Secara Teknikal Rupiah Masih Kuat
https://kabar22.blogspot.com/2016/03/secara-teknikal-rupiah-masih-kuat.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Teknikal rupiah kian kuat. Namun analis prediksi terlalu dini
menyebut penguatan rupiah bisa bertahan lama jika tidak terdukung
fundamental yang kokoh.
Di pasar spot, Kamis (3/3) valuasi rupiah melesat 0,52% ke level Rp 13.232 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah terbang 0,40% di level Rp 13.260 per dollar AS.
Menurut Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka, dari sisi teknikal posisi rupiah memang sedang dalam tren yang membaik. Setelah berhasil menembus level support kuatnya di Rp 13.300, kans rupiah bergerak dalam rentang yang baru terbuka lebar.
“Kalau terus positif dan tenangnya pasar global seperti saat ini, rentang Rp 13.000 – Rp 13.300 per dollar AS akan jadi posisi kuat koridor pergerakan rupiah,” papar Tonny.
Hanya saja menurut Tonny yang perlu diwaspadai adalah sajian data ekonomi Amerika Serikat. Bahkan secara teknikal bukan tidak mungkin rupiah menembus level di bawah Rp 12.600 per dollar AS.
" Tapi terlalu dini menilai tersebut mengingat fundamental yang masih butuh banyak kepastian dan sajian data ekonomi penguat ke depannya," tutur Tonny.
Terutama menjelang akhir pekan pertama di setiap bulan seperti ini. “Yang paling dinanti itu data ketenagakerjaan Jumat (4/3) nanti. Untuk liat indikasi lanjutan dari rapat FOMC mengenai suku bunga The Fed Maret 2016,” duga Tonny.
Walaupun memang sampai saat ini diprediksi kecil kemungkinan The Fed menaikkan suku bunganya.
Kepercayaan Pasar Terjaga
Posisi rupiah masih perkasa. Penantian pasar akan lanjutan rilis data ekonomi Amerika Serikat dan suntikan dana arus modal di domestik masih mendukung pergerakan rupiah.
Di pasar spot, Kamis (3/3) valuasi rupiah melesat 0,52% ke level Rp 13.232 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah terbang 0,40% di level Rp 13.260 per dollar AS.
Menurut Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, fundamental dalam negeri masih cukup kuat untuk terus menopang pergerakan rupiah. Masih tingginya capital inflow di pasar saham dan keuangan domestik juga menjadi tenaga bagi mata uang Garuda.
Sebagai gambaran secara year to date (YTD) atau sejak awal tahun, net buy di pasar saham mencapai US$ 190 juta dan di obligasi US$ 2,1 miliar. “Ini menjadi pertanda kuat bahwa kepercayaan pasar akan ekonomi Indonesia masih terjaga dan tentunya positif bagi mata uang,” jelas Josua.
Apalagi mengingat dari sisi eksternal ketidakpastian masih cukup tinggi. Sehingga tidak heran arus modal yang masuk ke emerging market seperti rupiah tinggi.
“Belum lagi perlahan pulihnya harga minyak mentah dunia, kini saja sudah mendekati level US$ 35 per barel,” ujar Josua. Membaiknya harga komoditas jadi angin segar.
Belum lagi, data klaim pengangguran mingguan AS diprediksi masih di atas 200.000 itu memberikan tekanan koreksi bagi USD serta data ISM manufaktur PMI AS Februari 2016 diduga pun turun. “USD masih punya potensi melemah, rupiah bisa tetap unggul Jumat (4/3),” prediksi Josua.
[ bass / kontan ]
Di pasar spot, Kamis (3/3) valuasi rupiah melesat 0,52% ke level Rp 13.232 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah terbang 0,40% di level Rp 13.260 per dollar AS.
Menurut Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka, dari sisi teknikal posisi rupiah memang sedang dalam tren yang membaik. Setelah berhasil menembus level support kuatnya di Rp 13.300, kans rupiah bergerak dalam rentang yang baru terbuka lebar.
“Kalau terus positif dan tenangnya pasar global seperti saat ini, rentang Rp 13.000 – Rp 13.300 per dollar AS akan jadi posisi kuat koridor pergerakan rupiah,” papar Tonny.
Hanya saja menurut Tonny yang perlu diwaspadai adalah sajian data ekonomi Amerika Serikat. Bahkan secara teknikal bukan tidak mungkin rupiah menembus level di bawah Rp 12.600 per dollar AS.
" Tapi terlalu dini menilai tersebut mengingat fundamental yang masih butuh banyak kepastian dan sajian data ekonomi penguat ke depannya," tutur Tonny.
Terutama menjelang akhir pekan pertama di setiap bulan seperti ini. “Yang paling dinanti itu data ketenagakerjaan Jumat (4/3) nanti. Untuk liat indikasi lanjutan dari rapat FOMC mengenai suku bunga The Fed Maret 2016,” duga Tonny.
Walaupun memang sampai saat ini diprediksi kecil kemungkinan The Fed menaikkan suku bunganya.
Kepercayaan Pasar Terjaga
Posisi rupiah masih perkasa. Penantian pasar akan lanjutan rilis data ekonomi Amerika Serikat dan suntikan dana arus modal di domestik masih mendukung pergerakan rupiah.
Di pasar spot, Kamis (3/3) valuasi rupiah melesat 0,52% ke level Rp 13.232 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah terbang 0,40% di level Rp 13.260 per dollar AS.
Menurut Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, fundamental dalam negeri masih cukup kuat untuk terus menopang pergerakan rupiah. Masih tingginya capital inflow di pasar saham dan keuangan domestik juga menjadi tenaga bagi mata uang Garuda.
Sebagai gambaran secara year to date (YTD) atau sejak awal tahun, net buy di pasar saham mencapai US$ 190 juta dan di obligasi US$ 2,1 miliar. “Ini menjadi pertanda kuat bahwa kepercayaan pasar akan ekonomi Indonesia masih terjaga dan tentunya positif bagi mata uang,” jelas Josua.
Apalagi mengingat dari sisi eksternal ketidakpastian masih cukup tinggi. Sehingga tidak heran arus modal yang masuk ke emerging market seperti rupiah tinggi.
“Belum lagi perlahan pulihnya harga minyak mentah dunia, kini saja sudah mendekati level US$ 35 per barel,” ujar Josua. Membaiknya harga komoditas jadi angin segar.
Belum lagi, data klaim pengangguran mingguan AS diprediksi masih di atas 200.000 itu memberikan tekanan koreksi bagi USD serta data ISM manufaktur PMI AS Februari 2016 diduga pun turun. “USD masih punya potensi melemah, rupiah bisa tetap unggul Jumat (4/3),” prediksi Josua.