USD Menguat, Rupiah Melemah

https://kabar22.blogspot.com/2015/03/usd-menguat-rupiah-melemah.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Nilai tukar rupiah akan diuji
kekuatannya pada akhir pekan ini, Jumat (27/3/2015). Pada awal
perdagangan di pasar spot, seperti dikutip dari data Bloomberg, pukul
09.00 WIB, mata uang Garuda melorot ke posisi Rp 13.070 per dollar AS,
dibanding penutupan kemarin pada kisaran 13.018.
Indeks dollar AS (USD) kembali naik, bahkan tajam, seiring serangan negara-negara Arab ke Yaman yang membuat bangkitnya harga minyak di pasar global. Keputusan Arab Saudi menggempur pemberontak di Yaman untuk menjaga kelancaran jalur pasokan minyak berujung pada kenaikan harga minyak Brent hampir 5 persen hingga dini hari tadi.
Di saat yang bersamaan, turunnya klaim asuransi tenaga kerja AS mendorong penguatan dollar AS. Menurut Riset Samuel Sekuritas Indonesia, dollar AS juga menguat akibat kekhawatiran memanasnya situasi di Timur Tengah. Dollar AS bahkan berpeluang menguat tajam di pasar Asia akhir pekan ini.
Rupiah kemarin melemah hingga penutupan walaupun indeks dollar AS sempat melemah pada Kamis (26/3/2015). Beberapa mata uang di Asia juga masih mampu ditutup menguat setelah Arab Saudi menembakkan rudal ke pemberontak di Yaman kemarin pagi.
Pelemahan rupiah datang bersamaan dengan aksi jual di IHSG serta SUN. Rupiah bepeluang kembali tertekan hari ini dengan penguatan dollar AS di pasar global.
Antisipasi Fluktuatif
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan uji ketahanan kepada lembaga jasa keuangan untuk mengantisipasi dan memastikan kinerjanya tidak terganggu akibat dampak fluktuasi rupiah yang melemah akhir-akhir ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah akan mempengaruhi kinerja dan profil risiko lembaga jasa keuangan, baik melalui peningkatan risiko pasar maupun risiko kredit.
"Hasil uji yang kami lakukan menunjukkan bahwa secara umum lembaga jasa keuangan memiliki daya tahan yang cukup untuk mengatasi tekanan yang terjadi belakangan ini," ujar Muliaman saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Selain melakukan uji ketahanan, OJK juga menugaskan pengawas untuk melakukan pemeriksaan di bank-bank termasuk aktivitas kustodian.
Muliaman menuturkan, tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk memastikan bahwa transaksi valuta asing yang dilakukan oleh pelaku industri maupun investor di pasar saham adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan riil (genuine demand) dan tidak digunakan untuk hal-hal yang bersifat spekulatif.
"Apabila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti, OJK melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar," kata Muliaman.
Dalam dua minggu terakhir, nilai tukar rupiah memang mengalami pelemaha hingga menembus Rp 13.000 per dolar AS.
Berdasarkan kurs referensi (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah menguat pada Rabu menjadi Rp 12.932 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya Rp 12.972 per dolar AS. [ kmpscom / zip ]
Indeks dollar AS (USD) kembali naik, bahkan tajam, seiring serangan negara-negara Arab ke Yaman yang membuat bangkitnya harga minyak di pasar global. Keputusan Arab Saudi menggempur pemberontak di Yaman untuk menjaga kelancaran jalur pasokan minyak berujung pada kenaikan harga minyak Brent hampir 5 persen hingga dini hari tadi.
Di saat yang bersamaan, turunnya klaim asuransi tenaga kerja AS mendorong penguatan dollar AS. Menurut Riset Samuel Sekuritas Indonesia, dollar AS juga menguat akibat kekhawatiran memanasnya situasi di Timur Tengah. Dollar AS bahkan berpeluang menguat tajam di pasar Asia akhir pekan ini.
Rupiah kemarin melemah hingga penutupan walaupun indeks dollar AS sempat melemah pada Kamis (26/3/2015). Beberapa mata uang di Asia juga masih mampu ditutup menguat setelah Arab Saudi menembakkan rudal ke pemberontak di Yaman kemarin pagi.
Pelemahan rupiah datang bersamaan dengan aksi jual di IHSG serta SUN. Rupiah bepeluang kembali tertekan hari ini dengan penguatan dollar AS di pasar global.
Antisipasi Fluktuatif
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan uji ketahanan kepada lembaga jasa keuangan untuk mengantisipasi dan memastikan kinerjanya tidak terganggu akibat dampak fluktuasi rupiah yang melemah akhir-akhir ini.
Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah akan mempengaruhi kinerja dan profil risiko lembaga jasa keuangan, baik melalui peningkatan risiko pasar maupun risiko kredit.
"Hasil uji yang kami lakukan menunjukkan bahwa secara umum lembaga jasa keuangan memiliki daya tahan yang cukup untuk mengatasi tekanan yang terjadi belakangan ini," ujar Muliaman saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu.
Selain melakukan uji ketahanan, OJK juga menugaskan pengawas untuk melakukan pemeriksaan di bank-bank termasuk aktivitas kustodian.
Muliaman menuturkan, tujuan pemeriksaan tersebut adalah untuk memastikan bahwa transaksi valuta asing yang dilakukan oleh pelaku industri maupun investor di pasar saham adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan riil (genuine demand) dan tidak digunakan untuk hal-hal yang bersifat spekulatif.
"Apabila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti, OJK melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar," kata Muliaman.
Dalam dua minggu terakhir, nilai tukar rupiah memang mengalami pelemaha hingga menembus Rp 13.000 per dolar AS.
Berdasarkan kurs referensi (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah menguat pada Rabu menjadi Rp 12.932 per dolar AS, dibandingkan hari sebelumnya Rp 12.972 per dolar AS. [ kmpscom / zip ]