Inilah Kejujuran Seorang Sopir Taxi yang Wajib Diteladani


JAKARTA, BLOKBERITA -- Kejujuran di Indonesia ini adalah sebuah predikat yang sangat minim sekali disandang oleh orang-orang di negeri yang 99% warganya mengaku sebagai orang religius, beragama dan berkeyakinan/kepercayaan. Sudah bukan barang asing lagi dan menjadi rahasia umum bahwa Indonesia adalah negara yang tingkat korupsinya tertinggi di Asia. Dari tingkat kelurahan hingga pemerintahan pusat laju korupsi meroyak rata, dari birokrasi pemerintah hingga perusahaan swasta 'nafas korupsi' masih menjadi bagian hidup sehari-hari. Peribahasa mengatakan  " hidup bagai berkubang lumpur, sangatlah sulit untuk tidak ternoda becekan lumpur ". Tetapi siapa sangka di tengah gelimang lumpur tersebut masih ada juga sebutir berlian yang senantiasa berkilau kendati dilingkupi becekan lumpur. Dan inilah dia salah satu butiran berlian yang masih tersisa, adalah Soeharto, seorang sopir taxi ibukota yang selalu mengembalikan barang-barang milik penumpang yang tertinggal di taxi yang dioperasikannya. Dia masih memegang teguh keyakinan akan utamanya berbuat jujur dalam kehidupan sehar-hari, meskipun ia sendiri hidup dalam keadaan pas-pasan ekonominya, namun demikian tidaklah melunturkan akidahnya untuk selalu jujur dan bertanggung-jawab dalam menapaki kehidupan dunia ini. Dan uniknya lagi kebanyakan orang-orang yang hidupnya selalu dilandasi sikap jujur kebanyakan pula kehidupan ekonominya biasa saja bahkan tidak sedikit yang minus, akan tetapi anehnya pula mereka itu tetap hepi dan enjoy melewatinya. Cuma mungkin orang umum banyak yang lupa bahwasanya orang-orang jujur dan hidupnya terlihat biasa saja itu banyak mendapat anugerah yang tak ternilai oleh satuan duniawi, misalnya kesehatan yang prima, kedamaian hidup hakiki, dan rezeki yang tak terduga-duga. 

Adalah sangat luar biasa agungnya jika pemerintah lewat Pemdanya memberikan apresiasi dan hadiah khusus kepada orang-orang yang masih konsisten menjunjung tinggi-tinggi nilai Kejujuran. Kalau perlu mereka (orang-orang yang jujur) itu diberi hadiah perumahan, modal usaha yang memadai, sehingga bisa mengubah status sosial-ekonomi mereka-bahwasanya menjadi orang jujur pun bisa hidup layak berkecukupan syukur-syukur bisa mapan, dengan demikian orang tidak akan sinis dan mencibir; " Itu tuhh kalau mau lihat orang jujur, hidupnya senin-kemis mulu, makanya jadi orang umum ajalah supaya cepat kaya sejahtera ( dengan cara maling, nggarong, pesugihan, dan korupsi) ". Sebuah sinisme yang menyakitkan memang, Tapi ini soal pilihan hidup kok, dipersilahkan masing-masing memilihnya sesuai dengan keinginannya.
Atau penghargaan lainnya adalah dengan pemberian titel/gelar kehormatan dari negara, dan itu sama sekali tidak sulit merumuskan gelarnya, misalnya; Yang Mulia Kejujurannya/Kepribadiannya (YMK), Yang Mulia Akhlaknya (YMA), Yang Menjaga Hatinya (YMH), dst.... yang ditanda-tangani dan stempel negara oleh pejabat setempat. Kalau perlu oleh presiden tanda-tangannya.

