Rizal Ramli Siap "Kepretti" Pelindo II
https://kabar22.blogspot.com/2015/09/rizal-ramli-siap-kepretti-pelindo-ii.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Menko Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli tak
henti-hentinya mengeluarkan jurus rajawali ngepret ke Richard Joost
Lino, Dirut PT Pelindo II. Kali ini, Rizal menuding Lino sewenang-wenang
menggunakan uang perusahaan untuk membayar iklan advetorial di dua
media massa nasional di tengah masalah Pelabuhan Tanjung Priok yang
hingga kini belum bisa diselesaikan.
Kepretan itu disampaikan Rizal dalam diskusi Kongres Ilmu Pengetahuan di gedung LIPI, Jakarta, kemarin. Rizal menyindir iklan yang dikeluarkan Pelindo IIdikarenakan Lino tidak bisa mendebatnya. Pasalnya, iklan itu ada pasca pembongkaran beton di Pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, dia mengingatkan Pelindo IItidak mengaburkan masalah Pelabuhan Tanjung Priok lewat pemasangan iklan pembangunan New Priok.
" Saya cuma merasa ajaib saja ada BUMN pasang iklan empat halaman di Kompas, empat halaman di Bisnis Indonesia hanya untuk mempertahankan argumen yang belum tentu benar. Ini pemborosan," kata Rizal.
Rizal juga berharap DPR mempertanyakan langkah Pelindo yang memasang iklan di dua media massa cetak nasional itu. "BUMNbisa pasang iklan empat halaman yang nilainya miliaran itu duitnya dari mana? Memang uang BUMNitu uang nenek moyangnya?" cetusnya.
Iklan yang dimaksud Rizal adalah iklan Pelindo II yang terbit di dua koran nasional edisi Senin lalu. Dalam iklan itu, Pelindo II menampilkan proyek Terminal 1 Pelabuhan New Tanjung Priok. Iklan itu juga menampilkan soal fasilitas Car Terminal Tanjung Priok yang mampu menampung 1 juta kendaraan per tahun yang dikelola oleh anak usaha Pelindo II yaitu PT Indonesia Kendaraan Terminal. Iklan juga memuat komentar-komentar sejumlah tokoh terkait Pelabuhan New Priok atau Kalibaru.
Rizal menuding, Pelindo II berusaha melakukan pencitraan dengan memasang iklan besar-besaran di surat kabar. Padahal, pembangunan Pelabuhan Kalibaru saat ini sedang mangkrak. " Saya nggak mau ladeni yang begitu, norak. Punya uang, punya kuasa, Kabareskrim bisa diganti. Yang begini-begini kita harus ladeni, harus dirapikan," sindirnya.
Menurut Rizal, jurus rajawali ngepret kembali dikeluarkan untuk mendorong perubahan seperti yang diharapkan masyarakat. " Karena para elite itu sudah tidak melakukan apa-apa, terlalu nyaman dan KKN," ujarnya.
Untuk masalah ini, Rizal mengaku tak bisa main halus seperti SBY. " Saya ini antitesis SBY, tidak bisa membereskan masalah dengan santun," tuturnya.
Rizal berharap para elite, termasuk keluarganya, tidak memiliki kepentingan bisnis. Terlebih saat anggota keluarga mereka memiliki kuasa sehingga dapat mengintervensi untuk kepentingan bisnis.
Bagaimana tanggapan Lino? Menurut Lino, iklan itu rutin dikeluarkan. Tujuannya, memberi tahu ke investor bahwa Indonesia akan punya pelabuhan hebat. Sengaja ditampilkan tokoh dari World Bank, Kadin dan bankir untuk mempromosikan Indonesia. "Iklan itu untuk promosi Indonesia, bukan untuk saya," kata Lino, kemarin.
Lino mengatakan, iklan ini untuk sosialisasi ke publik bahwa Indonesia juga punya pelabuhan khusus untuk ekspor impor kendaraan roda empat. Karena tak semua orang tahu soal keberadaan Car Terminal Tanjung Priok.
Berapa biaya iklan ini? Lino mengaku tak tahu angka pastinya lantaran ada bagian khusus yang menangani. Tapi dia menegaskan, biaya ikan sudah memperhitungkan aspek bisnis, terutama promosi.
Senada diungkapkan Dirut Keuangan Pelindo II Orias Petrus Moedak. Dia menganggap Rizal tidak mengetahu soal iklan itu. Pasalnya, iklan merupakan pengeluaran reguler dan bukan untuk pencitraan. "Kami rutin memasang iklan. Bukan kali ini saja. Tiap triwulan," ujar Orias.
Dia juga menegaskan, nilai pemasangan tak seperti yang disampaikan Rizal. "Dia (Rizal) itu tidak tahu bahwa dia tidak tahu," pungkasnya.
Kepada pers, Lino sebelumnya menyampaikan dwelling time tak ada kaitan dengan fasilitas pelabuhan. Menurut dia, solusinya ada di penyelesaian dokumen di 8 kementerian. "Kalau barang itu tidak bisa diselesaikan oleh 8 kementerian, ya barang tidak bisa keluar juga," ujarnya.
Lino juga menepis anggapan barang sengaja ditumpuk untuk mencari keuntungan. Dia bilang, pelabuhan mendapat untung bukan dari penumpukan barang. Tapi bongkar muat pelabuhan.
