakan, pemikiran Nanan punya pengaruh paling besar terhadap cara pandang dan sikap Megawati sebagai Ketua Umum PDIP.

Tentang kompetensi Nanan, Jokowi tak meragukannya sedikit pun. “Prananda punya potensi besar. Cara pengorganisasiannya detail. Orangnya memang tak menonjol, tapi dekat dengan siapapun,” ujar Jokowi saat belum menjabat Presiden.

Nanan yang disebut Jokowi tak senang menonjolkan diri itu kini terpaksa ‘mengalah’ kepada sang ibunda yang memerlukan kehadirannya di struktur inti PDIP untuk menjaga soliditas partai pasca kepemimpinan Mega.

Megawati tampaknya sadar betul regenerasi kepemimpinan puncak PDIP harus segera dilakukan. Dia pun paham tak bisa selamanya memimpin partai banteng. Dengan dua trah Soekarno di inti partai, Mega ingin mengantisipasi kemungkinan perpecahan PDIP setelah dia tak lagi memimpin.

“Apakah saya bisa memimpin sampai 2020? Tidak ada yang tahu. Doakan kesehatan fisik dan pikiran untuk saya agar bisa melakukan tugas sebagai ketua umum,” ujar Megawati dalam pidato pengukuhannya sebagai Ketua Umum PDIP 2015-2020.

PDIP Pasca Mega

Sekilas melihat paras Nanan, orang kerap teringat pada Soekarno di masa mudanya. Seperti Soekarno, Nanan yang kini berusia 43 tahun punya wajah tampan. Selama ini dia disebut-sebut sebagai cucu yang paling mirip dengan sang kakek, baik fisik maupun pemikirannya.

Berkebalikan dengan Puan yang dinilai punya karakter pragmatis, fleksibel, dan luwes, Nanan dikenal lebih saklek. Banyak orang di internal PDIP menyebut dia sebagai cucu sejati Bung Karno karena sifatnya yang memegang teguh ajaran sang kakek.

Apa pun kata orang, bagi Megawati, putra-putrinya itu duet ideal untuk membentengi PDIP dari berbagai skenario buruk pasca dia meletakkan tongkat kepemimpinan kelak. Mega berharap trah Soekarno yang akan memimpin PDIP selepas dia lengser nanti.

Nanan dan Puan adalah saudara berbeda ayah. Nanan ialah anak kedua Megawati dari suami pertamanya, Letnan Satu Penerbang Surindro Suprijarso. Ia punya seorang kakak lelaki, Mohamad Rizki Pratama.

Ayah Nanan, Surindro, tewas dalam kecelakaan pesawat saat menerbangkan Skyvan T-107 di perairan Biak, Papua, Januari 1970. Nanan bahkan tak sempat melihat ayahnya. Ketika Surindro meninggal, ia masih berada di kandungan.

Meski jarang tampil di hadapan publik, Nanan amat dekat dengan Megawati. Ia kerap menyopiri sang ibunda ke mana-mana, bahkan pernah disangka sopir pribadi Mega. Nanan tak ambil pusing, yang penting ia bisa bekerja tenang jauh dari hiruk-pikuk.

Itu dulu. Kini setelah resmi menjadi salah satu Ketua DPP PDIP, Nanan mungkin harus kehilangan sebagian kerja ‘sunyi’-nya. Bersama Puan, ia digembleng menjadi pemimpin masa depan partai banteng. Beban dan tanggung jawab besar diletakkan di pundak mereka.

[ cnnind / bbcom / mrheal ]

View

Related

TOKOH 2795567058407611925

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item