Penilaian Media Asing tentang Pilgub DKI 2017
https://kabar22.blogspot.com/2017/02/penilaian-media-asing-tentang-pilgub.html
BLOKBERITA, NEWYORK — Kalangan Media Asing sepakat menilai Pilgub atau Pilkada DKI Jakarta pada 2017 ini menjadi ujian bagi toleransi beragama dan pluralisme di Indonesia.
Harian liberal kiri Amerika Serikat (AS), New York Times, menulis putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan menjadi ujian bagi toleransi di Indonesia.
" Kendati isu seperti pendidikan, layanan kesehatan, transportasi, dan pembangunan infrastruktur masih penting buat pemilih, kampanye pemilihan gubernur dibayangi oleh isu keagamaan dan ras yang jarang disaksikan sebelumnya pada era demokrasi Indonesia," tulis media AS itu.
Bagaimana Pilkada DKI Jakarta bisa mengubah Indonesia juga menjadi fokus di stasiun televisi CNN.
Persaingan antara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melawan dua lawan politiknya yang beragama Islam, menurut CNN, menimbulkan pertanyaan apakah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia masih berpandangan moderat?
" (Hasil pilkada) ini bahkan mungkin akan ikut menentukan siapa yang akan menjadi presiden baru Indonesia setelah Pemilu 2019," demikian ungkap CNN.
Kekhawatiran serupa disebut oleh media Jerman, ARD.
Dalam laporan berjudul "Akhir Toleransi?", media "pelat merah" itu menulis Indonesia selama ini dijadikan contoh Islam yang toleran.
"Namun, pengadilan penistaan agama terhadap Gubernur Kristen Jakarta menunjukkan pengaruh kaum radikal yang kian meluas. Pemilihan gubernur di Ibu Kota menjadi ujian bagi toleransi," kata ARD.
Sementara itu, harian Singapura, The Straits Times, lebih menyoroti perang proxy antara tiga tokoh politik terkuat di Indonesia. Pilkada DKI Jakarta dinilai sebagai perang proxy untuk Pilpres 2019.
"Karena gubernur petahana yang didukung partai penguasa PDI-P berhadapan dengan lawan yang disokong mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bekas calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto." (bin/dw/kmps)
Harian liberal kiri Amerika Serikat (AS), New York Times, menulis putaran kedua Pilkada DKI Jakarta akan menjadi ujian bagi toleransi di Indonesia.
" Kendati isu seperti pendidikan, layanan kesehatan, transportasi, dan pembangunan infrastruktur masih penting buat pemilih, kampanye pemilihan gubernur dibayangi oleh isu keagamaan dan ras yang jarang disaksikan sebelumnya pada era demokrasi Indonesia," tulis media AS itu.
Bagaimana Pilkada DKI Jakarta bisa mengubah Indonesia juga menjadi fokus di stasiun televisi CNN.
Persaingan antara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok melawan dua lawan politiknya yang beragama Islam, menurut CNN, menimbulkan pertanyaan apakah negeri berpenduduk Muslim terbanyak di dunia masih berpandangan moderat?
" (Hasil pilkada) ini bahkan mungkin akan ikut menentukan siapa yang akan menjadi presiden baru Indonesia setelah Pemilu 2019," demikian ungkap CNN.
Kekhawatiran serupa disebut oleh media Jerman, ARD.
Dalam laporan berjudul "Akhir Toleransi?", media "pelat merah" itu menulis Indonesia selama ini dijadikan contoh Islam yang toleran.
"Namun, pengadilan penistaan agama terhadap Gubernur Kristen Jakarta menunjukkan pengaruh kaum radikal yang kian meluas. Pemilihan gubernur di Ibu Kota menjadi ujian bagi toleransi," kata ARD.
Sementara itu, harian Singapura, The Straits Times, lebih menyoroti perang proxy antara tiga tokoh politik terkuat di Indonesia. Pilkada DKI Jakarta dinilai sebagai perang proxy untuk Pilpres 2019.
"Karena gubernur petahana yang didukung partai penguasa PDI-P berhadapan dengan lawan yang disokong mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bekas calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto." (bin/dw/kmps)