Sofyan Djalil Bakal di Reshuffle? Ini dia 3 Calon Penggantinya

https://kabar22.blogspot.com/2015/07/sofyan-djalil-bakal-di-reshuffle-ini.html
BLOKBERITA -- Ada tiga calon kuat pengganti Sofyan Djalil sebagai Menko Perekonomian. Mereka adalah Sri Mulyani, Rizal Ramli, dan Darmin Nasution. Siapa berpeluang?
Di tengah semakin kuatnya isu reshuffle kabinet, hari Senin (29/6) Presiden Jokowi mengundang sebelas ekonom ke Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi ingin mendapatkan masukan dalam rangka mengatasi problema ekonomi bangsa. Jokowi merasa kecewa dengan sejumlah menteri, terutama di jajaran ekonomi.
Dari pertemuan itulah, isu reshuffle semakin berhembus kencang. Salah satu yang disebut-sebut bakal dicopot adalah Sofyan Djalil sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Beberapa ekonom digadang-gadang mengantikannya. Seperti Rizal Ramli, Sri Mulyani, dan Darmin Nasution. Meskipun memiliki pengalaman sebagai birokrat, namun latar belakang mereka berbeda.
Rizal Ramli berlatar belakang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dia mendirikan Econit Advisory Group. Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal pernah menjabat Kepala Badan Usaha Logistik dan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian.
Sedangkan Sri Mulyani awalnya adalah ekonom akademisi. Dia pernah menjadi Kepala Lembaga Penyelidikan dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain di dunia akademis, dia juga matang dalam birokrasi, karena pernah menjabat sebagai Kepala Badan Perencana Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan. Di samping itu, pengalaman di lembaga keuangan internasionalnya sangat mumpuni. Sekarang saja dia masih menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Darmin Nasution adalah murni birokrat. Segudang jabatan pernah didudukinya, seperti Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Dirjen Pajak, terakhir Gubernur Bank Indonesia.
Untuk menilai kapasitas masing-masing kandidat, publik dapat menilai prestasi sewaktu mereka menjabat. Kita mulai dari Rizal Ramli. Sewaktu dia menjabat Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, prestasinya bisa dibilang tidak bagus, karena saat itu ekonomi Indonesia tidak berjalan dengan baik. Ketika menjabat ucapanya sering bernuansa politik. Akibatnya, iklim ekonomi semakin tidak kondusif.
Sedangkan Sri Mulyani, prestasinya sewaktu menjabat sebagai Menteri Keuangan, bisa dibilang fenomenal. Dia berhasil menjaga agar bangsa ini bisa keluar paling cepat dari krisis ekonomi tahun 2008. Dia terkenal sulit diintervensi, walau oleh orang-orang berkuasa seperti Jusuf Kalla (JK) dan Aburizal Bakrie. Akibatnya, musuh politiknya membalas melalui penyesatan opini kasus Bank Century.
Darmin Nasution, sewaktu menjabat Kepala Bapepam, prestasi biasa-biasa saja. goreng-mengoreng saham murahan kerap terjadi. Sedangkan, sewaktu dia menjabat sebagai Dirjen Pajak, dia juga tidak dapat menaikan tax ratio ke atas 12%. Tapi, ketika menjabat sebagai Gubernur BI, bisa dibilang prestasinya cukup baik.
Dari ketiga kandidat tersebut, memang Sri Mulyani mempunyai kapasitas paling baik. Sayangnya, untuk menjadi menteri tidak hanya dibutuhkan kapasitas saja, tapi aksebtabiltas politik. Sekarang saja, salah satu musuh politiknya, JK menjabat sebagai Wapres. Selain itu, tampaknya dia juga tidak mempunyai keinginan kuat untuk kembali menjadi seorang menteri.
Sedangkan Rizal Ramli kapasitasnya tidak mumpuni. Tapi selain ekonom, dia juga politisi praktis. Ambisinya untuk menjadi menteri juga sangat besar. Itu dibuktikan dengan usahanya untuk merapat ke pusat kekuasaan, melalui jalur Kepala Staf Kepresidenan, Luhut B. Panjaitan.
Sedangkan Darmin Nasution, meskipun kapasitasnya standar dan bukan politisi, tapi akseptabilitas poiltiknya baik. Dia bisa diterima oleh hampir semua kalangan. Karena dalam mengambil kebijakan sering kompromistis.
