Puluhan Manula Terlantar di Panti Jompo Pekanbaru
https://kabar22.blogspot.com/2017/01/puluhan-manula-terlantar-di-panti-jompo.html
BLOKBERITA, PEKANBARU -- Sebanyak 32 orang
telah dievakuasi dari panti jompo yayasan Tunas Bangsa di Pekanbaru.
Para penghuni panti dinilai ditelantarkan dan tidak diperlakukan secara
manusiawi.
Tim terpadu, dinas sosial, Dinas Kesehatan Pemprov Riau bersama perwakilan Kemensos, melakukan sidak ke panti jompo di jalan lintas timur KM 19 di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Panti jompo ini di bawah yayasan Tunas Bangsa yang sebelumnya dilaporkan warga terkait kematian bayi usia 18 bulan yang dinilai tak wajar.
"Awalnya pengurus RT dan RW di tempat panti jompo ini menghubungi saya meminta agar lokasi tersebut disidak. Dari laporan warga, saya hubungi Dinas Sosial Pemprov Riau dan Dinas Kesehatan Pemprov Riau. Makanya kami datang bersama untuk melihat langsung kondisi panti jompo ini," kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA), Esther Yuliani kepada detikcom, Minggu (29/1/2017).
Esther menyebut, tim terpadu ini menemukan 19 orang berada di panti jompo Tunas Bangsa. Dari jumlah itu, 9 orang jompo dan 10 orang lagi mengalami gangguan jiwa yang seluruhnya pria.
"Mereka di panti ini ada yang sudah 10 tahun, ada 5 tahun terakhir dua tahun," kata Esther.
Menurut Esther, penghuni panti jompo ini tidak diperlakukan secara manusiawi. Mereka dimasukan dalam ruangan seperti penjara.
"Dalam ruangan itu diberi jeruji besi, persis ruangan tahanan. Mereka hanya tidur dilantai tanpa diberi tempat tidur," kata Esther.
Menurut Esther, seluruh penghuni panti jumpo saat ini akan dievakuasi ke RS Jiwa Pekanbaru. Pihak RS Jiwa akan memeriksa kondisi kejiwaan seluruh penghuni panti tersebut.
"Kondisi kesehatan dan kejiwaan mereka akan diperiksa. Kami prihatin melihat kondisi mereka," kata Esther.
Masih menurut Esther, kemarin tim yang sama juga mengevakuasi 13 orang di panti jompo di Jl Cendrawasih, Pekanbaru yang masih di bawah yayasan Tunas Bangsa.
"Di sana juga kita menemukan penghuni panti yang tak diberi makan, kelaparan dan diterlantarkan pihak yayasan. Kondisinya sama-sama memprihatinkan," kata Esther.
Di panti jompo di Jl Cendrawasih itu, kata Esther dihuni 13 orang, terdiri dari 3 anak dan 10 dewasa. Penghuni dewasa juga mengalami gangguan jiwa sehingga ada yang makan kecoa saat kelaparan.
"10 penghuni dewasa juga dirujuk ke RS Jiwa. Sedangkan 3 anak-anak di bawa ke Dinas Sosial," kata Esther.
Penelantaran penghuni panti jompo ini terbongkar bermula adanya bayi 18 bulan yang meninggal tak wajar yang dikelola yayasan Tunas Bangsa. Bayi tersebut diduga mengalami penganiayaan sebelum meninggal pada 15 Januari lalu. Kasus inipun dilaporkan ke Polresta Pekanbaru.
Dari sana terus merembet untuk melakukan sidak ke panti jompo yang dikelola pihak yayasan Tunas Bangsa. Atas kematian bayi tersebut, pihak kepolisian belum menetapkan tersangka. Sedangkan Ketua Yayasan Tunas Bangsa, Lili, sejak kasus kematian bayi mencuat hingga kini menghilang. (bazz/tempo/tribun)
Tim terpadu, dinas sosial, Dinas Kesehatan Pemprov Riau bersama perwakilan Kemensos, melakukan sidak ke panti jompo di jalan lintas timur KM 19 di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru. Panti jompo ini di bawah yayasan Tunas Bangsa yang sebelumnya dilaporkan warga terkait kematian bayi usia 18 bulan yang dinilai tak wajar.
"Awalnya pengurus RT dan RW di tempat panti jompo ini menghubungi saya meminta agar lokasi tersebut disidak. Dari laporan warga, saya hubungi Dinas Sosial Pemprov Riau dan Dinas Kesehatan Pemprov Riau. Makanya kami datang bersama untuk melihat langsung kondisi panti jompo ini," kata Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA), Esther Yuliani kepada detikcom, Minggu (29/1/2017).
Esther menyebut, tim terpadu ini menemukan 19 orang berada di panti jompo Tunas Bangsa. Dari jumlah itu, 9 orang jompo dan 10 orang lagi mengalami gangguan jiwa yang seluruhnya pria.
"Mereka di panti ini ada yang sudah 10 tahun, ada 5 tahun terakhir dua tahun," kata Esther.
Menurut Esther, penghuni panti jompo ini tidak diperlakukan secara manusiawi. Mereka dimasukan dalam ruangan seperti penjara.
"Dalam ruangan itu diberi jeruji besi, persis ruangan tahanan. Mereka hanya tidur dilantai tanpa diberi tempat tidur," kata Esther.
Menurut Esther, seluruh penghuni panti jumpo saat ini akan dievakuasi ke RS Jiwa Pekanbaru. Pihak RS Jiwa akan memeriksa kondisi kejiwaan seluruh penghuni panti tersebut.
"Kondisi kesehatan dan kejiwaan mereka akan diperiksa. Kami prihatin melihat kondisi mereka," kata Esther.
Masih menurut Esther, kemarin tim yang sama juga mengevakuasi 13 orang di panti jompo di Jl Cendrawasih, Pekanbaru yang masih di bawah yayasan Tunas Bangsa.
"Di sana juga kita menemukan penghuni panti yang tak diberi makan, kelaparan dan diterlantarkan pihak yayasan. Kondisinya sama-sama memprihatinkan," kata Esther.
Di panti jompo di Jl Cendrawasih itu, kata Esther dihuni 13 orang, terdiri dari 3 anak dan 10 dewasa. Penghuni dewasa juga mengalami gangguan jiwa sehingga ada yang makan kecoa saat kelaparan.
"10 penghuni dewasa juga dirujuk ke RS Jiwa. Sedangkan 3 anak-anak di bawa ke Dinas Sosial," kata Esther.
Penelantaran penghuni panti jompo ini terbongkar bermula adanya bayi 18 bulan yang meninggal tak wajar yang dikelola yayasan Tunas Bangsa. Bayi tersebut diduga mengalami penganiayaan sebelum meninggal pada 15 Januari lalu. Kasus inipun dilaporkan ke Polresta Pekanbaru.
Dari sana terus merembet untuk melakukan sidak ke panti jompo yang dikelola pihak yayasan Tunas Bangsa. Atas kematian bayi tersebut, pihak kepolisian belum menetapkan tersangka. Sedangkan Ketua Yayasan Tunas Bangsa, Lili, sejak kasus kematian bayi mencuat hingga kini menghilang. (bazz/tempo/tribun)