Fahri Hamzah Diminta Bersikap Lebih Elegan
https://kabar22.blogspot.com/2016/01/fahri-hamzah-diminta-bersikap-lebih.html
JAKARTA, BLOKBERITA --- Direktur Populi Center, Nico Harjanto menilai, sikap Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang sempat adu mulut dengan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat semakin memperburuk citra DPR di mata publik.
Sikap tersebut, kata Nico, seolah menunjukkan bahwa DPR alergi terhadap penegakkan hukum.
" Saya kira perlu dilihat lagi dalam konteks kelembagaan apakah memang ada hal-hal yang dirasa tidak sesuai dengan kesepakatan antara DPR, KPK dan Kepolisian," ujar Nico usai acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).
"Atau memang ada unsur pelanggaran etika (dilakukan Fahri) karena menghalangi upaya penegakkan hukum," sambungnya.
Menurut Nico, Fahri seharusnya menunjukkan sikap yang pantas karena dirinya merupakan salah satu pimpinan DPR.
Fahri, menurut Nico, dapat menunjukkan sikap yang lebih santun dan tak perlu membentak penyidik KPK. Misalnya, dengan melayangkan surat protes resmi kepada KPK atau aparat penegak hukum lainnya.
" Saya kira itu jauh lebih elok dan elegan," katanya.
Diwawancarai terpisah, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengaku memahami dasar Fahri menegur penyidik KPK yang menyambangi gedung DPR didampingi pasukan Brimob dengan senjata lengkap.
Menurut Ray, wajar jika Fahri mempertanyakan hal tersebut, terutama karena penggeledahan tak berkaitan dengan kejahatan yang berdampak pada kekerasan. Sehingga penyertaan Brimob tersebut dirasa tidak begitu perlu.
Namun, senada dengan Nico, menurut Ray, seharusnya Fahri menghormati jabatan yang diembannya dan menggunakan cara lain untuk melayangkan protes pada KPK.
" Cukup perintahkan sekretariat DPR. Sekretariat lah yang memberikan surat pernyataan keberatan," terang Ray.
" Sebagai pimpinan, langkah-langkah dia harus terukur. Tentu saja orang nanti jadi makin tidak memandang dia sebagai pimpinan DPR," kata Ray.
Sebelumnya, terjadi adu mulut antara Fahri Hamzah dengan penyidik KPK, Christian. Fahri tak terima penyidik turut membawa empat anggota Brimob dengan bersenjata laras panjang saat menggeledah ruang kerja tiga anggota DPR, di Gedung Nusantara II Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Penggeledahan dilakukan terkait penangkapan anggota Komisi V Fraksi PDI-P, Damayanti Wisnu Putranti, yang ditangkap KPK karena diduga menerima suap dalam sebuah proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Setelah menggeledah ruangan Damayanti di lantai 6, sembilan penyidik KPK turut menggeledah ruangan anggota Komisi V Fraksi Partai Golkar Budi Supriyanto di lantai 13.
Setelah itu, penyidik turun ke lantai 3 untuk menggeledah ruangan Wakil Ketua Komisi V Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yudi Widiana.
Di situlah adu mulut antara Fahri dan Christian terjadi. (bin/kmps)
Sikap tersebut, kata Nico, seolah menunjukkan bahwa DPR alergi terhadap penegakkan hukum.
" Saya kira perlu dilihat lagi dalam konteks kelembagaan apakah memang ada hal-hal yang dirasa tidak sesuai dengan kesepakatan antara DPR, KPK dan Kepolisian," ujar Nico usai acara diskusi di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).
"Atau memang ada unsur pelanggaran etika (dilakukan Fahri) karena menghalangi upaya penegakkan hukum," sambungnya.
Menurut Nico, Fahri seharusnya menunjukkan sikap yang pantas karena dirinya merupakan salah satu pimpinan DPR.
Fahri, menurut Nico, dapat menunjukkan sikap yang lebih santun dan tak perlu membentak penyidik KPK. Misalnya, dengan melayangkan surat protes resmi kepada KPK atau aparat penegak hukum lainnya.
" Saya kira itu jauh lebih elok dan elegan," katanya.
Diwawancarai terpisah, Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengaku memahami dasar Fahri menegur penyidik KPK yang menyambangi gedung DPR didampingi pasukan Brimob dengan senjata lengkap.
Menurut Ray, wajar jika Fahri mempertanyakan hal tersebut, terutama karena penggeledahan tak berkaitan dengan kejahatan yang berdampak pada kekerasan. Sehingga penyertaan Brimob tersebut dirasa tidak begitu perlu.
Namun, senada dengan Nico, menurut Ray, seharusnya Fahri menghormati jabatan yang diembannya dan menggunakan cara lain untuk melayangkan protes pada KPK.
" Cukup perintahkan sekretariat DPR. Sekretariat lah yang memberikan surat pernyataan keberatan," terang Ray.
" Sebagai pimpinan, langkah-langkah dia harus terukur. Tentu saja orang nanti jadi makin tidak memandang dia sebagai pimpinan DPR," kata Ray.
Sebelumnya, terjadi adu mulut antara Fahri Hamzah dengan penyidik KPK, Christian. Fahri tak terima penyidik turut membawa empat anggota Brimob dengan bersenjata laras panjang saat menggeledah ruang kerja tiga anggota DPR, di Gedung Nusantara II Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Penggeledahan dilakukan terkait penangkapan anggota Komisi V Fraksi PDI-P, Damayanti Wisnu Putranti, yang ditangkap KPK karena diduga menerima suap dalam sebuah proyek di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Setelah menggeledah ruangan Damayanti di lantai 6, sembilan penyidik KPK turut menggeledah ruangan anggota Komisi V Fraksi Partai Golkar Budi Supriyanto di lantai 13.
Setelah itu, penyidik turun ke lantai 3 untuk menggeledah ruangan Wakil Ketua Komisi V Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Yudi Widiana.
Di situlah adu mulut antara Fahri dan Christian terjadi. (bin/kmps)