Jadi Buron La Nyalla Juga Diduga Terlibat Kasus Korupsi Rumah Sakit

https://kabar22.blogspot.com/2016/03/jadi-buron-la-nyalla-juga-diduga.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang mencari bukti keterlibatan
Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattaliti dalam kasus korupsi di proyek
pembangunan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga, Surabaya. La
Nyalla saat ini buron setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus
korupsi dana hibah selaku Ketua Kamar Dagang dan Industri Jawa Timur.
Pernyataan adanya penyelidikan atas jejak La Nyalla di proyek RS di Unair disampaikan Ketua KPK Agus Rahardjo di Auditorium KPK, Selasa, 29 Maret 2016. Dia merujuk kepada sejumlah penyidik KPK yang melakukan serangkaian penggeledahan di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, dua hari belakangan.
"Teman-teman dari KPK ke sana, untuk cari petunjuk terkait dugaan itu," ujar Agus. Penggeledahan dilakukan di kantor Pemuda Pancasila Jawa Timur di Surabaya dan kantor PT Pembangunan Perumahan di Sidoarjo.
Selain Ketua Umum PSSI dan Ketua Kadin Jawa Timur, La Nyalla adalah juga Ketua Pemuda Pancasila Jawa Timur. Adapun penggeledahan di PT Pembangunan Perumahan terkait perusahaan milik Muchmudah, isteri La Nyalla, yang jadi pemenang tender dalam proyek pembangunan rumah sakit di Unair.
Agus menuturkan, La Nyalla sudah pernah dimintai keterangannya dalam kasus ini pada 11 Maret tahun lalu. "Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama statusnya akan dinaikkan," ujarnya sambil menambahkan adanya kerja sama dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
Pihak yang terakhir itu telah lebih dulu menetapkan La Nyalla sebagai tersangka di kasus korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur. Dalam kasus ini La Nyalla disangka menggunakan dana hibah sebesar Rp 5,3 miliar untuk dibelikan saham perrdana Bank Jatim pada 2012 yang menguntungkannya secara pribadi sebesar Rp 1,1 miliar.
Kasus itu sendiri lanjutan dari vonis bersalah yang sudah dijatuhkan kepada dua wakil Ketua Kadin Jawa Timur dalam kasus dana hibah yang sama. Keduanya adalah Nelson Sembiring dan Diar Kusuma Putra yang dianggap terbukti merugikan negara hingga Rp 26 miliar.
Jaksa Siap Jemput Paksa
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Maruli Hutagalung mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung untuk meminta bantuan Mabes Polri dan Interpol guna menangkap La Nyalla Mattalitti. La Nyalla dinyatakan sebagai tersangka kasus korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur untuk pembelian saham perdana Bank Jatim pada 2012.
Kepastian soal rencana penangkapan La Nyalla ditegaskan Kejaksaan setelah mendapat kabar bahwa La Nyalla kini berada di Malaysia. "Dia berangkat pakai Garuda. Kami masih berkoordinasi dengan Polri dan Interpol untuk menangkap yang bersangkutan," kata Maruli saat dihubungi Tempo dari Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016.
Kendati demikian, Maruli belum bisa memastikan apakah Kejaksaan akan menjemput langsung La Nyalla ke Malaysia. Hingga saat ini, penyidik Kejaksaan bersiaga di beberapa lokasi, seperti Jakarta dan Surabaya.
" Untuk penjemputan, kita akan lapor Kejaksaan Agung agar bisa mendapat bantuan Interpol. Tunggu saja, yang jelas kami punya empat alat bukti," tuturnya.
La Nyalla dikabarkan keluar dari Indonesia menuju Malaysia pada 17 Maret 2016. Hal itu dikonfirmasi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Heru Santoso Ananta Yudha.
Menurut Heru, saat La Nyalla berangkat, pihak Imigrasi belum menerima surat pencekalan atas nama La Nyalla. La Nyalla Mattalitti ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur untuk pembelian saham perdana Bank Jatim 2012. Saat itu La Nyalla menjadi Ketua Umum Kadin. Kejaksaan menduga La Nyalla menggunakan uang hibah Rp 5,3 miliar untuk membeli saham dengan nilai keuntungan pembelian saham sebesar Rp 1,1 miliar.