Dari ketiga kandidat penganti Sofyan Djalil di atas, tampaknya Darmin Nasution mempunyai peluang terbesar. Kalau itu terjadi, publik harus kecewa karena prinsip “right man on the right place “ dikalahkan oleh kepentingan politik.
[ bbcom / inrev ]
Di tengah semakin kuatnya isu reshuffle kabinet, hari Senin (29/6) Presiden Jokowi mengundang sebelas ekonom ke Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut, Jokowi ingin mendapatkan masukan dalam rangka mengatasi problema ekonomi bangsa. Jokowi merasa kecewa dengan sejumlah menteri, terutama di jajaran ekonomi.
Dari pertemuan itulah, isu reshuffle semakin berhembus kencang. Salah satu yang disebut-sebut bakal dicopot adalah Sofyan Djalil sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Beberapa ekonom digadang-gadang mengantikannya. Seperti Rizal Ramli, Sri Mulyani, dan Darmin Nasution. Meskipun memiliki pengalaman sebagai birokrat, namun latar belakang mereka berbeda.
Rizal Ramli berlatar belakang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dia mendirikan Econit Advisory Group. Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal pernah menjabat Kepala Badan Usaha Logistik dan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian.
Sedangkan Sri Mulyani awalnya adalah ekonom akademisi. Dia pernah menjadi Kepala Lembaga Penyelidikan dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Selain di dunia akademis, dia juga matang dalam birokrasi, karena pernah menjabat sebagai Kepala Badan Perencana Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan. Di samping itu, pengalaman di lembaga keuangan internasionalnya sangat mumpuni. Sekarang saja dia masih menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Darmin Nasution adalah murni birokrat. Segudang jabatan pernah didudukinya, seperti Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Dirjen Pajak, terakhir Gubernur Bank Indonesia.
Untuk menilai kapasitas masing-masing kandidat, publik dapat menilai prestasi sewaktu mereka menjabat. Kita mulai dari Rizal Ramli. Sewaktu dia menjabat Menteri Kordinator Bidang Perekonomian, prestasinya bisa dibilang tidak bagus, karena saat itu ekonomi Indonesia tidak berjalan dengan baik. Ketika menjabat ucapanya sering bernuansa politik. Akibatnya, iklim ekonomi semakin tidak kondusif.
Sedangkan Sri Mulyani, prestasinya sewaktu menjabat sebagai Menteri Keuangan, bisa dibilang fenomenal. Dia berhasil menjaga agar bangsa ini bisa keluar paling cepat dari krisis ekonomi tahun 2008. Dia terkenal sulit diintervensi, walau oleh orang-orang berkuasa seperti Jusuf Kalla (JK) dan Aburizal Bakrie. Akibatnya, musuh politiknya membalas melalui penyesatan opini kasus Bank Century.
Darmin Nasution, sewaktu menjabat Kepala Bapepam, prestasi biasa-biasa saja. goreng-mengoreng saham murahan kerap terjadi. Sedangkan, sewaktu dia menjabat sebagai Dirjen Pajak, dia juga tidak dapat menaikan tax ratio ke atas 12%. Tapi, ketika menjabat sebagai Gubernur BI, bisa dibilang prestasinya cukup baik.
Dari ketiga kandidat tersebut, memang Sri Mulyani mempunyai kapasitas paling baik. Sayangnya, untuk menjadi menteri tidak hanya dibutuhkan kapasitas saja, tapi aksebtabiltas politik. Sekarang saja, salah satu musuh politiknya, JK menjabat sebagai Wapres. Selain itu, tampaknya dia juga tidak mempunyai keinginan kuat untuk kembali menjadi seorang menteri.
Sedangkan Rizal Ramli kapasitasnya tidak mumpuni. Tapi selain ekonom, dia juga politisi praktis. Ambisinya untuk menjadi menteri juga sangat besar. Itu dibuktikan dengan usahanya untuk merapat ke pusat kekuasaan, melalui jalur Kepala Staf Kepresidenan, Luhut B. Panjaitan.
Sedangkan Darmin Nasution, meskipun kapasitasnya standar dan bukan politisi, tapi akseptabilitas poiltiknya baik. Dia bisa diterima oleh hampir semua kalangan. Karena dalam mengambil kebijakan sering kompromistis.
Dari ketiga kandidat penganti Sofyan Djalil di atas, tampaknya Darmin Nasution mempunyai peluang terbesar. Kalau itu terjadi, publik harus kecewa karena prinsip “right man on the right place “ dikalahkan oleh kepentingan politik.
[ bbcom / inrev ]