Makhluk Hidup Baru Penghuni Hutan di Gunung Tambora Terkuak
https://kabar22.blogspot.com/2015/05/makhluk-hidup-baru-penghuni-hutan-di.html
BLOKBERITA — Hingga 200 tahun
setelah letusan dahsyat pada 15 April 2015, Tambora masih menyimpan
kekayaan yang belum terungkap. Ekspedisi NKRI yang dilakukan lewat kerja
sama TNI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil
mengungkap kekayaan itu.
Selama 15 hari sejak 16 April 2015, 16 tim peneliti hayati LIPI menjelajahi Tambora lewat jalur Kawinda To'i. Membawa banyak alat penelitian, pendakian untuk tujuan penelitian itu tak bisa dibilang mudah.
"Berbeda dengan jalur Doro Peti, di jalur Kawinda To'i, banyak sekali terdapat jembatan putus. Kami bahkan harus mendorong bus," kata Cahyo Rahmadi, koordinator Ekspedisi NKRI, dalam pemaparan hasil ekspedisi yang diadakan pada Selasa (12/5/2015) di Gedung LIPI, Jakarta.
Peneliti juga harus menyeberangi sungai. Ada satu momen di mana hujan deras terjadi dan mengakibatkan sungai meluap. Perjalanan pun harus tertunda, menunggu sungai surut serta cukup aman untuk diseberangi.
Perjuangan berat itu tak sia-sia. Tim peneliti menguraikan bahwa ekspedisi yang bisa dibilang singkat tersebut berhasil mengungkap kekayaan hayati Tambora yang belum dikenal ilmu pengetahuan, spesies-spesies baru.
Total, ada tujuh biota yang diyakini merupakan jenis baru, terdiri dari 6 jenis fauna dan 1 jenis flora. Enam jenis fauna itu sendiri terdiri dari 2 jenis cicak, 2 jenis kupu-kupu malam atau ngengat, serta 2 jenis arachnida atau bangsa laba-laba.
Salah satu jenis arachnida yang ditemukan berasal dari genus Sarax. "Kalau di Jawa berwarna hitam, di Tambora yang ditemukan berwarna coklat. Pada capitnya terdapat tiga duri," ungkap Cahyo.
Jenis lain yang diyakini baru berasal dari genus Stylocellus. Ukuran Stylocellus yang hidup di Tambora relatif besar, membedakannya dengan yang berasal dari tempat lain. "Ukurannya 9 milimeter," katanya.
Dari golongan cicak, dua jenis yang diyakini baru berasal dari genus Cyrtodactylus. "Ini merupakan golongan cicak yang mempunyai jari-jari lengkung," kata Awal Riyanto, peneliti reptil dan amfibi LIPI yang terlibat ekspedisi.
Satu jenis cicak yang diyakini baru memiliki pre-cloacal pore. Itu semacam lubang-lubang yang terdapat di dekat kloaka. Karakteristik itu tak dimiliki oleh Cyrtodactylus sehingga Awal yakin bahwa cicak yang memiliki ciri tersebut adalah jenis baru.
Jenis cicak lain yang diduga baru tidak memiliki femoral pore. Umumnya cicak Cryptodactylus memiliki lubang pada paha untuk mengeluarkan zat kimia guna menarik reproduksi. Namun jenis ini tidak punya.
Golongan ngengat baru yang ditemukan berasal dari genus Xyleutes. Hariu Sutrisno, peneliti serangga LIPI, mengatakan, temuan mesti ditindaklanjuti dengan penelitian tentang kehidupan serta tumbuhan inang sebab keduanya berpotensi menjadi hama.
Kedua jenis ngengat itu berbeda dengan lainnya karena pola sayapnya. "Yang satu bersisik dan memiliki titik hitam di tengah sayap. Lainnya tidak punya sisik pada sayap bagian belakang," ujar Hari.
Sementara itu, dari flora, jenis baru yang ditemukan merupakan jenis tanaman yang daunnya hanya satu atau Monophyllaea. Arief Hidayat, peneliti botani LIPI, mengatakan bahwa daun jenis itu sangat kecil, hanya 4 cm-5 cm, berbeda dengan jenis lain yang mencapai 10 cm-15 cm.
Jenis-jenis baru itu bukan satu-satunya temuan istimewa dari ekspedisi LIPI kali ini. Selama ratusan tahun, Indonesia belum memiliki data biodiversitas lengkap Tambora. Hasil penelitian ini akan melengkapi data tersebut.
Ekspedisi mengungkap bahwa Tambora setidaknya menyimpan 230 jenis serangga, 20 jenis arachnida, 27 jenis tawon, 21 cicak, 4 spesies katak, dan 10 spesies burung. Untuk flora, ada 13 jenis jamur, 8 jenis lumut, 5 jenis lumut kerak, 56 jenis paku, dan ratusan lainnya.
