PD Galau, AHY Tak Laku Dijual

BLOKBERITA, JAKARTA --  Internal DPP Partai Demokrat (PD) sepertinya sedang dirundung kegalauan berat, karena Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ternyata kurang 'marketable'. AHY  disebut-sebut akan bersanding dengan Joko Widodo di Pilpres 2019 sebagai pasangan capres-cawapres. Bisakah putra sulung Susilo bambang Yudhoyono itu menjadi cawapres? Pengamat politik dari Point' Indonesia (PI) Karel Susetyo mengatakan,  AHY masih terlalu hijau untuk mendampingi Jokowi. Jadi, peluang AHY bisa mendampingi Jokowi sangat kecil.
 
“AHY tidak akan laku untuk ‘dijual’ dalam waktu dekat. Apalagi AHY kental sekali kesan karbitannya dan tidak mempunyai daya tawar yang baik dihadapan Jokowi. Sehingga sangat kecil peluang AHY bisa mendampingi Jokowi. Oleh karena itu untuk sementara ini AHY tidak bakal menjadi cawapres Jokowi. "Sulit. Meski punya kans untuk dipaksakan. Lebih baik PD majukan tokoh lain saja,” kata Karel kepada Harian Terbit, Rabu (7/3/2018).
 
Minim Pengalaman
 
Sementara itu, analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto mengatakan, meski AHY sempat berlaga dalam kontestasi Gubernur DKI Jakarta 2017, namun AHY masih minim pengalaman politik. Saat ini AHY memang dekat dengan kalangan muda, yang jumlahnya diperkirakan lebih 50% dari total pemilih pada Pemilu 2019. Oleh karenanya AHY memiliki leverage politik sebagai penerus SBY sekaligus mendapatkan endorsement Partai Demokrat. 
 
"Namun, AHY masih harus bekerja keras untuk menjadi kompetitif dalam Pilpres 2019," kata Arif Susanto kepada Harian Terbit, Rabu (7/3/2018).
 
Arif menuturkan, AHY masih harus bekerja keras untuk bisa tampil secara nasional. Karena tantangan politik lima tahun mendatang membutuhkan soliditas kekuasaan sekaligus kematangan strategi. Ini berlaku juga untuk siapapun yang ingin mendampingi Jokowi untuk memiliki modal kecakapan kepemimpinan dan keahlian mengoperasikan kebijakan secara efektif; yang membuat kedudukan Wapres menjadi jauh lebih strategis dibandingkan sekadar ‘ban serep’ Presiden.
 
"Sekarang peluang AHY kecil, tapi bukan tidak mungkin akan membesar. Karena bagaimana pun nama AHY termasuk yang populer. Tapi AHY butuh basis dukungan lebih luas, bukan hanya Partai Demokrat saja.  Dia juga harus bisa menampilkan gaya politik lebih genuine dibandingkan sekadar replikasi SBY. Selain itu AHY harus memiliki kapabilitas strategis untuk mengarungi derasnya gelombang politik. Dan itu semua tidak mudah diwujudkan dalam waktu pendek," paparnya.
 
Dalam kesempatan ini Arif juga menyatakan, pertemuan Presiden Jokowi dan AHY di Istana Negara tidak lepas dari ramainya bursa Capres dan Cawapres, terutama pasca pengajuan kembali Jokowi sebagai bakal Capres oleh PDIP Februari lalu. Sementara Jokowi berusaha memperluas basis dukungan, partai-partai berusaha mengajukan tokoh-tokohnya untuk dapat mendampingi Jokowi. Tampaknya, ini pula yang dilakukan Partai Demokrat dan AHY," jelasnya.
 
Mimpi Kali Yee
 
Sebelumnya, politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengatakan kecil kemungkinan AHY akan bersanding dengan Joko Widodo di Pilpres 2019 sebagai pasangan capres-cawapres.
 
Ruhut yakin, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tidak akan rela dan merestui jika Jokowi harus berpasangan dengan putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
 
“Aku hanya bisa bilang, mimpi kali ye,” katanya ketika dikonfirmasi kemungkinan pasangan Jokowi-AHY, dihubungi JawaPos.com, Selasa (27/2).
 
Mantan tim sukses Jokowi di Pilpres 2014 ini menambahkan, publik sudah mengetahui hubungan yang tidak harmonis antara Megawati dengan SBY. Oleh sebab itu, menurut pandangan Ruhut, tidak mungkin AHY akan mendapat tempat sebagai pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
 
“Apakah Ibu Mega mau memberikan karpet merah ke SBY, untuk anaknya (AHY) di 2024?” kata Ruhut.
 
[ bin / HT /posmetro/ jpnn / jwpos / dtc ]
View

Related

POLITIK 3863395549171015660

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item