Inilah Ciri-Ciri Manusia Indonesia

itu disampaikannya dengan gaya dan sikap yang terus terang. Sehingga pro dan kontra pun bermunculan menanggapi sifat-sifat negatif orang Indonesia yang ia kemukakan.
seperti yang dimuat media massa pada masa itu. Sifat-sifat manusia Indonesia yang dituturkan Mochtar Lubis pada pidatonya tersebut merupakan sebuah pandangan, yang lebih tepat jika dikatakan sebagai stereotip. Sebagaimana layaknya stereotip, maka pendapatMochtar Lubis ini tidak dapat dikatakan benar seluruhnya dan tidak pula salah seluruhnya.Karena stereotip tersebut diperoleh dari hasil dari pengalaman, prasangka, pengamatan, pemikiran serta penilaiannya secara kritis mengenai ciri-ciri manusia Indonesia.Secara garis besar ada enam ciri manusia Indonesia yang dikemukakan oleh Mochtar Lubis, di antaranya hipokrit atau munafik, segan dan enggan bertanggung-jawab, bersikap feodal, percaya takhayul, artistik dan lemah wataknya.
Ciri pertama: Hipokrit alias Munafik
Hipokrit atau munafik ini muncul pada karakter manusia Indonesia sejak masa feodal dan kolonial. Manusia Indonesia sering berpura-pura, lain di muka, lain di belakang. Sistemfeodal dan kolonial di masa lampau menekan rakyat dan menindas segala inisiatif rakyat.Sehingga langsung atau tidak langsung, memaksa manusia Indonesia menyembunyikan apa sebenarnya yang dirasakannya, dipikirkannya, dan dikehendakinya. Semua itu disembunyikan karena takut akan mendapatkan ganjaran yang membawa bencana bagi dirinya.
Ciri kedua: Segan dan Enggan Bertanggung Jawab
Kalimat ”Bukan Saya” sering kali terlontar dari mulut manusia Indonesia. Ini menurut Mochtar Lubis merupakan bukti nyata rasa segan dan enggan bertanggung jawab memang ada dalam diri manusia Indonesia. Misalnya, jika terjadi suatu kesalahan atau kegagalan pada
suatu lembaga. Maka atasan akan berkata ”Bukan Saya” lalu menggeser kesalahan ke
bawahannya. Begitu seterusnya hingga jabatan terbawah. Ketika sampai pada bawahan tetap
saja kata ”bukan saya” pada atasan akan berganti menjadi ”Saya hanya melaksanakan perintah atasan! ”.
Ciri ketiga: Bersikap Feodal
Feodalisme ini ditandai dengan penguasa sangat tidak suka mendengar kritik. Sedangkanyang lain menjadi segan untuk melontarkan kritik. Manusia yang berada di kalangan atas mengharapkan agar manusia yang di bawahnya mengabdi kepadanya dengan segala bentuk.Begitu pula dengan bawahan, mereka dengan jiwa feodalnya bersedia untuk mengabdi pada yang lebih ’di atas’ tadi. Karena prinsipnya “Asal Bapak Senang”, yang penting selamat dan cari aman.
Ciri keempat : Percaya Pada Takhayul
Jika di zaman dahulu manusia percaya gunung, pohon, keris memiliki kekuatan gaib.Begitu pula dengan manusia Indonesia masa sekarang. Sampai sekarang manusia Indonesia yang modern pun, baik itu yang telah bersekolah dan berpendidikan modern sekalipun masih terus juga membuat jimat, mantra atau lambang-lambang.Manusia Indonesia sangat cenderung percaya menara, semboyan atau lambang yang dibuatnya sendiri. Misalnya, Pancasila. Manusia Indonsia tidak peduli apakah telah melaksanakan dengan baik dan benar atau belum Pancasila itu. Mereka tetap saja dengan penuh keyakinan bahwa setelah mengucapkannya maka masyarakat Pancasila itu telah tercipta.
Ciri kelima: Artistik alias Berjiwa Seni
Dari keenam ciri manusia yang dikemukakan Mochtar Lubis hanya ciri inilah yang merupakan ciri positif. Suatu ciri yang menarik dan mempesona, merupakan sumber dan tumpuan hari depan manusia Indonesia. Manusia Indonesia hidup dengan perasaan sensualnya yang kemudian membuat daya artistik berkembang lalu tertuang dalam segala rupa ciptaan artistik. Tapi sifat artistik itu ada kelemahannya, yakni manusia Indonesia cenderung memakai perasaannya dalam berpikir dan bertindak sehingga hal itu bisa menghambat perkembangan hidupnya karena logika-rasionalitasnya jadi rendah.
Ciri keenam : Karakter yang Lemah
Manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis mau mengubah keyakinannya agar dapat ”Bertahan”. Kegoyahan watak serupa ini merupakan akibat dari ciri manusia feodal. Dia merupakan segi lain dari sikap ABS, ciri ini termasuk ke dalam upaya untuk menyenangkan atasan dan menyelamatkan diri. Sikap menyenangkan hati antara kedua belah pihak (yang berkuasa dan yang dikuasai) itu merupakan suatu kegoyahan watak. Keenam ciri manusia Indonesia tersebut dipaparkan Mochtar Lubis dengan contoh-contohyang konkrit menurutnya. Contoh-contoh ini dapat memudahkan pembaca mencerna lebih mudah ciri-ciri manusia Indonesia yang ia yakini. Di akhir pidato tersebut ia juga menambahkan saran-saran agar ciri-ciri yang negatif tersebut dapat diminimalisasi atau malah dihilangkan.
Melalui pidatonya ini Mochtar Lubis mencoba untuk membangkitkan pemikiran kritis. Namun, sebagaimana yang telah disinggung sebelumnya ciri manusia Indonesia ini hanyalah stereotip. Dari berbagai tanggapan yang ada, sekiranya dapat membantu kita untuk menganalisis dan bercermin apakah benar ciri-ciri tersebut memang ada pada diri manusia Indonesia.Terlepas dari benar atau salah apa yang dikemukakan Mochtar Lubis, paling tidak dapatmenjadi referensi dan introspeksi. Jikalau ciri-ciri negatif tersebut memang ada dan dapat mengganggu atau pembangunan dan pertumbuhan negeri, maka harus cepat diminimalisir bahkan disingkirkan. Karena inti suatu negara bukanlah sistem, namun pembuat dan pelaksana sistemlah yang merupakan faktor yang paling dominan untuk melakukan perubahan mental. Dan juga semua manusia di dalamnya, yakni manusia Indonesia.
[ mrheal / buku Mochtar Lubis ]