Cara Merampok dari Pasar Modal
https://kabar22.blogspot.com/2015/11/cara-merampok-dari-pasar-modal.html
BLOKBERITA -- Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika Kreditor tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell).
Pernah menonton film The Wolf of Wall Street? Film ini disutradai oleh Martin Scorsese dengan pemeran utama Leonardo DiCaprio. Dia berperan sebagai pialang bernama Jordan Belfort. Dalam film tersebut diceritakan bagaimana Belfort menipu nasabah melalui perdagangan semu saham murahan.
Dari hasil menipu nasabahnya, Belfort menjadi kaya raya. Rupanya aksi Belfort mulai tercium oleh pihak berwajib. Tapi pencidukan ini tak membuat Belfort insyaf. Dia terus melanjutkan aksi busuknya. Akhirnya, Belfort dan teman-temannya dimasukkan penjara. Maka berakhirlah petualangan si Srigala Wall Street.
Penjahat-penjahat pasar modal tidak hanya ada di Wall Street. Di seluruh negara pasti pernah ada kejadian orang melakukan kejahatan di pasar modal. Kejahatan tersebut bisa dilakukan oleh pialang saham, pemilik perusahaan maupun perusahaan sekuritas. Modus kejahatannya pun berbeda-beda. Seperti, perdagangan orang dalam, perdagangan semu, skema ponzi dan repo (gadai) saham.
Pada dasarnya, repo saham tidak berbeda dengan gadai barang. Debitor memberikan saham sebagai jaminan utangnya. Umumnya, kreditor akan mau meminjamkan uang ketika debitor menjaminkan saham berkualitas bagus. Jika, debitor menggunakan saham perusahaan berkualitas buruk, seharusnya kreditor enggan memberikan pinjaman.
Celakanya kalau si kreditor dapat dikelabui oleh penjahat pasar modal. Caranya, dengan membuat seakan-akan perusahaan berkualitas buruk tersebut mempunyai prospek bagus berkat aksi korporasinya. Setelah, itu penjahat pasar modal akan menciptakan perdagangan semu di bursa saham. Tujuannya, agar saham perusahaan berkualitas buruk tersebut likuid di bursa saham.
Kali ini penjahat pasar modal mengunakan saham PT Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) sebagai landasan untuk transaksi repo. Sebelum di repo, SIAP melakukan aksi korporasi terlebih dahulu, agar tampak menjadi perusahaan berprospek kinclong. Maklum, SIAP merupakan perusahaan tidak bagus. Asetnya berdasarkan laporan keuangan 2013 setahun penuh, cuma sebesar Rp 272 miliar, dengan laba bersih hanya Rp 600 juta.
Di tahun 2014, SIAP melakukan aksi korporasi berupa akuisisi RITS Venture Ltd dengan harga perolehan Rp 4,7 triliun. RITS sendiri merupakan pemegang saham mayoritas PT Indo Wana Bara Mining (IWBM). Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan, nilai cadangan batu bara IWBM sebesar Rp 9,2 triliun.
Karena SIAP tidak punya uang untuk mengakusisi saham RITS, lalu mencari uang dengan menerbitkan saham baru. Tidak tangung-tangung, SIAP menerbitkan saham baru 40 kali lipat dari jumlah saham lama. Pembeli siaga dari penerbitan saham baru SIAP ditengarai adalah pemilik mayoritas saham RITS sendiri. Artinya, mantan pemilik saham RITS menjadi pemilik mayoritas saham SIAP.
Dengan melakukan aksi korporasi tersebut. SIAP merubah bentuk usahanya (back door listing) dari perusahaan plastik menjadi perusahaan pertambangan. Komposisi pemegang sahan SIAP pun berubah. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 setahun penuh, komposisi pemegang saham SIAP adalah Fundamental Resourche Pte Ltd (82,10%), UBS AG Singapore (7,58), dan Publik (10,32%). Asset SIAP juga melonjak menjadi 4,97 triliun.
Akibat perubahan pemegang saham tentunya susunan komisaris dan direksi SIAP banyak mengalami perubahan. Dalam susunan komisaris Akte no 62 tahun tanggal 21 November 2014 muncul nama Reiner A. Latief (Komisaris Utama), Chandra Purwanto (Komisaris Independen), Erry Firmansyah (Komisaris Independen) dan Yuli Sudargo (Komisaris). Sedangkan dalam susunan direksi masuk nama M. Suluhuddin Noor (Direktur Utama), Agustanzil Sjachroezah (Direktur), C. Jeffrey Messakh (Direktur), Gautam Kunzru (Direktur).