"Saya, sejak lima tahun lalu bilang barang agar cepat keluar. Dengan begitu kita lebih untung. Kepentingan saya sama dengan kepentingan bangsa ini. Gimana caranya agar barang cepat keluar dari pelabuhan," pungkasnya. (bin/rmol)
Kepretan itu disampaikan Rizal dalam diskusi Kongres Ilmu Pengetahuan di gedung LIPI, Jakarta, kemarin. Rizal menyindir iklan yang dikeluarkan Pelindo IIdikarenakan Lino tidak bisa mendebatnya. Pasalnya, iklan itu ada pasca pembongkaran beton di Pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu, dia mengingatkan Pelindo IItidak mengaburkan masalah Pelabuhan Tanjung Priok lewat pemasangan iklan pembangunan New Priok.
" Saya cuma merasa ajaib saja ada BUMN pasang iklan empat halaman di Kompas, empat halaman di Bisnis Indonesia hanya untuk mempertahankan argumen yang belum tentu benar. Ini pemborosan," kata Rizal.
Rizal juga berharap DPR mempertanyakan langkah Pelindo yang memasang iklan di dua media massa cetak nasional itu. "BUMNbisa pasang iklan empat halaman yang nilainya miliaran itu duitnya dari mana? Memang uang BUMNitu uang nenek moyangnya?" cetusnya.
Iklan yang dimaksud Rizal adalah iklan Pelindo II yang terbit di dua koran nasional edisi Senin lalu. Dalam iklan itu, Pelindo II menampilkan proyek Terminal 1 Pelabuhan New Tanjung Priok. Iklan itu juga menampilkan soal fasilitas Car Terminal Tanjung Priok yang mampu menampung 1 juta kendaraan per tahun yang dikelola oleh anak usaha Pelindo II yaitu PT Indonesia Kendaraan Terminal. Iklan juga memuat komentar-komentar sejumlah tokoh terkait Pelabuhan New Priok atau Kalibaru.
Rizal menuding, Pelindo II berusaha melakukan pencitraan dengan memasang iklan besar-besaran di surat kabar. Padahal, pembangunan Pelabuhan Kalibaru saat ini sedang mangkrak. " Saya nggak mau ladeni yang begitu, norak. Punya uang, punya kuasa, Kabareskrim bisa diganti. Yang begini-begini kita harus ladeni, harus dirapikan," sindirnya.
Menurut Rizal, jurus rajawali ngepret kembali dikeluarkan untuk mendorong perubahan seperti yang diharapkan masyarakat. " Karena para elite itu sudah tidak melakukan apa-apa, terlalu nyaman dan KKN," ujarnya.
Untuk masalah ini, Rizal mengaku tak bisa main halus seperti SBY. " Saya ini antitesis SBY, tidak bisa membereskan masalah dengan santun," tuturnya.
Rizal berharap para elite, termasuk keluarganya, tidak memiliki kepentingan bisnis. Terlebih saat anggota keluarga mereka memiliki kuasa sehingga dapat mengintervensi untuk kepentingan bisnis.
Bagaimana tanggapan Lino? Menurut Lino, iklan itu rutin dikeluarkan. Tujuannya, memberi tahu ke investor bahwa Indonesia akan punya pelabuhan hebat. Sengaja ditampilkan tokoh dari World Bank, Kadin dan bankir untuk mempromosikan Indonesia. "Iklan itu untuk promosi Indonesia, bukan untuk saya," kata Lino, kemarin.
Lino mengatakan, iklan ini untuk sosialisasi ke publik bahwa Indonesia juga punya pelabuhan khusus untuk ekspor impor kendaraan roda empat. Karena tak semua orang tahu soal keberadaan Car Terminal Tanjung Priok.
Berapa biaya iklan ini? Lino mengaku tak tahu angka pastinya lantaran ada bagian khusus yang menangani. Tapi dia menegaskan, biaya ikan sudah memperhitungkan aspek bisnis, terutama promosi.
Senada diungkapkan Dirut Keuangan Pelindo II Orias Petrus Moedak. Dia menganggap Rizal tidak mengetahu soal iklan itu. Pasalnya, iklan merupakan pengeluaran reguler dan bukan untuk pencitraan. "Kami rutin memasang iklan. Bukan kali ini saja. Tiap triwulan," ujar Orias.
Dia juga menegaskan, nilai pemasangan tak seperti yang disampaikan Rizal. "Dia (Rizal) itu tidak tahu bahwa dia tidak tahu," pungkasnya.
Kepada pers, Lino sebelumnya menyampaikan dwelling time tak ada kaitan dengan fasilitas pelabuhan. Menurut dia, solusinya ada di penyelesaian dokumen di 8 kementerian. "Kalau barang itu tidak bisa diselesaikan oleh 8 kementerian, ya barang tidak bisa keluar juga," ujarnya.
Lino juga menepis anggapan barang sengaja ditumpuk untuk mencari keuntungan. Dia bilang, pelabuhan mendapat untung bukan dari penumpukan barang. Tapi bongkar muat pelabuhan.
"Saya, sejak lima tahun lalu bilang barang agar cepat keluar. Dengan begitu kita lebih untung. Kepentingan saya sama dengan kepentingan bangsa ini. Gimana caranya agar barang cepat keluar dari pelabuhan," pungkasnya. (bin/rmol)