Peserta Jambore Mahasiswa di Cibubur Geruduk Rumah SBY, Why?
https://kabar22.blogspot.com/2017/02/peserta-jambore-mahasiswa-di-cibubur.html
BLOKBERITA, JAKARTA -- Septian mengakui ratusan
mahasiswa yang menggeruduk dan menggelar aksi di depan rumah mantan
presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mega Kuningan, adalah peserta
Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia di Cibubur, Jakarta Timur.
Septian juga mengaku ikut dalam aksi tersebut.
"Iya benar. Tapi, jumlahnya bukan 300 mahasiswa, sekitar 700 dan hampir 1.000 mahasiswa, karena masih ada mahasiswa di bus-bus di belakangnya yang belum sempat turun," kata Septian, Ketua Panitia Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia, ini saat dihubungi, Senin (6/2/2017) petang.
Menurut Septian, kediaman SBY menjadi salah satu lokasi tujuan aksi peserta jambore sebagaimana hasil rekomendasi peserta Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia yang dilaksanakan tiga hari terakhir di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Usai dari kediaman SBY, para mahasiswa juga berunjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
"Di depan DPR lebih lama sekitar satu jam lebih karena kami hanya menyampaikam aspirasi dengan damai dan tertib," ujar Septian.
YenniWahid Sayangkan Sikap SBY
Direktur Eksekutif The Wahid Institute, Yenny Wahid, menyayangkan pernyataan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di akun Twitter. Kicauan SBY itu dibuat saat terjadi aksi unjuk rasa di depan rumah baru SBY di Kuningan, Jakarta.
"Kita semua kan sayang Pak SBY. Kita wajib mengingatkan beliau bahwa dunia media sosial itu kejam. Kasihan kalau beliau nanti di-bully oleh orang-orang di medsos," kata Yenny saat dihubungi, Senin (6/2/2017).
Yenny menilai pernyataan di media sosial seharusnya tidak dikeluarkan secara langsung oleh SBY karena bisa dimaknai berbagai tafsir oleh publik.
Menurut Yenny, pernyataan politik lebih baik dilontarkan oleh kader Partai Demokrat.
"Ini kan persoalan sensitif menjelang Pilkada. Saya berharap kalau ada kegundahan apa pun, Pak SBY lebih memilih untuk bisa berkomunikasi langsung dengan Pak Jokowi di ruang privat, bukan di ruang publik," ucap Yenny.
"Sebenarnya kalau Pak SBY mau bertanya kepada Pak Presiden dan Kapolri, bisa langsung saja, tidak perlu lewat dunia sosial," ujar Yenny yang mengaku tersenyum membaca tanggapan netizen terhadap kicauan SBY.
Yenny menyebutkan bahwa aksi unjuk rasa merupakan bagian dari alam demokrasi. Untuk itu, lanjut dia, SBY tidak perlu merasa khawatir terhadap keselamatannya.
Terlebih lagi, rumah tersebut dijaga oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
"Saya rasa tidak perlu dikhawatirkan. Sikapi dengan sikap cool saja sehingga tidak memantik terlalu banyak persoalan," ujar Yenny.
Meski demikian, Yenny menyayangkan aksi unjuk rasa tersebut digelar di kompleks perumahan. Ia juga mengaku tidak mengetahui adanya wacana arahan terhadap aksi tersebut
Melalui akun Twitter pribadinya, SBY mengungkapkan adanya unjuk rasa tersebut.
"Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan "digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak. *SBY*," ucap SBY melalui akun @SBYudhoyono.
SBY menegaskan bahwa dalam undang-undang, tak dibolehkan unjuk rasa di rumah pribadi. Polisi juga tidak pernah memberitahunya mengenai unjuk rasa ini.
"Kemarin yg saya dengar, di Kompleks Pramuka Cibubur ada provokasi & agitasi thd mahasiswa utk "Tangkap SBY". *SBY*," tulisnya.
SBY pun bertanya kepada Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian apakah ia tidak memiliki hak untuk tinggal di negeri sendiri.
"Saya hanya meminta keadilan. Soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kpd Allah Swt. *SBY*".
Aksi demonstrasi di depan rumah SBY itu sendiri berakhir setelah dibubarkan oleh kepolisian.
Polisi Bubarkan Aksi Demo
Polres Metro Jakarta Selatan membubarkan aksi unjuk rasa di rumah Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2017) siang.
Rumah yang terletak di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, itu merupakan pemberian negara.
"Benar (ada demonstrasi), tapi sekarang kondisi normal, sudah dibubarkan paksa," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan saat dihubungi, Senin.
