Terbesar Dalam Sejarah, KPK Tuntut Harta Nazaruddin Rp 600 M Dikembalikan ke Negara

https://kabar22.blogspot.com/2016/05/terbesar-dalam-sejarah-kpk-tuntut-harta.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Selain menuntut 7 tahun penjara, jaksa juga menuntut
harta M Nazaruddin sebesar Rp 600 miliar untuk dirampas negara. Ini
merupakan tuntutan terbesar dalam sejarah KPK yang ingin merampas harta
terdakwa korupsi.
"Estimasi sekitar Rp 600 miliar (yang disita untuk negara). Jadi dari saham sekitar Rp 300 miliaran tapi kalau proses lelang kan ada biaya lelang sendiri namun kurang lebih dari nilai pasar adalah sekitar Rp 300 miliar. Kemudian dari uang yang disita itu juga sekitar Rp 100 miliaran belum dari aset yang dari properti seperti rumah, pabrik, itu kan nilainya cukup besar," jelas jaksa Kresno Anto Wibowo usai sidang di Pengadilan Tipikor, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2016).
Sidang tuntutan itu dipimpin ketua majelis hakim Ibnu Basuki Widodo. Selama sidang, Nazaruddin yang mengenakan kemeja putih terus-terusan memegang tasbih saat tuntutan dibacakan.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada KPK menjerat mantan Anggota DPR Nazaruddin dengan tiga berkas dakwaan. Satu terkait dugaan korupsi Rp 40,3 miliar, dan dua lainnya terkait dugaan pencucian uang yang nilainya mencapai ratusan miliar rupiah. Banyaknya aset yang dibeli Nazar dengan uang yang diduga berasal dari pencucian uang selama kurun waktu 2009-2010 dan 2010-2014 membuat berkas tuntutan menjadi tebal. Berkas tuntutan bersampul putih berlogo KPK itu kebetalannya sekitar 30 cm.
Jaksa membacakan satu persatu beberapa aset Nazar yang disita untuk negara, sisanya dianggap dibacakan. Di antaranya aset berupa properti baik itu tanah dan bangunan atau berupa apartemen yang berlokasi di Manggarai, Pejaten Barat, Warung Buncit, Bekasi, dan kawasan Setiabudi, Jakarta.
Aset lainnya yang disita berupa uang dalam rekening atas nama orang atau instansi yang pembuatannya diduga diminta oleh Nazar dan uangnya diduga berasal dari pencucian uang hasil tindak pidana korupsi.
"(Pencucian uang) kan ditotal sulit, kita bicara keuntungannya saja waktu dia melakukan tipikor baik di dakwaan kesatu maupun ada perkara di luar itu. Dari total segi keuntungan, dan dari dakwaan kedua itu Rp 500 miliar," tuturnya.
Terkait tuntutan ini dan banyaknya aset yang disita untuk negara, Nazaruddin mengaku ikhlas. Meski begitu, ia tetap akan menyampaikan nota pembelaan (pledoi) yang akan disampaikan pada persidangan 18 Mei 2016 mendatang.
"Saya ikhlas, yang penting tetap bantu KPK memberantas korupsi. Saya ikhlas seikhlas-ikhlasnya," ujar Nazaruddin usai persidangan. Sidang dengan agenda pembelaan dari Nazaruddin akan digelar pada 18 Mei 2016 mendatang.
Tuntutan perampasan aset terdakwa korupsi terbesar sebelumnya ditujukan kepada eks Bupati Bangkalan Fuad Amin sebesar Rp 250 miliar dan sudah diamini oleh Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta. Di bawah Fuad Amin, dipegang oleh eks Kakorlantas Irjen Pol Djoko Susilo dengan nilai aset sebesar Rp 200 miliar dan diamini Mahkamah Agung (MA). Di bawah itu masih banyak terdakwa lainnya yang dirampas hartanya dan diamini oleh hakim agung Artidjo dkk. Seperti Angelina Sondakh yang hartanya dirampas Rp 20 miliar, Anas Urbaningrum di atas Rp 50 miliar dan lain-lain.
(gram/dtc)
"Estimasi sekitar Rp 600 miliar (yang disita untuk negara). Jadi dari saham sekitar Rp 300 miliaran tapi kalau proses lelang kan ada biaya lelang sendiri namun kurang lebih dari nilai pasar adalah sekitar Rp 300 miliar. Kemudian dari uang yang disita itu juga sekitar Rp 100 miliaran belum dari aset yang dari properti seperti rumah, pabrik, itu kan nilainya cukup besar," jelas jaksa Kresno Anto Wibowo usai sidang di Pengadilan Tipikor, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2016).
Sidang tuntutan itu dipimpin ketua majelis hakim Ibnu Basuki Widodo. Selama sidang, Nazaruddin yang mengenakan kemeja putih terus-terusan memegang tasbih saat tuntutan dibacakan.
Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada KPK menjerat mantan Anggota DPR Nazaruddin dengan tiga berkas dakwaan. Satu terkait dugaan korupsi Rp 40,3 miliar, dan dua lainnya terkait dugaan pencucian uang yang nilainya mencapai ratusan miliar rupiah. Banyaknya aset yang dibeli Nazar dengan uang yang diduga berasal dari pencucian uang selama kurun waktu 2009-2010 dan 2010-2014 membuat berkas tuntutan menjadi tebal. Berkas tuntutan bersampul putih berlogo KPK itu kebetalannya sekitar 30 cm.
Jaksa membacakan satu persatu beberapa aset Nazar yang disita untuk negara, sisanya dianggap dibacakan. Di antaranya aset berupa properti baik itu tanah dan bangunan atau berupa apartemen yang berlokasi di Manggarai, Pejaten Barat, Warung Buncit, Bekasi, dan kawasan Setiabudi, Jakarta.
Aset lainnya yang disita berupa uang dalam rekening atas nama orang atau instansi yang pembuatannya diduga diminta oleh Nazar dan uangnya diduga berasal dari pencucian uang hasil tindak pidana korupsi.
"(Pencucian uang) kan ditotal sulit, kita bicara keuntungannya saja waktu dia melakukan tipikor baik di dakwaan kesatu maupun ada perkara di luar itu. Dari total segi keuntungan, dan dari dakwaan kedua itu Rp 500 miliar," tuturnya.
Terkait tuntutan ini dan banyaknya aset yang disita untuk negara, Nazaruddin mengaku ikhlas. Meski begitu, ia tetap akan menyampaikan nota pembelaan (pledoi) yang akan disampaikan pada persidangan 18 Mei 2016 mendatang.
"Saya ikhlas, yang penting tetap bantu KPK memberantas korupsi. Saya ikhlas seikhlas-ikhlasnya," ujar Nazaruddin usai persidangan. Sidang dengan agenda pembelaan dari Nazaruddin akan digelar pada 18 Mei 2016 mendatang.
Tuntutan perampasan aset terdakwa korupsi terbesar sebelumnya ditujukan kepada eks Bupati Bangkalan Fuad Amin sebesar Rp 250 miliar dan sudah diamini oleh Pengadilan Tinggi (PT) Jakarta. Di bawah Fuad Amin, dipegang oleh eks Kakorlantas Irjen Pol Djoko Susilo dengan nilai aset sebesar Rp 200 miliar dan diamini Mahkamah Agung (MA). Di bawah itu masih banyak terdakwa lainnya yang dirampas hartanya dan diamini oleh hakim agung Artidjo dkk. Seperti Angelina Sondakh yang hartanya dirampas Rp 20 miliar, Anas Urbaningrum di atas Rp 50 miliar dan lain-lain.
(gram/dtc)