Tanggapan Denny JA soal Lonjakan Suara Sudrajat-Syaikhu dan Sudirman-Ida
https://kabar22.blogspot.com/2018/07/tanggapan-denny-ja-soal-lonjakan-suara.html
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Denny menjelaskan, hasil survei sebenarnya hanyalah potret dukungan saat survei dilakukan saja. Hasil survei itu bukan prediksi apa yang akan terjadi beberapa hari kemudian di hari pencoblosan. Namun, umumnya hasil survei paling akhir itu juga dijadikan prediksi hasil pemilu. Denny mengatakan, untuk 80-90 persen kasus, jika survei itu dilakukan dengan benar dan hanya beberapa hari sebelum pencoblosan, sangat jarang terjadi perubahan signifikan di atas margin of error. Namun, untuk pilkada di Jabar dan Jateng kali ini, memang terjadi lonjakan suara signifikan terhadap salah satu pasangan calon. Menurut Denny, hal itu terjadi karena kombinasi beberapa variabel ini. Pertama, seminggu terakhir sebelum hari pencoblosan, terjadi mobilisasi dukungan yang efektif untuk Sudrajat-Syaikhu di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng. Gerakan seminggu terakhir ini tak lagi terpantau oleh survei LSI. Survei terakhir LSI di Jabar dan di Jateng mengambil data sebelum seminggu terakhir. "Tentu survei tak bisa membaca apa yang belum terjadi," kata Denny. Baca juga: Litbang Kompas: Kekuatan Pasangan Sudrajat-Syaikhu dan Sudirman-Ida Mengejutkan Kedua, mobilisasi Sudrajat-Syaikhu di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng berhasil mengambil mayoritas telak pemilih yang masih mengambang. Untuk kasus Jabar, survei terakhir LSI Denny JA mencatat suara yang masih mengambang sebesar 39 persen. Ini gabungan suara yang belum menentukan dan suara yang masih ragu Dalam survei terakhir itu, dukungan untuk Sudrajat-Syaikhu masih sekitar 8,2 persen. Enam hari kemudian, setelah publikasi survei, hasil hitung cepat menunjukkan suara Sudrajat-Syaikhu melonjak ke angka 28-29 persen. "LSI Denny JA menyimpulkan, dalam mobilisasi seminggu terakhir, Asyik berhasil mengambil 20 persen dukungan dari 39 persen suara mengambang," kata dia.
Hal tidak jauh berbeda juga terjadi di Jawa Tengah. Sebanyak 33 persen suara masih mengambang saat survei terakhir dilakukan Enam hari setelah publikasi, Sudirman-Ida mendapat dukungan 41-42 persen warga Jateng berdasarkan hasil hitung cepat. Ada lonjakan sebesar 28-29 persen. "LSI Denny JA menyimpulkan, mobilisasi seminggu terakhir dari Sudirman-Ida berhasil membujuk 28-29 persen dari 33 suara pemilih yang masih mengambang. Gerakan seminggu terakhir ini sangat efektif," kata dia. Denny mengatakan, lonjakan suara Ahmad Syaikhu dan Sudirman-Ida ini sebenarnya tidak meleset terlalu jauh dari berbagai survei terakhir yang dilakukan. Meski suara kedua pasangan meningkat, namun mereka nyatanya tidak berhasil memenangkan pilkada. Di Jabar, Sudrajat-Syaikhu harus mengakui keunggulan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum. Sementara di Jawa Tengah, suara Sudirman-Ida juga masih kalah dari petahana Ganjar Pranowo yang berpasangan dengan Taj Yasin. Denny membandingkan dengan Pilpres Amerika Serikat 2016 lalu. Menurut Denny, saat hari pemungutan suara, koran paling besar, berpengaruh dan kredibel New York Times menampilkan berita prediksi hasil pemilu di mana Hillary terpilih menjadi presiden dengan suada 85 persen. Sementara kemungkinan Trump yang menjadi presiden hanya 15 persen. Namun, publik Amerika tercengang dengan hasil sebaliknya yang justru menempatkan Trump di Gedung Putih.
Berkaca dari hasil Pilpres di Amerika Serikat itu, Denny menilai harusnya lonjakan suara Sudrajat-Syaikhu dan Sudirman-Ida adalah suatu yang wajar. Namun, ia heran kenapa lonjakan ini dimobilisasi sedemikian rupa oleh pendukung kedua pasangan calon. Denny JA pun menyoroti adanya kesamaan karakter antara pasangan Sudrajat-Syaikhu dan Sudirman-Ida. Kedua pasangan tersebut sama-sama diusung oleh parpol oposisi dan tidak akan mendukung Presiden Joko Widodo sebagai petahana di pemilu presiden 2019. "Dua kandidat, Asyik di Jabar dan Sudirman-Ida di Jateng sangat tegas posisinya. Jika menang mereka mengusung #2019GantiPresiden," kata Denny. Menurut Denny, sikap kedua pasangan ini membuat pilkada di Jabar dan Jateng terasa seperti Pilpres. Akhirnya, lonjakan suara kedua pasangan ini yang tidak terpantau lembaga survei menjadi kontroversi dan perbincangan di publik. "Pilkada memang sudah selesai. Namun aura Pilpres 2019 semakin terasa," kata Denny. "Melihat begitu panasnya perlawan di Jabar dan Jateng atas hasil quick count, juga mungkin atas hasil real count KPUD nanti, bersiaplah untuk pertarungan Pilpres 2019 yang akan sengit," tuturnya. (bazz/kmps/dtc/tempo)