Macet Parah Tiap Hari, Ratusan Lapak Batu Akik Padati Bahu Jalan. Tanggung-jawab Siapa ?

JAKARTA, BLOKBERITA -- Ruas Jalan Bekasi Barat 1 yang selama ini dijaga dari parkir liar pun menjadi pasar tumpah. Parkir liar menjamur sepanjang jalan. Akses jalan dari Cipinang ke Jatinegara itu menjadi sulit sekali dilalui karena terhalang mobil pedagang yang menjual batu akik mentah atau masih dalam bentuk bongkahan itu. Lalu lintas juga menjadi kacau karena pembeli lalu lalang di jalan.
Sepanjang Minggu kemarin, kemacetan terjadi lebih dari 500 meter mulai dari Jalan Bekasi Barat, selepas perempatan Cipinang, hingga Jalan Bekasi Barat I. Terutama mobil, untuk melintasi ruas jalan itu, bisa memakan waktu sekitar 30 menit. Kondisi itu semakin parah oleh ulah sopir mikrolet yang mangkal di pinggir jalan untuk menarik penumpang.
Di tengah keramaian aktivitas jual beli dan kemacetan panjang, tak tampak satu pun petugas kepolisian ataupun petugas lalu lintas dari Dinas Perhubungan DKI menertibkan para pedagang. Petugas seakan membiarkan saja kekacauan di ruas Jalan Bekasi Barat I tanpa ada sedikit pun upaya pengaturan lalu lintas.
Saat dikonfirmasi lewat pesan singkat di telepon seluler, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Bernard OP menyampaikan, pihaknya dalam waktu dekat akan mengadakan pembenahan kemacetan di kawasan sekitar Jakarta Gems Center atau pusat batu akik di Rawabening itu.
” Kami sudah memprogramkan itu dengan menggandeng sejumlah pihak terkait, seperti kepolisian,” ujarnya.

Laris Manis
Popularitas batu akik memang sedang naik. Desti (36) sudah lebih dari sebulan ini mendatangkan batu akik dari kampungnya di Bengkulu, Sumatera, dan menjualnya di pinggir Jalan Bekasi Barat I. Batu akik itu diangkut menggunakan mobil minibus miliknya.
” Suami yang mengendarai mobil dari Bengkulu ke Jakarta. Batu akik ditaruh di bagian belakang mobil. Saya juga bawa satu anak balita saya,” tutur Desti, yang membawa sekitar 1 kuintal batu akik mentah.



Pedagang lainnya, Oding (23), dipasok bos batu akiknya dari Kebumen, Jawa Tengah, setiap 2-3 hari sekali. Namun, sekarang pasokan agak seret karena penambangan batu akik di Desa Kalirejo, Kebumen, sudah ditutup pemerintah setempat.
Baik Desti maupun Oding mengatakan memperoleh keuntungan yang lumayan dari penjualan batu akik. Setiap 1 kilogram batu akik mentah dijual Rp 200.000-Rp 250.000. Dalam tiga hari mereka bisa menjual 2-3 kuintal batu akik.
” Pembeli sudah tak memburu batu akik bacan lagi, melainkan batu yang memiliki corak. Harganya terjangkau,” kata Oding.
 

Pungutan Rutin
Para pedagang batu akik tidak masalah membayar parkir dan uang keamanan kepada preman setempat agar aktivitas mereka lancar. Bahkan, mereka menyebut ada oknum aparat berseragam yang turut mendapatkan jatah. Desti, misalnya, setiap hari membayar Rp 150.000 untuk parkir mobil dan Rp 50.000 untuk kebersihan dan keamanan.
Dengan muatan batu akik lebih banyak, Majid (56) dan bosnya, Wawan, membayar parkir Rp 150.000, uang koordinasi Rp 200.000, dan sampah Rp 10.000. Ditambah lagi, ada setoran keamanan Rp 50.000.
Parkir kendaraan pengunjung pun dipatok mahal. Untuk lima menit parkir saja pengunjung harus membayar Rp 4.000 untuk satu sepeda motor.
Meski beberapa petugas parkir menggunakan seragam resmi, beberapa petugas tidak menggunakan seragam dan tanda pengenal. Mereka menghindar ketika dimintai tanggapan terkait ketetapan tarif parkir yang diberlakukan.
Seorang pengendara yang melintas di Jalan Bekasi 1, Wawan (24), meminta agar ada tindakan tegas agar okupasi jalan tidak terus terjadi. ” Kalau dibiarkan, semua badan jalan bisa tertutup oleh pedagang,” ucapnya. 