Kenapa demikian? Kejujuran adalah kepribadian/sikap hidup yang sangat minim sekali dimiliki orang Indonesia. Kalau saja ulama dan umaroknya jujur-jujur semua, bisa digaransi 1000 persen Indonesia adalah negara paling makmur di muka bumi, gemah ripah loh jinawe dalam arti yang sesungguhnya. Bukan hanya dongeng, bukan mimpi, bukan visi-misi ilusi yang setiap hari kita dengar, kita lihat di sekolah, di universitas, di tempat-tempat ibadah, di media cetak dan audio-visual, di kampung-kampung, dan di kota-kota. Orang pada berlomba-lomba, bersuara, himbau-menghimbau bahwasanya kita adalah bangsa yang bermartabat, berkepribadian luhur, gotong-royong, selalu mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi sesuai dengan agama, UUD dan Pancasila. Dari saya bayi cenger hingga setua ini, itu semua hanyalah hipokrisi, visi-misi bangsa ilusif. Semua hanya sekedar formalitas dan dongeng belaka menjadi pengantar tidur lelap malam hari. Dan ke-esokan harinya menjumpai dan bahkan melakukan hal-hal atau tindakan yang berseberangan dengan 'dongeng-dongeng' yang tadi malam baru saja di dengarnya, disuarakannya, dan dihimbaukannya. Naif sekali memang.

Semoga pemimpin-pemimpin Indonesia ke depan tidak hanya pandai menjual ilusi dan menjual aset-aset negeri kepada asing, tetapi benar-benar bisa menepati janji, apa yang disuarakannya sinkron dengan apa yang diupayakannya. Tidak melakukan 'ulangan-ulangan' sebagaimana para pendahulunya yang hanya bisa prihatin, pandai menjanjikan, memaparkan, menghimbau, dan menghibur rakyatnya agar bisa tidur lelap semalam, karena dibuai janji-janji manis (BBM tidak akan naik, Tarif listrik tak akan naik, Harga sembako akan stabil, Gas elpiji murah harganya karena Negara kita sangat berlimpah sumber energi gasnya, dll ) dan kenyataannya semua hanya pepesan kosong saja alias visi-misi ilusif belaka. Dan percayalah, rakyat Indonesia kini tidak bodoh-bodoh amat untuk dibohongi dan untuk menilai kapabilitas serta kredibilitas para pengelola negara ini.

Kembali kepada sosok Soeharto adalah seorang sopir taksi Express yang tiap hari hidupnya menyusuri jalanan Jabodetabek yang akrab dengan stress karena kemacetan dan indisipliner pengguna jalan di berbagai wilayah tersebut. Suatu hari dia melihat ada sebuah tas yang tertinggal dan berisi uang dollar Australia yang jika dikurs-kan mencapai Rp 100 juta, Soeharto segera menyerahkan barang tersebut ke kantornya.

Soeharto menceritakan peristiwa yang terjadi pada Selasa (26/5/2015) sekitar pukul 02.00 WIB tersebut ketika wartawan menemuinya pada Minggu (31/5/2015) malam. Dihari Selasa itu, taksinya diberhentikan oleh tiga calon penumpang di kawasan AXA Tower Kuningan, Jakarta Selatan.

Seorang wanita yang diketahui bernama Liani, dan suaminya, naik dan duduk di bangku belakang. Sementara itu, seorang temannya berpamitan dan berpisah setelah kedua penumpang berada di dalam taksi.

" Sebetulnya sudah mau pulang ke pul. Seharian narik, cuma dapat setoran cicilan mobil (Rp 319.000), tetapi uang bensin belum dapat. Ya tetapi, saya lihat, kasihan juga penumpang ini baru pulang dini hari. Sepertinya suami-istri. Jadi, saya anterin," tutur pria tamatan SMA tersebut.

Kedua penumpang itu meminta Suharto mengantarkan mereka ke Apartemen Sudirman Park. Menurut Soeharto, perjalanan itu hanya berlangsung sekitar 10 menit dengan argo Rp 20.000. Saat turun, tidak satu pun dari kedua penumpang menyadari jika tas hitam miliknya tertinggal di bawah jok belakang kemudi taksi, termasuk Soeharto, yang fokus pada kemudinya.

