PD Galau, AHY Tak Laku Dijual
https://kabar22.blogspot.com/2018/07/pd-galau-ahy-tak-laku-dijual.html
BLOKBERITA, JAKARTA -- Internal DPP Partai Demokrat (PD) sepertinya sedang dirundung kegalauan berat, karena Agus
Harimurti Yudhoyono (AHY) ternyata kurang 'marketable'. AHY disebut-sebut akan bersanding dengan Joko
Widodo di Pilpres 2019 sebagai pasangan capres-cawapres. Bisakah putra
sulung Susilo bambang Yudhoyono itu menjadi cawapres? Pengamat politik
dari Point' Indonesia (PI) Karel Susetyo mengatakan, AHY masih terlalu
hijau untuk mendampingi Jokowi. Jadi, peluang AHY bisa mendampingi
Jokowi sangat kecil.
“AHY tidak akan laku untuk ‘dijual’ dalam waktu dekat. Apalagi AHY
kental sekali kesan karbitannya dan tidak mempunyai daya tawar yang baik
dihadapan Jokowi. Sehingga sangat kecil peluang AHY bisa mendampingi
Jokowi. Oleh karena itu untuk sementara ini AHY tidak bakal menjadi
cawapres Jokowi. "Sulit. Meski punya kans untuk dipaksakan. Lebih baik
PD majukan tokoh lain saja,” kata Karel kepada Harian Terbit, Rabu
(7/3/2018).
Minim Pengalaman
Sementara itu, analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto
mengatakan, meski AHY sempat berlaga dalam kontestasi Gubernur DKI
Jakarta 2017, namun AHY masih minim pengalaman politik. Saat ini AHY
memang dekat dengan kalangan muda, yang jumlahnya diperkirakan lebih 50%
dari total pemilih pada Pemilu 2019. Oleh karenanya AHY memiliki
leverage politik sebagai penerus SBY sekaligus mendapatkan endorsement
Partai Demokrat.
"Namun, AHY masih harus bekerja keras untuk menjadi kompetitif dalam
Pilpres 2019," kata Arif Susanto kepada Harian Terbit, Rabu (7/3/2018).
Arif menuturkan, AHY masih harus bekerja keras untuk bisa tampil secara
nasional. Karena tantangan politik lima tahun mendatang membutuhkan
soliditas kekuasaan sekaligus kematangan strategi. Ini berlaku juga
untuk siapapun yang ingin mendampingi Jokowi untuk memiliki modal
kecakapan kepemimpinan dan keahlian mengoperasikan kebijakan secara
efektif; yang membuat kedudukan Wapres menjadi jauh lebih strategis
dibandingkan sekadar ‘ban serep’ Presiden.
"Sekarang peluang AHY kecil, tapi bukan tidak mungkin akan membesar.
Karena bagaimana pun nama AHY termasuk yang populer. Tapi AHY butuh
basis dukungan lebih luas, bukan hanya Partai Demokrat saja. Dia juga
harus bisa menampilkan gaya politik lebih genuine dibandingkan sekadar
replikasi SBY. Selain itu AHY harus memiliki kapabilitas strategis untuk
mengarungi derasnya gelombang politik. Dan itu semua tidak mudah
diwujudkan dalam waktu pendek," paparnya.
Dalam kesempatan ini Arif juga menyatakan, pertemuan Presiden Jokowi
dan AHY di Istana Negara tidak lepas dari ramainya bursa Capres dan
Cawapres, terutama pasca pengajuan kembali Jokowi sebagai bakal Capres
oleh PDIP Februari lalu. Sementara Jokowi berusaha memperluas basis
dukungan, partai-partai berusaha mengajukan tokoh-tokohnya untuk dapat
mendampingi Jokowi. Tampaknya, ini pula yang dilakukan Partai Demokrat
dan AHY," jelasnya.
Mimpi Kali Yee
Sebelumnya, politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan kecil
kemungkinan AHY akan bersanding dengan Joko Widodo di Pilpres 2019
sebagai pasangan capres-cawapres.
Ruhut yakin, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak akan rela dan
merestui jika Jokowi harus berpasangan dengan putra sulung Presiden
ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
“Aku hanya bisa bilang, mimpi kali ye,” katanya ketika dikonfirmasi kemungkinan pasangan Jokowi-AHY, dihubungi JawaPos.com, Selasa (27/2).
Mantan tim sukses Jokowi di Pilpres 2014 ini menambahkan, publik sudah
mengetahui hubungan yang tidak harmonis antara Megawati dengan SBY. Oleh
sebab itu, menurut pandangan Ruhut, tidak mungkin AHY akan mendapat
tempat sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
“Apakah Ibu Mega mau memberikan karpet merah ke SBY, untuk anaknya (AHY) di 2024?” kata Ruhut.
[ bin / HT /posmetro/ jpnn / jwpos / dtc ]