Rupanya komposisi pemegang saham SIAP tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II tahun 2015, komposisi pemegang saham SIAP menjadi Fundamental Resources Pte Ltd (43,99%), UBS AG Singapore (7,13%), PT Evio Securities (8,23%), Michael Widjaya (6,39%) dan Publik (34,26%).
Akibat perubahan komposisi pemegang saham tersebut, susunan komisaris dan direktur SIAP juga mengalami perubahan. Melalui Akte no 90 tanggal 26 Juni 2015, posisi Komisaris Utama dari Reiner A. Latief diserahkan kepada Chris Victor Ponto, sedangkan Gautam Kunzru dari direktur dinaikkan menjadi Komisaris.
Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell). Pastinya, harga saham SIAP menjadi longsor. Tiga perusahaan efek yang memfasilitasi transaksi repo tersebut diberikan hukuman berupa pembekuan kegiatan. Tiga perusahaan efek tersebut adalah, Darareksa Sekuritas, Reliance Sekuritas dan Milenium Danatama Sekuritas.
Kasus saham SIAP semakin mencoreng BEI. Tahun, 2007, dunia pasar modal dicengangkan melalui goreng-mengoreng saham Sigmagold IntiPerkasa, Tbk d/h Agis , Tbk (TMPI). Sayangnya, sampai sekarang tidak jelas siapa yang bertangung jawab terhadap kasus tersebut. Apakah, kasus SIAP akan bernasib seperti itu ? (bass/inrev)
Pernah menonton film The Wolf of Wall Street? Film ini disutradai oleh Martin Scorsese dengan pemeran utama Leonardo DiCaprio. Dia berperan sebagai pialang bernama Jordan Belfort. Dalam film tersebut diceritakan bagaimana Belfort menipu nasabah melalui perdagangan semu saham murahan.
Dari hasil menipu nasabahnya, Belfort menjadi kaya raya. Rupanya aksi Belfort mulai tercium oleh pihak berwajib. Tapi pencidukan ini tak membuat Belfort insyaf. Dia terus melanjutkan aksi busuknya. Akhirnya, Belfort dan teman-temannya dimasukkan penjara. Maka berakhirlah petualangan si Srigala Wall Street.
Penjahat-penjahat pasar modal tidak hanya ada di Wall Street. Di seluruh negara pasti pernah ada kejadian orang melakukan kejahatan di pasar modal. Kejahatan tersebut bisa dilakukan oleh pialang saham, pemilik perusahaan maupun perusahaan sekuritas. Modus kejahatannya pun berbeda-beda. Seperti, perdagangan orang dalam, perdagangan semu, skema ponzi dan repo (gadai) saham.
Pada dasarnya, repo saham tidak berbeda dengan gadai barang. Debitor memberikan saham sebagai jaminan utangnya. Umumnya, kreditor akan mau meminjamkan uang ketika debitor menjaminkan saham berkualitas bagus. Jika, debitor menggunakan saham perusahaan berkualitas buruk, seharusnya kreditor enggan memberikan pinjaman.
Celakanya kalau si kreditor dapat dikelabui oleh penjahat pasar modal. Caranya, dengan membuat seakan-akan perusahaan berkualitas buruk tersebut mempunyai prospek bagus berkat aksi korporasinya. Setelah, itu penjahat pasar modal akan menciptakan perdagangan semu di bursa saham. Tujuannya, agar saham perusahaan berkualitas buruk tersebut likuid di bursa saham.
Kali ini penjahat pasar modal mengunakan saham PT Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) sebagai landasan untuk transaksi repo. Sebelum di repo, SIAP melakukan aksi korporasi terlebih dahulu, agar tampak menjadi perusahaan berprospek kinclong. Maklum, SIAP merupakan perusahaan tidak bagus. Asetnya berdasarkan laporan keuangan 2013 setahun penuh, cuma sebesar Rp 272 miliar, dengan laba bersih hanya Rp 600 juta.
Di tahun 2014, SIAP melakukan aksi korporasi berupa akuisisi RITS Venture Ltd dengan harga perolehan Rp 4,7 triliun. RITS sendiri merupakan pemegang saham mayoritas PT Indo Wana Bara Mining (IWBM). Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan, nilai cadangan batu bara IWBM sebesar Rp 9,2 triliun.
Karena SIAP tidak punya uang untuk mengakusisi saham RITS, lalu mencari uang dengan menerbitkan saham baru. Tidak tangung-tangung, SIAP menerbitkan saham baru 40 kali lipat dari jumlah saham lama. Pembeli siaga dari penerbitan saham baru SIAP ditengarai adalah pemilik mayoritas saham RITS sendiri. Artinya, mantan pemilik saham RITS menjadi pemilik mayoritas saham SIAP.
