Indonesia dan India Termasuk Negara Asia dengan Utang Paling Berisiko
https://kabar22.blogspot.com/2018/06/indonesia-dan-india-termasuk-negara.html
BLOKBERITA -- Ketika Anda melihat nilai tukar Rupiah dan Rupee
yang mengalami pelemahan yang cukup dalam terhadap dolar Amerika
Serikat (AS), lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service
(Moody's) menyatakan bahwa Indonesia dan India termasuk ke dalam negara
Asia dengan utang paling berisiko.
Penilaian ini tidaklah mengherankan jika melihat kejatuhan mata uang Indonesia dan India yang terpukul paling parah tahun ini, dan besarnya cadangan devisa yang mereka miliki untuk menutupi utang tersebut. Demikian seperti dilansir Bloomberg, Jakarta, Minggu (24/6/2018).
Indeks kerentanan eksternal Moody's Investors Service, yang merupakan rasio utang jangka pendek, jatuh tempo utang jangka panjang dan deposito non-penduduk selama satu tahun dihitung sebagai proporsi dari cadangan devisa.
Berdasarkan hal tersebut, Moody's menempatkan Indonesia di urutan ketiga negara paling berisiko di Asia dengan indeks kerentanan 51% dan India di posisi kedua dengan indeks risiko 74%.
Sedangkan negara Asia yang dinilai paling berisiko adalah Malaysia dengan indeks kerentanan eksternal sebesar 145,5%. Padahal, Ringgit Malaysia justru mengalami apresiasi terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, meskipun Malaysia terbilang sebagai negara dengan risiko eksternal paling tinggi di Asia.
Sementara Filipina yang memiliki eksposur asing yang rendah tetapi mata uang mereka terburuk kedua di Asia, turun hampir 5% terhadap dolar AS.
"Kondisi keuangan global yang lebih ketat membuatnya lebih mahal untuk membiayai kembali utang luar negeri dan menambah tekanan pada mata uang. Di beberapa negara, termasuk Indonesia dan Filipina," kata Moody.
Namun, tingkat depresiasi dan lebih luas lagi pengetatan dalam kondisi pembiayaan, adalah tempat yang sama besarnya dibandingkan dengan taper tantrum pada 2013. (bazz/okezon)
Penilaian ini tidaklah mengherankan jika melihat kejatuhan mata uang Indonesia dan India yang terpukul paling parah tahun ini, dan besarnya cadangan devisa yang mereka miliki untuk menutupi utang tersebut. Demikian seperti dilansir Bloomberg, Jakarta, Minggu (24/6/2018).
Indeks kerentanan eksternal Moody's Investors Service, yang merupakan rasio utang jangka pendek, jatuh tempo utang jangka panjang dan deposito non-penduduk selama satu tahun dihitung sebagai proporsi dari cadangan devisa.
Berdasarkan hal tersebut, Moody's menempatkan Indonesia di urutan ketiga negara paling berisiko di Asia dengan indeks kerentanan 51% dan India di posisi kedua dengan indeks risiko 74%.
Sedangkan negara Asia yang dinilai paling berisiko adalah Malaysia dengan indeks kerentanan eksternal sebesar 145,5%. Padahal, Ringgit Malaysia justru mengalami apresiasi terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, meskipun Malaysia terbilang sebagai negara dengan risiko eksternal paling tinggi di Asia.
Sementara Filipina yang memiliki eksposur asing yang rendah tetapi mata uang mereka terburuk kedua di Asia, turun hampir 5% terhadap dolar AS.
"Kondisi keuangan global yang lebih ketat membuatnya lebih mahal untuk membiayai kembali utang luar negeri dan menambah tekanan pada mata uang. Di beberapa negara, termasuk Indonesia dan Filipina," kata Moody.
Namun, tingkat depresiasi dan lebih luas lagi pengetatan dalam kondisi pembiayaan, adalah tempat yang sama besarnya dibandingkan dengan taper tantrum pada 2013. (bazz/okezon)