Desak Presiden Dilma Mundur, Ribuan Rakyat Brasil Turun ke Jalan

SAO PAULO, BLOKBERITA -- Ratusan ribu rakyat Brasil kembali turun ke jalan-jalan pada lebih dari 100 kota di Brasil, Minggu, 12 April 2015, dalam gelombang protes terbesar kedua sepanjang 2015, menuntut mundurnya Presiden Dilma Rousseff.

Dikutip dari Reuters, Senin, 13 April, jumlah pemrotes jauh lebih sedikit dari aksi protes pada 15 Maret lalu, yang diikuti oleh lebih satu juta pemrotes. Meski begitu terjadi pada lebih banyak kota.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan Datafolha, hampir dua pertiga rakyat Brasil mendukung pemecatan Dilma, walau hanya sepertiga yang mendukung aksi protes.

" Langkah terbaik adalah dia (presiden) mengundurkan diri, supaya negara tidak perlu menderita terlalu besar dengan adanya pemecatan," kata sandra di Giacomo, seorang pemrotes di Sao Paulo.

Hasil jajak pendapat memperlihatkan terus menurunnya popularitas Dilma, yang pada Oktober 2014 masih bisa mempertahankan jabatannya, melalui persaingan ketat yang menyebabkan pilpres dua putaran.

" Dilma berada di atas lapisan es tipis. Masa depannya tergantung pada kasus ini," kata Cristia Lima, aktivitis organisasi Brasil Menentang Korupsi (BAC). Dia mengatakan, pemecatan dapat berdampak luas.

Jika Rousseff terpaksa turun dari jabatannya, calon penggantinya adalah Wakil Presiden Michel Temer dari Partai PMDB, yang pemimpinnya tersangkut dalam skandal Petrobas.


Skandal Korupsi dan Krisis Ekonomi

Korupsi dan resesi ekonomi di Brasil membuat Presiden Dilma Rousseff di ujung tanduk. Ribuan warga berunjuk rasa di pelbagai kota, menuntut pemimpin perempuan itu mundur dari posisinya.
ABC Net atau BBC melansir hitungan yang tak jauh berbeda, mencapai 1,5 juta orang. Di Kota Sao Paolo saja, ada sejuta orang turun ke jalan membentangkan bendera brasil, memakai baju timnas sepakbola yang berwarna kuning hijau, serta membawa pelbagai spanduk, menyatakan Dilma tidak pantas lagi dipertahankan sebagai presiden.

“ Kami mewakili ribuan lainnya. Mandat kami jelas, makzulkan Dilma,” kata Rubens Nunes, pemuda 26 tahun asal Sao Paolo.


Secara total, demonstrasi warga digelar di 83 kota. Bahkan di Ibu Kota Brasilia yang biasanya ayem, 50 ribu warga menggelar long march ke Gedung Kongres. Pemimpin oposisi Aecio Neves mengatakan kebijakan Dilma di bidang ekonomi hancur-hancuran. Partai Pekerja yang menjadi kendaraan politik Dilma, kini sedang disoroti karena diduga menggasak uang dari BUMN migas, Petrobras.

Seruan pemecatan meningkat, seiring menurunnya kepercayaan publik dengan melemahnya perekonomian, serta meluasnya skandal korupsi di perusahaan minyak Petrobas, yang melibatkan para pejabat pemerintah.

Penyelidikan hingga saat ini tidak menyasar Rousseff, yang bersikeras tidak tahu apa pun tentang penyuapan senilai miliaran dollar, sekali pun dia menjabat sebagai CEO saat terjadinya skandal, pada 2003-2010.

Nilai rasuah melibatkan petinggi Petrobras itu mencapai setara Rp 50 triliun selama rezim PT berkuasa. Sejauh ini sudah ada 22 pejabat internal BUMN, 13 anggota parlemen, serta dua gubernur disidik karena dugaan terlibat suap proyek sumur minyak ini.

“ Dilma diam saja ketika skandal korupsi terjadi di masa kepemimpinannya,” kata Alessandro Braga (37 tahun), kelas menengah yang ikut turun ke jalan kemarin.

Dilma mengaku mendukung warganya berunjuk rasa. Dia mengatakan momentum jutaan warga turun ke jalan berdekatan dengan perayaan 30 tahun berakhirnya pemerintahan diktator militer.
“ Protes warga ini menunjukkan kedewasaan demokrasi di Brasil,” ujar presiden berhaluan sosialis itu.

[ reuters / viva / abc / bbc / bbcom / mrhill ]

Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.WiU8Hg6n.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.WiU8Hg6n.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
Brazil. Sekitar 1.5 juta warga Brazil turun ke jalan pada Senin (16/3/2015) hari ini untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff. Mereka meminta legislative melakukan pemakzulan (impeachment) terhadap presiden. Meskipun kemungkinan Dilma Rousseff terkena impeachment sangat kecil.
Akibat resesi ekonomi dan kasus korupsi yang serius pada perusahaan perminyakan BUMN Petrobras, Presiden Dilma Rousseff menghadapi tekanan yang makin meningkat dari masyarakat Brazil. Kurang dari 6 bulan lalu, Dilma berhasil terpilih kembali sebagai Presiden Brazil untuk periode kedua.
Menurut perkiraan pihak kepolisian Brazil, ada sekitar 1 juta warga Sao Paulo yang ikut dalam unjuk rasa. Kota Sao Paulo yang merupakan pusat industri dan komersial Brazil adalah basis dari oposisi Dilma. Unjuk rasa damai terjadi serempak di 83 kota di seluruh Brazil termasuk ibukota Brazilia dan Rio de Janeiro.
Unjuk rasa kali ini hampir sama dengan unjuk rasa yang terjadi pada Juni 2013 di mana warga memprotes diadakannya Piala Dunia 2014 yang sangat menguras keuangan negara. Selain itu unjuk rasa warga menuntut pemerintah untuk menindak korupsi dan memperbaiki fasilitas transportasi, kesehatan dan pendidikan.
Seorang warga bernama Diogo Ortiz (32 tahun) mengatakan, “Masyarakat Brazil merasa dikhianati”.
Berbagai skandal yang terjadi di perusahaan BUMN terbesar Brazil Petrobras sangat memalukan. Dalam penyidikan kasus korupsi di perusahaan minyak itu, Dilma Rousseff tidak dituding meskipun banyak orang berpikir ia seharusnya bertanggung jawab atas kelalaiannya dalam mengawasi Petrobras, terutama karena ia menjabat sebagai ketua dewan direksi perusahaan itu.
Prospek ekonomi Brazil cukup suram, banyak pengamat ekonomi memprediksi bahwa Brazil mungkin akan menghadapi resesi untuk yang kedua kalinya. Sementara itu, para investor khawatir terhadap menurunnya peringkat kepercayaan dunia usaha untuk berinvestasi.
Brazil sedang menghadapi inflasi tertinggi selama 10 tahun terakhir. Nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika sudah mengalami devaluasi sampai 22 % pada tahun ini. (CNA Sao Paulo/sinatra/rahmat)
- See more at: http://erabaru.net/detailpost/15-juta-warga-berunjuk-rasa-tuntut-presiden-brazil-turun-dari-jabatan#sthash.FQpKYjf2.dpuf
View

Related

GLOBAL 3516228079184976474

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item