Iwan mengatakan sekitar pukul 15.00, ada sekitar 300 orang yang berunjuk rasa dan orasi di depan rumah SBY tersebut.
Iwan mengaku tidak mengetahui identitas para pengunjuk rasa.
"Enggak tahu siapa mereka, tadi orasi," kata Iwan.
Sebelumnya, melalui akun Twitter pribadinya, SBY mengungkapkan adanya unjuk rasa tersebut.
"Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan "digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak. *SBY*," ucap SBY melalui akun @SBYudhoyono.
Dramaturgi Politik
Pengamat sosial Romo Benny Susetyo menilai, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyo tengah mencoba menarik simpati publik dengan melontarkan pernyataan terkait dugaan penyadapan terhadap dirinya. Pada keterangan persnya pekan lalu, SBY merasa dirinya telah disadap. Ia menanggapi pernyataan yang disampaikan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama dan tim kuasa hukumnya dalam sidang dugaan penodaan agama.
“Dramaturgi dimainkan untuk meraih simpati publik,” kata Benny, saat diskusi bertajuk ‘Bila SBY Minta Bertemu Jokowi: Nunggu Lebaran, Kali!” di Jakarta, Senin (6/2/2017).
Sebagai Presiden keenam RI, SBY, kata dia, seharusnya SBY menunjukkan sikap seorang negarawan.
Bukan sebaliknya, memainkan dramaturgi politik untuk mencapai tujuan politik tertentu.
Teori yang dipopulerkan Erving Goffman itu, menurut Benny, lumrah digunakan seorang politisi dalam strategi komunikasi politik kepada lawan politiknya.
“Bahwa dalam komunikasi politik itu ada yang namanya panggung depan dan panggung belakang. Yang namanya panggung depan, yang seolah-olah dia bermain sinetron, yang seolah-olah dizalimi,” ujar dia.
Benny lantas mencontohkan sikap Presiden ketiga RI, BJ Habibie yang dinilainya menunjukkan seorang negarawan yang baik.
Habibie melepaskan seluruh kepentingan politik dan membantu pemerintahan saat ini untuk menyelesaikan persoalan yang ada.
Menurut dia, SBY tak akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo bila bersedia bersikap layaknya seorang negarawan.
“Kalau untuk kepentingan politik kekuasaan, maka komunikasi politik yang terjadi tidak cair. Yang terjadi intrik, kalau itu dibangun terus menerus, maka politik tidak stabil,” kata dia. (bin/tribunnews/kmpscom)
Septian juga mengaku ikut dalam aksi tersebut.
"Iya benar. Tapi, jumlahnya bukan 300 mahasiswa, sekitar 700 dan hampir 1.000 mahasiswa, karena masih ada mahasiswa di bus-bus di belakangnya yang belum sempat turun," kata Septian, Ketua Panitia Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia, ini saat dihubungi, Senin (6/2/2017) petang.
Menurut Septian, kediaman SBY menjadi salah satu lokasi tujuan aksi peserta jambore sebagaimana hasil rekomendasi peserta Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia yang dilaksanakan tiga hari terakhir di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur.
Usai dari kediaman SBY, para mahasiswa juga berunjuk rasa di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.
"Di depan DPR lebih lama sekitar satu jam lebih karena kami hanya menyampaikam aspirasi dengan damai dan tertib," ujar Septian.
YenniWahid Sayangkan Sikap SBY
Direktur Eksekutif The Wahid Institute, Yenny Wahid, menyayangkan pernyataan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), di akun Twitter. Kicauan SBY itu dibuat saat terjadi aksi unjuk rasa di depan rumah baru SBY di Kuningan, Jakarta.
"Kita semua kan sayang Pak SBY. Kita wajib mengingatkan beliau bahwa dunia media sosial itu kejam. Kasihan kalau beliau nanti di-bully oleh orang-orang di medsos," kata Yenny saat dihubungi, Senin (6/2/2017).
Yenny menilai pernyataan di media sosial seharusnya tidak dikeluarkan secara langsung oleh SBY karena bisa dimaknai berbagai tafsir oleh publik.
Menurut Yenny, pernyataan politik lebih baik dilontarkan oleh kader Partai Demokrat.
"Ini kan persoalan sensitif menjelang Pilkada. Saya berharap kalau ada kegundahan apa pun, Pak SBY lebih memilih untuk bisa berkomunikasi langsung dengan Pak Jokowi di ruang privat, bukan di ruang publik," ucap Yenny.
"Sebenarnya kalau Pak SBY mau bertanya kepada Pak Presiden dan Kapolri, bisa langsung saja, tidak perlu lewat dunia sosial," ujar Yenny yang mengaku tersenyum membaca tanggapan netizen terhadap kicauan SBY.