" Saya sudah ingatkan penumpang untuk cek barangnya sebelum turun, tetapi sepertinya mereka sudah mengantuk. Saya juga sempat cek, lihat di jok tidak ada yang ketinggalan, jadi saya langsung kembali ke pul," kata pria asal Cirebon tersebut.

Soeharto pun bergegas menuju ke pul di Ciganjur sebelum kembali ke tempat tinggalnya di Jalan M Kahfi I, Gang Kemenyan Pisang Pasir, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dalam perjalanan menuju pulnya, dia sempat dicegat seorang penumpang lagi, seorang anak muda. Penumpang ini mengaku tidak punya banyak uang untuk ongkos, dan meminta agar ia bisa membayar dengan tarif borongan. Artinya, ongkos sesuai kesepakatan.

" Pas pulang, ada anak muda mau numpang dari Mampang ke Buncit. Saya kasihan, ingat anak saya di rumah. Padahal, kami (sopir) kan tidak boleh terima borongan, bisa dipecat kalau ketahuan. Waktu itu, dia cuma bayar Rp 10.000, saya terima saja," ungkapnya.

Suharto akhirnya tiba di rumahnya pukul 04.15 WIB dan langsung menuju kamar mandi. Usai mandi, dia menunaikan ibadah shalat subuh. Tiba-tiba ada telepon dari kantor pusat taksi Express, yang menanyakan keberadaan tas penumpang yang tertinggal.

" Dia kemudian mengeceknya. Ternyata, ada tas selempang hitam di belakang jok kemudi," ujarnya.

Tanpa diperintah, Soeharto pun segera meluncur ke pulnya untuk mencocokkan laporan dari penumpang terkait ciri dan isi tas tersebut. Saat dibuka, tas tersebut berisi uang pecahan 100 dollar Australia sebanyak seratus lembar. Jika dikurs-kan, total uang tersebut mencapai Rp 100 juta. 



" Saya juga tidak tahu. Waktu ditemukan, tidak saya buka. Baru dicek setelah di pul, itu bareng-bareng dengan atasan saya. Setelah itu, saya langsung antar ke alamat penumpang di Apartemen Sudirman. Ternyata uang itu untuk biaya pengobatan kanker," ujar Soeharto.

Suharto mengaku tidak terlalu berharap untuk diberi imbalan karena dirinya selalu menanamkan kejujuran dalam bekerja. Meski demikian, pada saat bersamaan, Soeharto mengaku membutuhkan uang untuk kehidupan sehari-hari, termasuk menebus ijazah anaknya yang ditahan pihak sekolah.

" Anak kedua saya baru lulus tahun ini, tetapi ijazahnya ditahan karena nunggak SPP lima bulan. Alhamdulillah, usai mengembalikan tas milik suami Bu Liani, saya diberi dua lembar pecahan 100 dollar Australia sebagai ucapan terima kasih. Saya tukarkan hari itu juga, dapat Rp 2.030.000. Uangnya untuk tebus ijazah anak saya," tuturnya.
 

Tiga Kali Kejadian

Selama berkarier sebagai sopir taksi selama 25 tahun, Soeharto mengaku baru tiga kali mengalami hal serupa, yakni mendapati barang penumpang berupa uang berjumlah besar. Namun, semua uang yang bukan miliknya itu selalu dikembalikan ke pemiliknya dalam keadaan utuh.

" Kalau handphone, sudah tak terhitung. Kalau uang dalam jumlah besar, baru tiga kali," ucapnya.

Bermula pada tahun 1990-an, Soeharto menemukan dompet penumpang yang tertinggal di taksinya. Ketika diperiksa, dompet panjang tersebut berisi 20.000 dollar AS dalam pecahan 100 dollar AS sebanyak 200 lembar, serta pecahan rupiah dengan total Rp 9,99 juta. Dompet milik warga Pondok Indah itu tertinggal seusai Soeharto mengantarkannya ke gereja di kawasan Melawai.

