IHSG Melemah, Saatnya Mempertimbangkan Saham-saham Penopang?
https://kabar22.blogspot.com/2018/07/ihsg-melemah-saatnya-mempertimbangkan.html
BLOKBERITA, JAKARTA -- Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) masih cenderung menunjukkan tren penurunan.
Menurut data RTI, dalam sebulan terakhir indeks sudah terkoreksi hingga
6,15% di level 5.557-6.116.
Bahkan, indeks akhir pekan ini ditutup melemah di level 5.694 atau turun 0,77% sekitar 44 poin. Kondisi tersebut juga diikuti catatan net sell investor asing di seluruh market yang mencapai Rp 387,96 miliar.
Menariknya, di tengah kemerosotan indeks, beberapa saham justru mampu menahan kejatuhan bursa. Sebut saja saham TLKM yang menjadi saham mover bursa nomor satu selama periode Juni-Juli. Diikuti dengan BYAN, DSSA, INCO dan TOWR.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, kenaikan harga saham-saham tersebut terbantu oleh berbagai sentimen positif internal. Salah satunya TLKM yang penjualannya meningkat di saat puasa dan lebaran.
Sedangkan untuk DSSA, kenaikan harga saham terbantu oleh kinerja pasar yang membaik dilihat dari valuasi yang masih murah. Begitu juga dengan TOWR yang memiliki PER di level 2,9 kali.
"ini semua menarik minat para pelaku pasar untuk melakukan aksi beli. Tapi kalau investor mau masuk sekarang, saya rasa sudah terlambat," jelas Nafan kepada Kontan, Jumat (6/7).
Untuk TLKM, Nafan merekomendasikan investor secara teknikal untuk buy on weakness, dengan level yang patut dicermati adalah 3.700. Pada penutupan perdagangan Jumat (6/7) saham TLKM ditutup menguat 0,78% dengan harga 3.860.
Saham BYAN juga sudah terlambat untuk dilirik saat ini. Di mana, secara teknikal pergeraka harga sahamnya sudah membentuk case akumulasi.
Sementara, Nafan menilai pergerakan saham DSSA dianggap sudah liar dan tidak likuid. "Di sini saya takut sudah mulai menunjukkan penurunan lagi, khawatir ada potensi koreksi," ujarnya.
Meskipun fundamental DSSA terbilang bagus, investor sudah terlambat untuk masuk ke saham tersebut. Sementara, investor diminta untuk wait and see sambil menunggu indeks bergerak ke level 20.000 dan 16.000. Per Jumat (6/7) saham DSSA ditutup stagnan pada level 24.400.
INCO valuasinya sudah dianggap mahal, kalaupun ingin masuk, investor perlu mencermati level support 3.800 untuk sepekan. "Tapi kalau sekarang, hold dulu, karena pergerakannya masih cenderung up trend," paparnya.
Untuk TOWR saat ini berada pada posisi bullish consolidation, dengan level support 570 dan resistance di 610-670. Nafan merekomendasikan, agar TOWR dimanfaatkan untuk trading saja, karena kalau investor masuk sekarang sudah terlambat.
"Secara keseluruhan, katalis yang membuat saham-saham ini naik adalah momentum, kinerja pasarnya sendiri, serta valuasinya," tandasnya. (bazz/kontan)
Bahkan, indeks akhir pekan ini ditutup melemah di level 5.694 atau turun 0,77% sekitar 44 poin. Kondisi tersebut juga diikuti catatan net sell investor asing di seluruh market yang mencapai Rp 387,96 miliar.
Menariknya, di tengah kemerosotan indeks, beberapa saham justru mampu menahan kejatuhan bursa. Sebut saja saham TLKM yang menjadi saham mover bursa nomor satu selama periode Juni-Juli. Diikuti dengan BYAN, DSSA, INCO dan TOWR.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, kenaikan harga saham-saham tersebut terbantu oleh berbagai sentimen positif internal. Salah satunya TLKM yang penjualannya meningkat di saat puasa dan lebaran.
Sedangkan untuk DSSA, kenaikan harga saham terbantu oleh kinerja pasar yang membaik dilihat dari valuasi yang masih murah. Begitu juga dengan TOWR yang memiliki PER di level 2,9 kali.
"ini semua menarik minat para pelaku pasar untuk melakukan aksi beli. Tapi kalau investor mau masuk sekarang, saya rasa sudah terlambat," jelas Nafan kepada Kontan, Jumat (6/7).
Untuk TLKM, Nafan merekomendasikan investor secara teknikal untuk buy on weakness, dengan level yang patut dicermati adalah 3.700. Pada penutupan perdagangan Jumat (6/7) saham TLKM ditutup menguat 0,78% dengan harga 3.860.
Saham BYAN juga sudah terlambat untuk dilirik saat ini. Di mana, secara teknikal pergeraka harga sahamnya sudah membentuk case akumulasi.
Sementara, Nafan menilai pergerakan saham DSSA dianggap sudah liar dan tidak likuid. "Di sini saya takut sudah mulai menunjukkan penurunan lagi, khawatir ada potensi koreksi," ujarnya.
Meskipun fundamental DSSA terbilang bagus, investor sudah terlambat untuk masuk ke saham tersebut. Sementara, investor diminta untuk wait and see sambil menunggu indeks bergerak ke level 20.000 dan 16.000. Per Jumat (6/7) saham DSSA ditutup stagnan pada level 24.400.
INCO valuasinya sudah dianggap mahal, kalaupun ingin masuk, investor perlu mencermati level support 3.800 untuk sepekan. "Tapi kalau sekarang, hold dulu, karena pergerakannya masih cenderung up trend," paparnya.
Untuk TOWR saat ini berada pada posisi bullish consolidation, dengan level support 570 dan resistance di 610-670. Nafan merekomendasikan, agar TOWR dimanfaatkan untuk trading saja, karena kalau investor masuk sekarang sudah terlambat.
"Secara keseluruhan, katalis yang membuat saham-saham ini naik adalah momentum, kinerja pasarnya sendiri, serta valuasinya," tandasnya. (bazz/kontan)