Yenny menyebutkan bahwa aksi unjuk rasa merupakan bagian dari alam demokrasi. Untuk itu, lanjut dia, SBY tidak perlu merasa khawatir terhadap keselamatannya.
Terlebih lagi, rumah tersebut dijaga oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
"Saya rasa tidak perlu dikhawatirkan. Sikapi dengan sikap cool saja sehingga tidak memantik terlalu banyak persoalan," ujar Yenny.
Meski demikian, Yenny menyayangkan aksi unjuk rasa tersebut digelar di kompleks perumahan. Ia juga mengaku tidak mengetahui adanya wacana arahan terhadap aksi tersebut
Melalui akun Twitter pribadinya, SBY mengungkapkan adanya unjuk rasa tersebut.
"Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan "digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak. *SBY*," ucap SBY melalui akun @SBYudhoyono.
SBY menegaskan bahwa dalam undang-undang, tak dibolehkan unjuk rasa di rumah pribadi. Polisi juga tidak pernah memberitahunya mengenai unjuk rasa ini.
"Kemarin yg saya dengar, di Kompleks Pramuka Cibubur ada provokasi & agitasi thd mahasiswa utk "Tangkap SBY". *SBY*," tulisnya.
SBY pun bertanya kepada Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian apakah ia tidak memiliki hak untuk tinggal di negeri sendiri.
"Saya hanya meminta keadilan. Soal keselamatan jiwa saya, sepenuhnya saya serahkan kpd Allah Swt. *SBY*".
Aksi demonstrasi di depan rumah SBY itu sendiri berakhir setelah dibubarkan oleh kepolisian.
Polisi Bubarkan Aksi Demo
Polres Metro Jakarta Selatan membubarkan aksi unjuk rasa di rumah Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2017) siang.
Rumah yang terletak di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, itu merupakan pemberian negara.
"Benar (ada demonstrasi), tapi sekarang kondisi normal, sudah dibubarkan paksa," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Iwan Kurniawan saat dihubungi, Senin.
Iwan mengatakan sekitar pukul 15.00, ada sekitar 300 orang yang berunjuk rasa dan orasi di depan rumah SBY tersebut.
Iwan mengaku tidak mengetahui identitas para pengunjuk rasa.
"Enggak tahu siapa mereka, tadi orasi," kata Iwan.
Sebelumnya, melalui akun Twitter pribadinya, SBY mengungkapkan adanya unjuk rasa tersebut.
"Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan "digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak. *SBY*," ucap SBY melalui akun @SBYudhoyono.
Dramaturgi Politik
Pengamat sosial Romo Benny Susetyo menilai, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyo tengah mencoba menarik simpati publik dengan melontarkan pernyataan terkait dugaan penyadapan terhadap dirinya. Pada keterangan persnya pekan lalu, SBY merasa dirinya telah disadap. Ia menanggapi pernyataan yang disampaikan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama dan tim kuasa hukumnya dalam sidang dugaan penodaan agama.
“Dramaturgi dimainkan untuk meraih simpati publik,” kata Benny, saat diskusi bertajuk ‘Bila SBY Minta Bertemu Jokowi: Nunggu Lebaran, Kali!” di Jakarta, Senin (6/2/2017).
Sebagai Presiden keenam RI, SBY, kata dia, seharusnya SBY menunjukkan sikap seorang negarawan.
Bukan sebaliknya, memainkan dramaturgi politik untuk mencapai tujuan politik tertentu.
Teori yang dipopulerkan Erving Goffman itu, menurut Benny, lumrah digunakan seorang politisi dalam strategi komunikasi politik kepada lawan politiknya.
“Bahwa dalam komunikasi politik itu ada yang namanya panggung depan dan panggung belakang. Yang namanya panggung depan, yang seolah-olah dia bermain sinetron, yang seolah-olah dizalimi,” ujar dia.
Benny lantas mencontohkan sikap Presiden ketiga RI, BJ Habibie yang dinilainya menunjukkan seorang negarawan yang baik.
Habibie melepaskan seluruh kepentingan politik dan membantu pemerintahan saat ini untuk menyelesaikan persoalan yang ada.
Menurut dia, SBY tak akan kesulitan untuk berkomunikasi dengan Presiden Joko Widodo bila bersedia bersikap layaknya seorang negarawan.
“Kalau untuk kepentingan politik kekuasaan, maka komunikasi politik yang terjadi tidak cair. Yang terjadi intrik, kalau itu dibangun terus menerus, maka politik tidak stabil,” kata dia. (bin/tribunnews/kmpscom)