Baru-baru ini, Tambora ditetapkan sebagai taman nasional. Temuan menunjukkan bahwa wilayah tambora layak menjadi taman nasional sekaligus menggarisbawahi perlunya sumber daya alam hayati itu untuk dilindungi.
Hewan Baru yang Hidup di Hutan Tambora:
Cicak berpaha mulus
Cicak ini termasuk genus Cyrptodactylus atau cicak berjari lengkung. Awal Riyanto, peneliti amfibi dan reptil LIPI mengungkapkan bahwa cicak ini berbeda dengan yang lain karena punya femoral pore, lubang-lubang kecil di paha. Pahanya mulus.
Cicak tanpa femoral pore yang ditemukan LIPI di Tambora.
Cicak dengan bokong berlubang dua
Umumnya, cicak hanya memiliki satu kloaka, lubang seperti anus pada pantat. Tapi, jenis Cyrptodactylus lain yang ditemukan di Tambora oleh Awal Riyanto punya satu lubang lain yang disebut pre-cloacal pore. Awal meyakini jenis ini merupakan jenis baru.
Sarax Coklat
Cicak dari gunung Tambora yang diduga merupakan spesies baru. Cicak
dari genus Cyrtodactylus itu punya lubang-lubang di dekat kloakanya.
Sarax merupakan salah satu jenis arachnida, spesifiknya kalacemeti. Sarax di Jawa punya warna hitam tetapi di Tambora berwarna coklat. Cahyo Rahmadi, peneliti arachnida LIPI, meyakini Sarax Tambora adalah spesies baru.
Stylocellus Besar
Stylocellus merupakan jenis opiliones. Jenis yang ditemukan di Tambora berbeda dengan lainnya karena ukurannya yang lebih besar, sekitar 9 milimeter. Untuk mengamatinya, Cahyo mengungkapkan perlu ketelitian. Dia yakin, jenis ini merupakan jenis baru.
Ngengat "bertahi lalat" Jenis Stylocellus dari Tambora yang diduga merupakan jenis baru.
Ngengat "bertahi lalat" itu tergolong dalam genus Xyleutes. Disebut bertahi lalat karena sayapnya punya titik berwarna hitam. Ciri itu membuat Hari Sutrisno, peneliti serangga LIPI, yakin bahwa ngengat itu tergolong jenis baru
Ngengat dengan bintik hitam pada sayap dari Tambora.
Selama 15 hari sejak 16 April 2015, 16 tim peneliti hayati LIPI menjelajahi Tambora lewat jalur Kawinda To'i. Membawa banyak alat penelitian, pendakian untuk tujuan penelitian itu tak bisa dibilang mudah.
"Berbeda dengan jalur Doro Peti, di jalur Kawinda To'i, banyak sekali terdapat jembatan putus. Kami bahkan harus mendorong bus," kata Cahyo Rahmadi, koordinator Ekspedisi NKRI, dalam pemaparan hasil ekspedisi yang diadakan pada Selasa (12/5/2015) di Gedung LIPI, Jakarta.
Peneliti juga harus menyeberangi sungai. Ada satu momen di mana hujan deras terjadi dan mengakibatkan sungai meluap. Perjalanan pun harus tertunda, menunggu sungai surut serta cukup aman untuk diseberangi.
Tim Ekspedisi NKRI harus mendorong bus ketika melewati jalur Kore-Kawinda To'i selama melakukan penelitian.
Perjuangan berat itu tak sia-sia. Tim peneliti menguraikan bahwa ekspedisi yang bisa dibilang singkat tersebut berhasil mengungkap kekayaan hayati Tambora yang belum dikenal ilmu pengetahuan, spesies-spesies baru.
Total, ada tujuh biota yang diyakini merupakan jenis baru, terdiri dari 6 jenis fauna dan 1 jenis flora. Enam jenis fauna itu sendiri terdiri dari 2 jenis cicak, 2 jenis kupu-kupu malam atau ngengat, serta 2 jenis arachnida atau bangsa laba-laba.
Salah satu jenis arachnida yang ditemukan berasal dari genus Sarax. "Kalau di Jawa berwarna hitam, di Tambora yang ditemukan berwarna coklat. Pada capitnya terdapat tiga duri," ungkap Cahyo.
Jenis lain yang diyakini baru berasal dari genus Stylocellus. Ukuran Stylocellus yang hidup di Tambora relatif besar, membedakannya dengan yang berasal dari tempat lain. "Ukurannya 9 milimeter," katanya.
Jenis Stylocellus dari Tambora yang diduga merupakan jenis baru.
Dari golongan cicak, dua jenis yang diyakini baru berasal dari genus Cyrtodactylus. "Ini merupakan golongan cicak yang mempunyai jari-jari lengkung," kata Awal Riyanto, peneliti reptil dan amfibi LIPI yang terlibat ekspedisi.