Setelah penetapan tersangka, La Nyalla tak kunjung memenuhi panggilan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur sebanyak tiga kali. Terkait dengan mangkirnya ia dari pemanggilan Kejaksaan, pengacara La Nyalla menyatakan kliennya masih menunggu hasil praperadilan.
(bin/tempo)
Pernyataan adanya penyelidikan atas jejak La Nyalla di proyek RS di Unair disampaikan Ketua KPK Agus Rahardjo di Auditorium KPK, Selasa, 29 Maret 2016. Dia merujuk kepada sejumlah penyidik KPK yang melakukan serangkaian penggeledahan di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, dua hari belakangan.
"Teman-teman dari KPK ke sana, untuk cari petunjuk terkait dugaan itu," ujar Agus. Penggeledahan dilakukan di kantor Pemuda Pancasila Jawa Timur di Surabaya dan kantor PT Pembangunan Perumahan di Sidoarjo.
Selain Ketua Umum PSSI dan Ketua Kadin Jawa Timur, La Nyalla adalah juga Ketua Pemuda Pancasila Jawa Timur. Adapun penggeledahan di PT Pembangunan Perumahan terkait perusahaan milik Muchmudah, isteri La Nyalla, yang jadi pemenang tender dalam proyek pembangunan rumah sakit di Unair.
Agus menuturkan, La Nyalla sudah pernah dimintai keterangannya dalam kasus ini pada 11 Maret tahun lalu. "Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama statusnya akan dinaikkan," ujarnya sambil menambahkan adanya kerja sama dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur.
Pihak yang terakhir itu telah lebih dulu menetapkan La Nyalla sebagai tersangka di kasus korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur. Dalam kasus ini La Nyalla disangka menggunakan dana hibah sebesar Rp 5,3 miliar untuk dibelikan saham perrdana Bank Jatim pada 2012 yang menguntungkannya secara pribadi sebesar Rp 1,1 miliar.
Kasus itu sendiri lanjutan dari vonis bersalah yang sudah dijatuhkan kepada dua wakil Ketua Kadin Jawa Timur dalam kasus dana hibah yang sama. Keduanya adalah Nelson Sembiring dan Diar Kusuma Putra yang dianggap terbukti merugikan negara hingga Rp 26 miliar.
Jaksa Siap Jemput Paksa
Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Timur Maruli Hutagalung mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung untuk meminta bantuan Mabes Polri dan Interpol guna menangkap La Nyalla Mattalitti. La Nyalla dinyatakan sebagai tersangka kasus korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur untuk pembelian saham perdana Bank Jatim pada 2012.
Kepastian soal rencana penangkapan La Nyalla ditegaskan Kejaksaan setelah mendapat kabar bahwa La Nyalla kini berada di Malaysia. "Dia berangkat pakai Garuda. Kami masih berkoordinasi dengan Polri dan Interpol untuk menangkap yang bersangkutan," kata Maruli saat dihubungi Tempo dari Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016.
Kendati demikian, Maruli belum bisa memastikan apakah Kejaksaan akan menjemput langsung La Nyalla ke Malaysia. Hingga saat ini, penyidik Kejaksaan bersiaga di beberapa lokasi, seperti Jakarta dan Surabaya.
" Untuk penjemputan, kita akan lapor Kejaksaan Agung agar bisa mendapat bantuan Interpol. Tunggu saja, yang jelas kami punya empat alat bukti," tuturnya.
La Nyalla dikabarkan keluar dari Indonesia menuju Malaysia pada 17 Maret 2016. Hal itu dikonfirmasi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Umum Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Heru Santoso Ananta Yudha.
Menurut Heru, saat La Nyalla berangkat, pihak Imigrasi belum menerima surat pencekalan atas nama La Nyalla. La Nyalla Mattalitti ditetapkan sebagai tersangka korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur untuk pembelian saham perdana Bank Jatim 2012. Saat itu La Nyalla menjadi Ketua Umum Kadin. Kejaksaan menduga La Nyalla menggunakan uang hibah Rp 5,3 miliar untuk membeli saham dengan nilai keuntungan pembelian saham sebesar Rp 1,1 miliar.
Setelah penetapan tersangka, La Nyalla tak kunjung memenuhi panggilan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur sebanyak tiga kali. Terkait dengan mangkirnya ia dari pemanggilan Kejaksaan, pengacara La Nyalla menyatakan kliennya masih menunggu hasil praperadilan.
(bin/tempo)