Banyak yang Mengeluh
Fenomena batu akik membuat Jalan Bekasi Barat I, Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur, atau tepatnya di dekat Jakarta Gems Center (JGC) menjadi padat dan ramai.
Pasalnya ada banyak pedagang kaki lima (PKL) batu akik yang menjajakan barang dagangannya di pinggir jalan.
Mereka menggunakan sebagian badan jalan sebagai lahan untuk berjualan. Puluhan kendaraan khususnya bak terbuka, terparkir di pinggir jalan dan diguanakn para pedagang hanya untuk berjualan batu akik.
Pada umumnya barang dagangan yang mereka jual berupa bongkahan batu dalam ukuran besar dan kecil. Bongkahan batu ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan batu akik.
Kondisi ini tentu saja membuat arus lalu lintas menjadi semrawut dan tersendat, khususnya kendaraan yang berasal dari Jalan Bekasi Timur Raya menuju Jalan Jatinegara Timur.
Alhasil kemacetan pun tidak terhindarkan di kawasan tersebut.  

Salah seorang pengendara motor, Sari (28) mengaku terganggu dengan kondisi jalan yang semrawut tersebut. Ia pun mengeluhkan kondisi jalan yang tidak diperhatikan pejabat terkait itu.
" Pusing kalau lewat sini. Macetnya itu loh, enggak tahan. Bisa lama di sini doang," katanya, Sabtu (4/4/2015).
Oleh sebab itu, Sari memilih jalur alternatif setiap kali menuju Kampung Melayu demi menghindari kemacetan. Ia tidak ingin waktunya habis di jalan hanya karena kemacetan parah.
" Sebenarnya kalau mau ke arah Kampung Melayu enaknya memang lewat situ (Jalan Bekasi Barat-I). Tapi kalau sekarang mah mending lurus daripada habis waktu gara-gara macet parah," katanya.
Sari menambahkan dirinya sudah lama melihat fenomena pedagang yang berjualan di badan jalan. Padahal sebelumnya jalur tersebut bersih dari keberadaan PKL.
" Mungkin hal ini dikarenakan ada yang jualan satu, terus akhirnya pada ngikut keluar sampai kayak begini," ujarnya.


Tampaknya belum ada sikap yang jelas dan tegas dari  pihak-pihak yang berwenang di sini, makin hari makin parah kemacetannya. Dan yang lebih kasihan lagi adalah para calon penumpang kereta api di jatinegara karena depan persis pintu utama dipagar besi permanen sekarang sehingga para calon penumpang dan pembeli tiket sekarang harus jalan memutar jauh dari sisi selatan. Semestinya depan pintu utama yang menuju loket dan printer tiket beri jalan masuk walaupun kecil tak apa (sekitar 50cm) agar mereka tidak ribet dan jauh untuk masuk kedalam ruang loket. Pelayanan itu sifatnya harus memudahkan bukan mempersulit dan merepotkan orang. Alhasil, tak sedikit para pembeli tiket pada melompati pagar besi yang cukup tinggi tersebut dengan cara memanjat pagar di depannya. Dan di sini mereka yang melompat tak bisa sepenuhnya disalahkan juga, karena ini hanya sebuah kesalahan manajemen yang fatal, semoga menemukan solusi yang efektif. Lalu siapa yang paling dan harus bertanggung-jawab di sini ? Kebodohan siapa ini ?  Semoga sadar dehh....      

[ kmpscom / tribun / bin ]







View

Related

REGIONAL 1643702825376973503

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item