Dengan melakukan aksi korporasi tersebut. SIAP merubah bentuk usahanya (back door listing) dari perusahaan plastik menjadi perusahaan pertambangan. Komposisi pemegang sahan SIAP pun berubah. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 setahun penuh, komposisi pemegang saham SIAP adalah Fundamental Resourche Pte Ltd (82,10%), UBS AG Singapore (7,58), dan Publik (10,32%). Asset SIAP juga melonjak menjadi 4,97 triliun.
Akibat perubahan pemegang saham tentunya susunan komisaris dan direksi SIAP banyak mengalami perubahan. Dalam susunan komisaris Akte no 62 tahun tanggal 21 November 2014 muncul nama Reiner A. Latief (Komisaris Utama), Chandra Purwanto (Komisaris Independen), Erry Firmansyah (Komisaris Independen) dan Yuli Sudargo (Komisaris). Sedangkan dalam susunan direksi masuk nama M. Suluhuddin Noor (Direktur Utama), Agustanzil Sjachroezah (Direktur), C. Jeffrey Messakh (Direktur), Gautam Kunzru (Direktur).
Rupanya komposisi pemegang saham SIAP tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II tahun 2015, komposisi pemegang saham SIAP menjadi Fundamental Resources Pte Ltd (43,99%), UBS AG Singapore (7,13%), PT Evio Securities (8,23%), Michael Widjaya (6,39%) dan Publik (34,26%).
Akibat perubahan komposisi pemegang saham tersebut, susunan komisaris dan direktur SIAP juga mengalami perubahan. Melalui Akte no 90 tanggal 26 Juni 2015, posisi Komisaris Utama dari Reiner A. Latief diserahkan kepada Chris Victor Ponto, sedangkan Gautam Kunzru dari direktur dinaikkan menjadi Komisaris.
Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell). Pastinya, harga saham SIAP menjadi longsor. Tiga perusahaan efek yang memfasilitasi transaksi repo tersebut diberikan hukuman berupa pembekuan kegiatan. Tiga perusahaan efek tersebut adalah, Darareksa Sekuritas, Reliance Sekuritas dan Milenium Danatama Sekuritas.
Kasus saham SIAP semakin mencoreng BEI. Tahun, 2007, dunia pasar modal dicengangkan melalui goreng-mengoreng saham Sigmagold IntiPerkasa, Tbk d/h Agis , Tbk (TMPI). Sayangnya, sampai sekarang tidak jelas siapa yang bertangung jawab terhadap kasus tersebut. Apakah, kasus SIAP akan bernasib seperti itu ? (bass/inrev)
donesianReview.com -- Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika Kreditor tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell).
Pernah menonton film The Wolf of Wall Street? Film ini disutradai oleh Martin Scorsese dengan pemeran utama Leonardo DiCaprio. Dia berperan sebagai pialang bernama Jordan Belfort. Dalam film tersebut diceritakan bagaimana Belfort menipu nasabah melalui perdagangan semu saham murahan.
Dari hasil menipu nasabahnya, Belfort menjadi kaya raya. Rupanya aksi Belfort mulai tercium oleh pihak berwajib. Tapi pencidukan ini tak membuat Belfort insyaf. Dia terus melanjutkan aksi busuknya. Akhirnya, Belfort dan teman-temannya dimasukkan penjara. Maka berakhirlah petualangan si Srigala Wall Street.
Penjahat-penjahat pasar modal tidak hanya ada di Wall Street. Di seluruh negara pasti pernah ada kejadian orang melakukan kejahatan di pasar modal. Kejahatan tersebut bisa dilakukan oleh pialang saham, pemilik perusahaan maupun perusahaan sekuritas. Modus kejahatannya pun berbeda-beda. Seperti, perdagangan orang dalam, perdagangan semu, skema ponzi dan repo (gadai) saham.
Pada dasarnya, repo saham tidak berbeda dengan gadai barang. Debitor memberikan saham sebagai jaminan utangnya. Umumnya, kreditor akan mau meminjamkan uang ketika debitor menjaminkan saham berkualitas bagus. Jika, debitor menggunakan saham perusahaan berkualitas buruk, seharusnya kreditor enggan memberikan pinjaman.
Celakanya kalau si kreditor dapat dikelabui oleh penjahat pasar modal. Caranya, dengan membuat seakan-akan perusahaan berkualitas buruk tersebut mempunyai prospek bagus berkat aksi korporasinya. Setelah, itu penjahat pasar modal akan menciptakan perdagangan semu di bursa saham. Tujuannya, agar saham perusahaan berkualitas buruk tersebut likuid di bursa saham.