Satu jenis cicak yang diyakini baru memiliki pre-cloacal pore. Itu semacam lubang-lubang yang terdapat di dekat kloaka. Karakteristik itu tak dimiliki oleh Cyrtodactylus sehingga Awal yakin bahwa cicak yang memiliki ciri tersebut adalah jenis baru.
Jenis cicak lain yang diduga baru tidak memiliki femoral pore. Umumnya cicak Cryptodactylus memiliki lubang pada paha untuk mengeluarkan zat kimia guna menarik reproduksi. Namun jenis ini tidak punya.
Golongan ngengat baru yang ditemukan berasal dari genus Xyleutes. Hariu Sutrisno, peneliti serangga LIPI, mengatakan, temuan mesti ditindaklanjuti dengan penelitian tentang kehidupan serta tumbuhan inang sebab keduanya berpotensi menjadi hama.
Kedua jenis ngengat itu berbeda dengan lainnya karena pola sayapnya. "Yang satu bersisik dan memiliki titik hitam di tengah sayap. Lainnya tidak punya sisik pada sayap bagian belakang," ujar Hari.
Tumbuhan berdaun satu yang diyakini merupakan jenis baru dari Tambora.
Sementara itu, dari flora, jenis baru yang ditemukan merupakan jenis tanaman yang daunnya hanya satu atau Monophyllaea. Arief Hidayat, peneliti botani LIPI, mengatakan bahwa daun jenis itu sangat kecil, hanya 4 cm-5 cm, berbeda dengan jenis lain yang mencapai 10 cm-15 cm.
Jenis-jenis baru itu bukan satu-satunya temuan istimewa dari ekspedisi LIPI kali ini. Selama ratusan tahun, Indonesia belum memiliki data biodiversitas lengkap Tambora. Hasil penelitian ini akan melengkapi data tersebut.
Ekspedisi mengungkap bahwa Tambora setidaknya menyimpan 230 jenis serangga, 20 jenis arachnida, 27 jenis tawon, 21 cicak, 4 spesies katak, dan 10 spesies burung. Untuk flora, ada 13 jenis jamur, 8 jenis lumut, 5 jenis lumut kerak, 56 jenis paku, dan ratusan lainnya.
Baru-baru ini, Tambora ditetapkan sebagai taman nasional. Temuan menunjukkan bahwa wilayah tambora layak menjadi taman nasional sekaligus menggarisbawahi perlunya sumber daya alam hayati itu untuk dilindungi.
Hewan Baru yang Hidup di Hutan Tambora:
Cicak berpaha mulus
Cicak ini termasuk genus Cyrptodactylus atau cicak berjari lengkung. Awal Riyanto, peneliti amfibi dan reptil LIPI mengungkapkan bahwa cicak ini berbeda dengan yang lain karena punya femoral pore, lubang-lubang kecil di paha. Pahanya mulus.
Cicak dengan bokong berlubang dua
Umumnya, cicak hanya memiliki satu kloaka, lubang seperti anus pada pantat. Tapi, jenis Cyrptodactylus lain yang ditemukan di Tambora oleh Awal Riyanto punya satu lubang lain yang disebut pre-cloacal pore. Awal meyakini jenis ini merupakan jenis baru.
Sarax merupakan salah satu jenis arachnida, spesifiknya kalacemeti. Sarax di Jawa punya warna hitam tetapi di Tambora berwarna coklat. Cahyo Rahmadi, peneliti arachnida LIPI, meyakini Sarax Tambora adalah spesies baru.
Stylocellus Besar
Stylocellus merupakan jenis opiliones. Jenis yang ditemukan di Tambora berbeda dengan lainnya karena ukurannya yang lebih besar, sekitar 9 milimeter. Untuk mengamatinya, Cahyo mengungkapkan perlu ketelitian. Dia yakin, jenis ini merupakan jenis baru.
Ngengat "bertahi lalat" itu tergolong dalam genus Xyleutes. Disebut bertahi lalat karena sayapnya punya titik berwarna hitam. Ciri itu membuat Hari Sutrisno, peneliti serangga LIPI, yakin bahwa ngengat itu tergolong jenis baru
Ngengat miskin sisik
Umumnya, ngengat punya sisik sempurna di bagian sayapnya. Namun, salah satu spesies ngengat yang ditemukan Hari di Tambora tidak. Bagian belakang sayap hewan itu tidak memiliki sisik sehingga diyakini merupakan jenis baru.
Ngengat tanpa sisik pada bagian belakang sayap. Ngengat dari Tambora ini diyakini merupakan spesies baru.
Umumnya, ngengat punya sisik sempurna di bagian sayapnya. Namun, salah satu spesies ngengat yang ditemukan Hari di Tambora tidak. Bagian belakang sayap hewan itu tidak memiliki sisik sehingga diyakini merupakan jenis baru.
[ bmw / kpmscom ]