Menghidupkan Kembali Kultur Jawa sebagai Peradaban Tertua

BLOKBERITA, DIENG -- Nenek moyang kita dahulu sudah mengingatkan bahwa nanti pada suatu zaman orang jawa akan hilang jawanya dan tinggal separuh.Londo (barat) dan cino (timur), kita jadikan kiblat dan rujukan. Adalah Raja Besar Kediri Jayabaya yang bijaksana lagi waskita yang meramalkanya. Semuanya tertulis dalam kitab musarar. Benarkah itu terjadi? Bisa iya bisa tidak.

Namun tengoklah dalam kehidupan sehari-hari dalam hal-hal kecil barangkali kita akan menemukan kebenaran ucapan sakti itu. Nama-nama jawa seperti sudah lama tidak dipakai sebagai nama anak dan cucu kita.Kalaupun kalau ada yang memakainya tidak lagi ada gengsi dan kebanggaan.Hanya jadi olok-olok dan sindiran belaka. Pariyem, sugiyo, wagimin, mukidi, sudah hampir punah. Khairul, ihsan, hasan, murtadha menjamur. Farrel, michael, john, alex, thomas lebih banyak lagi dipakai.

Ini bukanlah soal rasisme dan diskriminasi, melainkan soal siapa kita, apa yang kita punya dan mengapa kita tak membanggakannya sebagaimana budaya dan peradaban lain. Lihat saja secarik sejarah. Sebelum kita kedatangan agama hindu dan buddha yang canggih itu kita telah memiliki keyakinan serupa agama. Sebutlah kapitayan. Mereka percaya bahwa tuhan “tan keno kinoyo ngopo”. Artinya tak bisa digambarkan bagaimana. Mirip dengan keyakinan islam yang tauhid itu.

Sebelum kedatangan buku politik dari Aristoteles, diskursusnya Macchiavelli, kontrak sosialnya Rousseau dan republiknya Plato, kita punya Negara Kertagama yang berisi bukan hanya sejarah raja dan kerajaaannya, namun juga tata pemerintahan dan birokrasinya. Soal kehidupan manusia terkait kelahiran, watak dan peruntungan dan kesialannya di dunia kita telah punya kitab primbon Betaljemur Adimakna. Isinya lebih detil dan tepat dari pada astrologi Yunani, Mesir, Indian, Cina bahkan India.

Bingung bagaimana berdagang, pada hari apa, dimana? Kita sudah diwarisi perhitungan Nagadina yang tak kalah canggih dan akurat dibanding Fengshui dan kitab perubahan i-Ching dari Cina daratan. Apa dan bagaimana seksualitas manusia? Rujuklah kitab Gatoloco karya Damar Sasangka yang mencoba menaklukkan lima wanita yang mewakili dirinya sendiri. Seperti Kundalini, emosi, ingatan, pikiran dan kesadaran. Lalu ditarik darinya pemahaman tentang ketuhanan dan rahasianya. Sebanding dengan kitab Kamasutra dari India yang legendaris itu.

Terlebih penggalian gunung padang yang menghebohkan itu seakan membelalakkan mata dunia. Bagaimana tidak usia lapis terluarnya saja ditaksir 8000 SM, tengahnya 10.000 SM, dan bawahnya tak kurang 12.000 SM. Jauh lebih tua dan senior dari Ziggurat Babylonia, Tembok Cina, Macchu Pichu maya, Persepolis Persia, Parthenon Yunani, Mauseloum Romawi dan Piramida Mesir. (saiful islam /pecinta alam /di Dieng)
View

Related

SASTRA DAN BUDAYA 1179577940566105557

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item