Kali ini penjahat pasar modal mengunakan saham PT Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) sebagai landasan untuk transaksi repo. Sebelum di repo, SIAP melakukan aksi korporasi terlebih dahulu, agar tampak menjadi perusahaan berprospek kinclong. Maklum, SIAP merupakan perusahaan tidak bagus. Asetnya berdasarkan laporan keuangan 2013 setahun penuh, cuma sebesar Rp 272 miliar, dengan laba bersih hanya Rp 600 juta.
Di tahun 2014, SIAP melakukan aksi korporasi berupa akuisisi RITS Venture Ltd dengan harga perolehan Rp 4,7 triliun. RITS sendiri merupakan pemegang saham mayoritas PT Indo Wana Bara Mining (IWBM). Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan, nilai cadangan batu bara IWBM sebesar Rp 9,2 triliun.
Karena SIAP tidak punya uang untuk mengakusisi saham RITS, lalu mencari uang dengan menerbitkan saham baru. Tidak tangung-tangung, SIAP menerbitkan saham baru 40 kali lipat dari jumlah saham lama. Pembeli siaga dari penerbitan saham baru SIAP ditengarai adalah pemilik mayoritas saham RITS sendiri. Artinya, mantan pemilik saham RITS menjadi pemilik mayoritas saham SIAP.
Dengan melakukan aksi korporasi tersebut. SIAP merubah bentuk usahanya (back door listing) dari perusahaan plastik menjadi perusahaan pertambangan. Komposisi pemegang sahan SIAP pun berubah. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 setahun penuh, komposisi pemegang saham SIAP adalah Fundamental Resourche Pte Ltd (82,10%), UBS AG Singapore (7,58), dan Publik (10,32%). Asset SIAP juga melonjak menjadi 4,97 triliun.
Akibat perubahan pemegang saham tentunya susunan komisaris dan direksi SIAP banyak mengalami perubahan. Dalam susunan komisaris Akte no 62 tahun tanggal 21 November 2014 muncul nama Reiner A. Latief (Komisaris Utama), Chandra Purwanto (Komisaris Independen), Erry Firmansyah (Komisaris Independen) dan Yuli Sudargo (Komisaris). Sedangkan dalam susunan direksi masuk nama M. Suluhuddin Noor (Direktur Utama), Agustanzil Sjachroezah (Direktur), C. Jeffrey Messakh (Direktur), Gautam Kunzru (Direktur).
Rupanya komposisi pemegang saham SIAP tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II tahun 2015, komposisi pemegang saham SIAP menjadi Fundamental Resources Pte Ltd (43,99%), UBS AG Singapore (7,13%), PT Evio Securities (8,23%), Michael Widjaya (6,39%) dan Publik (34,26%).
Akibat perubahan komposisi pemegang saham tersebut, susunan komisaris dan direktur SIAP juga mengalami perubahan. Melalui Akte no 90 tanggal 26 Juni 2015, posisi Komisaris Utama dari Reiner A. Latief diserahkan kepada Chris Victor Ponto, sedangkan Gautam Kunzru dari direktur dinaikkan menjadi Komisaris.
Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell). Pastinya, harga saham SIAP menjadi longsor. Tiga perusahaan efek yang memfasilitasi transaksi repo tersebut diberikan hukuman berupa pembekuan kegiatan. Tiga perusahaan efek tersebut adalah, Darareksa Sekuritas, Reliance Sekuritas dan Milenium Danatama Sekuritas.
Kasus saham SIAP semakin mencoreng BEI. Tahun, 2007, dunia pasar modal dicengangkan melalui goreng-mengoreng saham Sigmagold IntiPerkasa, Tbk d/h Agis , Tbk (TMPI). Sayangnya, sampai sekarang tidak jelas siapa yang bertangung jawab terhadap kasus tersebut. Apakah, kasus SIAP akan bernasib seperti itu?
- See more at: http://indonesianreview.com/caroline-hutauruk/cara-merampok-dari-pasar-modal#sthash.4XzdO5Rf.dpuf
Pernah menonton film The Wolf of Wall Street? Film ini disutradai oleh Martin Scorsese dengan pemeran utama Leonardo DiCaprio. Dia berperan sebagai pialang bernama Jordan Belfort. Dalam film tersebut diceritakan bagaimana Belfort menipu nasabah melalui perdagangan semu saham murahan.
