Perekonomian Nasional Memburuk, Para Menteri di Bidang Ekonomi Wajib "Didaur Ulang"


JAKARTA, BLOKBERITA -- Relawan Projo meminta kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar merombak konfigurasi menteri ekonomi mengingat kinerja ekonomi terus mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi ini ditunjukkan dengan, kurs rupiah yang terus melemah, merosotnya indeks kinerja sektor riil, dan terjadinya sejumlah PHK.

" Indikasi merosotnya ekonomi Indonesia selama delapan bulan ini cenderung menurun, misalkan sektor konsumsi turun 40 persen, penjualan motor turun 20 persen. Oleh karena kinerja ekonomi sudah sangat mengkhawatirkan maka menteri-menteri di bidang ekonomi harus dirombak," kata Ketua DPP Projo Budi Arie Setiadi dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (27/6/2015).

Budi mengatakan, perombakan kabinet memang hak prerogatif presiden karena Indonesia menganut sistem presidensial. Namun, jika memang presiden mau melakukan perombakan kabinet maka perombakan menteri-menteri ekonomi harus dilakukan karena ekonomi Indonesia cenderung memburuk.

" Cuma isu perombakan kabinet selama ini cenderung dipolitisasi untuk tawar menawar politik oleh kekuatan politik yakni partai politik," katanya.    


Ekonomi Menuju Resesi

Neraca perdagangan yang surplus dan inflasi yang relatif rendah, bukan alasan bagi pemerintah bersikap santai. Sebab, kedua indikator tersebut hanyalah sebagian dari begitu banyak indikator ekonomi  yang sebenarnya.

Kajian ekonom Indonesia Green Investment Collectives (IGIco) Martin Panggabean justru menunjukkan hal sebaliknya. Menurut Martin, dilihat dari berbagai leading indicator economy, Indonesia kini bisa dikategorikan dalam tren menuju resesi.

Kondisi resesi, papar Martin, tidak melulu ditandai dengan pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Resesi ekonomi juga bisa ditunjukkan oleh berbagai indikator lain, seperti pelemahan nilai tukar, perkembangan suku bunga, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), harga komoditas, jumlah cadangan devisa, kondisi likuiditas, serta nilai properti.

Indikator-indikator tersebut menunjukkan, dalam satu tahun terakhir suku bunga pinjaman relatif naik, nilai tukar anjlok, bursa saham turun, pertumbuhan kredit melemah, begitu pun harga komoditas pun melorot. "Pelambatan ini sudah terindentifikasi sejak empat kuartal lalu," ujar Martin, Selasa (16/6/2015) di Jakarta

Nah, dari indikator-indikator itu, Martin menyimpulkan, Indonesia harus berupaya segera keluar dari zona resesi. Upaya tersebut bukan hanya menjadi urusan pemerintah di sektor fiskal dan Bank Indonesia di sisi moneter saja. Upaya juga harus dilakukan kementerian terkait yang berkontribusi dalam perkembangan sektor riil, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga kondisi pasar keuangan.
Nah,  dampak dari pelemahan indikator ekonomi tersebut, di antaranya tampak dari anjloknya harga saham perusahaan properti dan saham perbankan.

Namun, menurut Martin kondisi ini tak perlu membuat investor panik. Kata Martin, saat ini sektor finansial tetap menarik, meski investor dituntut mempunyai strategi sektoral yang tepat.  

[ bazz / kmps ]


View

Related

NASIONAL 89546511934518916

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item