Bambang Tri Luruskan Misteri Kematian Ibunda Tien Soeharto

JAKARTA, BLOKBERITA -- Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta 28 April 1996 menjadi saksi meninggalnya Ibu Siti Hartinah, atau yang akrab dipanggil Ibu Tien Suharto.

Setelah 19 tahun berlalu, isu tak sedap mengenai penyebab meninggalnya Ibu Tien kembali dimunculkan media. Ibu Tien disebut meninggal dengan cara tidak wajar, meninggal akibat terkena peluru nyasar dari keributan yang terjadi di antara dua anaknya, Bambang Trihatmodjo dan Hutomo Mandala Putra.

Bambang Trihatmodjo yang merupakan putra ketiga Ibu Tien, membantah keras berita tersebut. Dia mengatakan isu ibunda tercinta meninggal akibat diterjang peluru merupakan fitnah.

" Media saat ini semakin lucu, mereka berusaha mengungkit fitnah Komunis tentang penyebab Ibunda kami meninggal," kata Bambang dalam akun twitter miliknya, @BambangTri1953.

" Ibunda kami meninggal karena penyakit Jantung, bukan seperti yang diisukan media yang katanya karena pertengkaran saya dan Tommy."

Jika memang benar penyebab meninggalnya Ibu Tien karena pertengkaran dirinya dan Tommy, kata Bambang, maka pasti saat ini keduanya tidak akan bersama lagi.

" Kami akur dan tidak terpecah, apalagi saya dan Tommy, kami sama sekali tidak ada masalah, selalu ada komunikasi sebagai keluarga."

Bambang bersama adiknya, Sigit Soeharto dan ajudan presiden ketika itu, Soetanto, ikut menemani Ibu Tien dalam perjalanan dari Cendana menuju RSPAD Gatot Subroto, beberapa saat setelah mendapat serangan jantung mendadak sekitar pukul 04.00 WIB.

Menurut dia, beberapa hari sebelum meninggal, ibunya selalu menceritakan kegelisahannya atas kondisi negara yang mulai dipolitisasi dunia internasional.

Bambang yang kini menjadi Ketua Umum PB Perbakin menegaskan bahwa isu tak sedap tersebut dimunculkan para pengkhianat Negara, penipu kepercayaan masyarakat dan laten komunis dengan tujuan untuk meluluskan kepentingan-kepentingan mereka.

" Pengkhianat Negara akan selalu melakukan cara-cara fitnah keji demi menyingkirkan penghalang mereka, mereka rata-rata ada di balik media masa."

" Semua fitnah yang dihembuskan sebelum reformasi pada keluarga kami saya jamin Demi Allah semua palsu, tidak ada yang benar," tukas suami Halimah Agustina Kamil dan ayah Gendis Siti Hatmanti, Panji Adhikumoro dan Bambang Aditya Trihatmanto ini. 


Dari pernikahan kedua Bambang Trihatmodjo dengan artis Mayangsari dikaruniai satu anak perempuan yang diberi nama Khirani Siti Hartina Trihatmodjo (9 tahun). 

Trah Cendana Cermati Para Elit Busuk

Keluarga mantan Presiden Soeharto selama ini mengamati kondisi politik dan perilaku politisi serta pejabat di era reformasi. Maklum, keluarga Cendana mau membuktikan apakah cita-cita para aktivis yang menjatuhkan orang tua mereka dari kursi kekuasaan benar-benar konsisten atau tidak.
Demikian pandangan mantan Wakil Ketua DPD, La Ode Ida, Senin (6/4) menyikapi respon keluarga Cendana, dalam hal ini Hutomo Mandala Putra alias Tommy terkait kisruh Partai Golkar.
" Mereka niscaya akan menemukan kesimpulan yang sama dengan sebagian kita tentang kondisi negara," kata Laode.


Menurut dia, kondisi tersebut diantaranya korupsi ternyata sangat jauh merajalela dibandingkan ketika Soeharto berkuasa. Padahal ujarnya, penguasa Orde Baru selama 32 tahun itu justru dijatuhkan karena isu atau tuduhan korupsi.

" Tak ada yang bisa bantah kesimpulan ini. Korupsi uang negara yang dilakukan oleh kerjasama politisi, peiabat dan pengusaha di era reformasi sudah pada tingkat "sangat parah". "Jauh lebih parah ketimbang era Soeharto," paparnya.

Selain itu, sekarang La Ode menambahkan, tak hanya korupsi, nepotisme pun tak kalah parahnya. Dia menyebut nepotisme sudah masuk dalam kategori Neo Kerajaan, yakni dinasti yang diperkokoh. Padahal dulu, Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut jadi menteri sosial saja, sejagat bangsa ini seolah-olah berteriak.."Soeharto Nepotisme'.
" Tapi kenyataannya sekarang seluruh lapisan bangunan politik dinasti," kata mantan aktivis ini.


Setelah rezim Soeharto runtuh, ternyata ada pihak-pihak yang memanfaatkan isu reformasi untuk survive, baik secara politik maupun ekonomi. Padahal dalam catatan La Ode Ida mereka adalah penumpang gelap reformasi. 


Parahnya lagi, kondisi pengelolaan negara yang sulit dibantah seperti berpola sembarangan. Sulit menemukan role model di kalangan penyelenggara negara, semuanya sama. Mereka  memanfaatkan kesempatan. Para aktor itu seolah tak puas-puasnya dengan  harta yang  dimiliki yang difasilitasi oleh uang rakyat, melainkan masih juga  mau merampok atau menyelipkan anggaran untuk  kepentingan pribadi seperti pada kasus tuduhan dari Ahok di DPRD DKI Jakarta, termasuk kasus dana hibah pembelian mobil untuk para pejabat  itu.


" Semua kenyataan itu, bukan mustahil akan membuat pihak keluarga Soeharto merasa orang tua mereka ternyata hanya dizolimi dan kemudian negara ini jatuh di tangan orang yang hidup dengan penuh keserakahan. Maka tak heran bila seorang mengabarkan pada saya mengenai hal itu ketika mengikuti 'kicauan' pihak Cendana tentang praktik korupsi yang  merajalela," tandas La Ode Ida.


[ mrhill / bbcom / rmol ]

View

Related

POLITIK 8659948769422229309

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item