" Waktu itu saya cek sendiri. Pas lihat uang semua, saya gemetar. Astagfirullah, ini uang banyak sekali. Saya lapor ibu saya, dia bilang harus dikembalikan. Saya kembalikan. Lalu pemiliknya kasih saya Rp 90.000, saya sudah bersyukur sekali," ujarnya seraya tertawa.

Lalu, kejadian serupa dialaminya setahun berikutnya. Kali ini, dompet berisi uang puluhan juta berikut kalung emas dan surat tanah, milik juragan sapi. Soeharto mengantarkan langsung barang berharga tersebut berdasarkan alamat KTP yang ada di dalam dompet.

" Yang punya bos jagal sapi. Namanya saya sudah lupa. Waktu itu, dia naik dari Ciputat dan turun di Kebayoran Lama. Begitu menemukan dompetnya, saya antar hari itu juga bareng ibu dan istri. Yang punya bilang, kalau dia sudah niat, siapa pun yang balikin dompetnya bakal dikasih Rp 100.000. Saat itu, nominal segitu sudah cukup lumayan," katanya seraya tertawa.


[ mrheal / kmps / merdeka ]
View

Related

Surat Terbuka Arifin Ilham kepada Ahok

BLOKBERITA -- Ustadz Muhammad Arifin Ilham yang memiliki dua istri bahenol pun menulis surat terbuka kepada calon gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. S...

Ruhut Sitompul dan Hayono Isman tak Dukung Cagub Demokrat, Ini Tanggapan Agus Yudhoyono

BLOKBERITA, JAKARTA — Dua kader Partai Demokrat, Ruhut Sitompul dan Hayono Isman, menyatakan tidak mendukung keputusan partai untuk mengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni pada Pilk...

Reza Akui Ada Pesta Sex di Padepokan Gatot Brajamusti

BLOKBERITA -- Keterangan Reza Artamevia kepada penyidik Polda Metro Jaya terkait kasus dugaan pelecehan seksual oleh Gatot Bradjamusti diapresiasi Rhony Sapulette, kuasa hukum CT dan Password 2, ...

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Ketum PPP, Romahurmuziy Terjaring OTT KPK di Jatim

BLOKBERITA, JAKARTA -- Ketua Umum PPP Romahurmuziy terkena operasi tangkap tangan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi. Seperti dikutip Antara, penangkapan dilakukan di Kantor Wilayah Kemente...

Ruang Kerja Menag dan Sekjen Kemenag di Segel KPK

BLOKBERITA, JAKARTA  -- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyegel dua ruangan di Kantor Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Jumat (15/3/2019). Salah satu ruangan yang disegel adalah ruang Mente...

Teroris di Masjid Selandia Baru sudah Rencanakan 3 Bulan Sebelumnya

BLOKBERITA, CHRISTCHURCH -- Pelaku teror di masjid Selandia baru, Brenton Tarrant ternyata sudah merencanakan jauh hari 3 bulan sebelumnya untuk melakukan aksinya di Masjid Al Noor, Christchurch, Se...

Terjerat Narkoba, Andi Arief akan Mundur dari Partai Demokrat

BLOKBERITA, JAKARTA --  Andi Arief terjerat kasus narkoba dan hingga kini masih menjalani proses hukum. Atas kasusnya itu, Andi mengajukan pengunduran diri dari jabatan Wase...

Sebaris Prosa Apologi Sri Mulyani: Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang

BLOKBERITA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab tudingan terhadap dirinya dan pemerintah umumnya terutama soal utang. Isu ini mencuat menjelang Pilpres yang digelar April mendatang. Kubu pena...

IHSG Menguat, Ditutup pada level 0,09%

BLOKBERITA, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mantap menguat pada awal perdagangan hari pertama di bulan Februari, Jumat (1/2/2019). Berdasarkan data Bloomberg, IHSG menguat 0,54% ata...

Facebook

Quotes



















.

.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item