Waspadai Gerakan Teroris Lewat Dunia Maya


BLOKBERITA -- Awal Agustus 2016, polisi menangkap enam terduga teroris anggota Katibah Gonggong Rebus di Batam. Mereka merencanakan aksi teror ke Singapura. Kelompok ini menggunakan jalur siber untuk direkrut dan merekrut, mengakses materi-materi pelatihan, hingga merencanakan aksi.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, saat merencanakan aksi teror di Singapura, kelompok Katibah Gonggong Rebus (KGR) berkomunikasi melalui Facebook dengan Bahrun Naim, salah seorang pemimpin sayap militer Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) asal Indonesia.
Kasus itu menunjukkan bahwa dunia siber telah menjadi domain baru gerakan teroris. Pemetaan jaringan teroris tidak lagi selalu harus berkaitan dengan kelompok besar, seperti Al Qaeda atau NIIS. Ada kelompok-kelompok bahkan individual yang sama radikal dan berbahayanya yang tercipta hanya lewat interaksi di media sosial.
Tindakan IAH (17) meledakkan sesuatu yang diduga bom dan melakukan percobaan pembunuhan di Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Medan, Sumatera Utara, hari Minggu lalu, ditengarai dipicu oleh video NIIS yang dia tonton, terutama mengenai serangan teror NIIS di Paris, November 2015.
Seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi, modus kegiatan teroris di dunia siber menjadi kian kompleks. NIIS dengan efektif menggunakan media sosial untuk merekrut anak-anak muda. Untuk meningkatkan kemampuan teknis hasil rekrutmen itu juga dilakukan pelatihan lewat media sosial. Mereka yang berangkat ke Suriah dan Irak untuk perang kemudian pulang untuk melakukan gerakan yang sama.
Modus yang lain, kelompok-kelompok dan individu di sejumlah tempat menyatakan kesetiaannya kepada NIIS. Setelah itu mereka lalu mengadakan aksi/serangan. Meski sebagian dari serangan kelompok ini umumnya terlihat masih dengan kemampuan rendah, perkembangannya di masa depan harus diwaspadai. 

Pembiayaan 

Dalam pertemuan Regional Risk Assessment on Terrorism Financing 2016 South East Asia and Australia di Bali, pertengahan Agustus lalu, disebutkan bahwa Indonesia masuk dalam kategori sangat terancam. Saat ini ada 568 orang Indonesia yang pergi ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan NIIS. Sebanyak 183 orang di antaranya telah kembali. Angka ini adalah yang tertinggi dibandingkan dengan Malaysia dengan 73 orang dan Australia 110 orang yang telah berangkat ke Suriah dan Irak. Pihak yang berwajib telah mendeteksi ada 11 kelompok teroris yang aktif di Indonesia saat ini.
Topik utama dalam pertemuan tersebut adalah tentang pembiayaan terorisme. Untuk Indonesia, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan telah mencatat ada transaksi mencurigakan yang diduga terkait kegiatan terorisme. Transaksi yang nilainya mencapai miliaran rupiah itu termasuk pengumpulan dan distribusi uang. Banyak dari jalur uang ini dilakukan via internet.
Ketua Desk Ketahanan dan Keamanan Informasi Cyber Nasional Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Marsekal Muda Agus Barnas mengatakan, salah satu modus pembiayaan terorisme yang pernah ditemukan adalah malware yang mencuri uang dari rekening bank nasabah dalam jumlah sangat kecil. Hal ini dilakukan, misalnya, dengan mengambil uang seorang nasabah sebesar puluhan rupiah. Oleh karena jumlahnya kecil, nasabah itu tidak menyadari uangnya diambil. Namun, karena yang diambil adalah uang dari banyak orang, jumlahnya menjadi tidak lagi kecil. ”Hal ini sudah terjadi di Indonesia, tapi pelakunya ada di Eropa Timur,” katanya.
Selain rekrutmen, komunikasi dan transaksi keuangan, dunia maya juga berpotensi jadi medan pertempuran. Januari 2016, Bahrun Naim memasang di blognya komentar yang menyindir Polri. Ia mengomentari berita tentang tim siber Polri yang membombardir situs Bahrun Naim dengan spam—sebanyak mungkin e-mail atau komentar di forum atau kotak masuk e-mail. Cara ini relatif sederhana untuk mengganggu situs web. Tidak heran, dikomentari Bahrun dengan kalimat ”Cuman Bisa Nge-spam!”, Bahrun juga memasang foto yang memberi kesan hasil retasannya ke situs keuangan Paypal dan kartu kredit. Lepas bahwa akun Paypal itu bernominal 0 dan atau hasil retasan orang lain, dunia siber sebagai ruang konflik juga harus diantisipasi.
Gugus tugas
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius menyatakan, pemerintah akan membentuk gugus tugas untuk menangani terorisme di dunia maya. Gugus tugas ini beranggotakan kementerian terkait, dengan keanggotaan tetap, dan memiliki akses langsung kepada menteri.
Gugus tugas ini merupakan langkah maju. Namun, ada catatan, gugus tugas ini idealnya tidak memandang terorisme siber sebagai kejahatan yang berdiri sendiri. Konflik di ruang siber selalu mencakup banyak konteks, termasuk politik, ekonomi, informasi, teknologi, media, dan ideologi. Batas antara bidang satu dan yang lain telah kabur. Dunia siber telah mengubah batas tradisional antara perang dan damai, meniadakan geografi dan jarak, bahkan menipiskan batas antara aktor negara dan non-negara.
Konflik yang terjadi juga memiliki irisan satu sama lain. Propaganda di dunia maya, misalnya, bisa terhubung dengan kejahatan finansial, seperti penyalahgunaan informasi bank hingga penipuan yang terlihat sepele, seperti ”mama minta pulsa”. Di sisi lain, infrastruktur vital juga bisa terancam oleh aksi teroris baik via dunia maya maupun nyata.
Terkait hal itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, media sosial yang menjadi tempat berseliwerannya informasi harus lebih diperhatikan. Pihak otoritas dapat menciptakan sistem yang menggunakan media sosial sebagai alat kontra propaganda dari informasi yang tidak diinginkan sekaligus memantau dinamika yang terjadi.
Kedua, pengamanan informasi terkait kepentingan publik yang dilaksanakan negara harus lebih diperketat.
Ketiga, mengoptimalkan regulasi yang telah ada, seperti UU Informasi dan Transaksi Elektronik. Keempat, menyinergikan instansi swasta yang rentan, seperti perbankan, industri migas, dan bursa saham dengan sistem keamanan siber yang cepat tanggap. Kelima, merancang sistem dan pembagian tugas sekiranya terjadi konflik di dunia siber antara sipil dan militer. Terakhir, yang paling utama adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang penggunaan internet dan informasi yang aman dan benar.
Akhirnya, dunia siber adalah dunia yang terinterkoneksi seperti laut. Semua pihak harus bahu-membahu untuk menciptakan konsep yang inovatif, strategi dan struktur yang mumpuni, serta mengadakan teknologi yang mandiri dan adaptif untuk menjaga ruang siber. (kompas/Edna Pattisina)
View

Related

OPINI 2935913089961419529

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item