Dari hasil menipu nasabahnya, Belfort menjadi kaya raya. Rupanya aksi Belfort mulai tercium oleh pihak berwajib. Tapi pencidukan ini tak membuat Belfort insyaf. Dia terus melanjutkan aksi busuknya. Akhirnya, Belfort dan teman-temannya dimasukkan penjara. Maka berakhirlah petualangan si Srigala Wall Street.
Penjahat-penjahat pasar modal tidak hanya ada di Wall Street. Di seluruh negara pasti pernah ada kejadian orang melakukan kejahatan di pasar modal. Kejahatan tersebut bisa dilakukan oleh pialang saham, pemilik perusahaan maupun perusahaan sekuritas. Modus kejahatannya pun berbeda-beda. Seperti, perdagangan orang dalam, perdagangan semu, skema ponzi dan repo (gadai) saham.
Pada dasarnya, repo saham tidak berbeda dengan gadai barang. Debitor memberikan saham sebagai jaminan utangnya. Umumnya, kreditor akan mau meminjamkan uang ketika debitor menjaminkan saham berkualitas bagus. Jika, debitor menggunakan saham perusahaan berkualitas buruk, seharusnya kreditor enggan memberikan pinjaman.
Celakanya kalau si kreditor dapat dikelabui oleh penjahat pasar modal. Caranya, dengan membuat seakan-akan perusahaan berkualitas buruk tersebut mempunyai prospek bagus berkat aksi korporasinya. Setelah, itu penjahat pasar modal akan menciptakan perdagangan semu di bursa saham. Tujuannya, agar saham perusahaan berkualitas buruk tersebut likuid di bursa saham.
Kali ini penjahat pasar modal mengunakan saham PT Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) sebagai landasan untuk transaksi repo. Sebelum di repo, SIAP melakukan aksi korporasi terlebih dahulu, agar tampak menjadi perusahaan berprospek kinclong. Maklum, SIAP merupakan perusahaan tidak bagus. Asetnya berdasarkan laporan keuangan 2013 setahun penuh, cuma sebesar Rp 272 miliar, dengan laba bersih hanya Rp 600 juta.
Di tahun 2014, SIAP melakukan aksi korporasi berupa akuisisi RITS Venture Ltd dengan harga perolehan Rp 4,7 triliun. RITS sendiri merupakan pemegang saham mayoritas PT Indo Wana Bara Mining (IWBM). Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan, nilai cadangan batu bara IWBM sebesar Rp 9,2 triliun.
Karena SIAP tidak punya uang untuk mengakusisi saham RITS, lalu mencari uang dengan menerbitkan saham baru. Tidak tangung-tangung, SIAP menerbitkan saham baru 40 kali lipat dari jumlah saham lama. Pembeli siaga dari penerbitan saham baru SIAP ditengarai adalah pemilik mayoritas saham RITS sendiri. Artinya, mantan pemilik saham RITS menjadi pemilik mayoritas saham SIAP.
Dengan melakukan aksi korporasi tersebut. SIAP merubah bentuk usahanya (back door listing) dari perusahaan plastik menjadi perusahaan pertambangan. Komposisi pemegang sahan SIAP pun berubah. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 setahun penuh, komposisi pemegang saham SIAP adalah Fundamental Resourche Pte Ltd (82,10%), UBS AG Singapore (7,58), dan Publik (10,32%). Asset SIAP juga melonjak menjadi 4,97 triliun.
Akibat perubahan pemegang saham tentunya susunan komisaris dan direksi SIAP banyak mengalami perubahan. Dalam susunan komisaris Akte no 62 tahun tanggal 21 November 2014 muncul nama Reiner A. Latief (Komisaris Utama), Chandra Purwanto (Komisaris Independen), Erry Firmansyah (Komisaris Independen) dan Yuli Sudargo (Komisaris). Sedangkan dalam susunan direksi masuk nama M. Suluhuddin Noor (Direktur Utama), Agustanzil Sjachroezah (Direktur), C. Jeffrey Messakh (Direktur), Gautam Kunzru (Direktur).
Rupanya komposisi pemegang saham SIAP tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II tahun 2015, komposisi pemegang saham SIAP menjadi Fundamental Resources Pte Ltd (43,99%), UBS AG Singapore (7,13%), PT Evio Securities (8,23%), Michael Widjaya (6,39%) dan Publik (34,26%).
Akibat perubahan komposisi pemegang saham tersebut, susunan komisaris dan direktur SIAP juga mengalami perubahan. Melalui Akte no 90 tanggal 26 Juni 2015, posisi Komisaris Utama dari Reiner A. Latief diserahkan kepada Chris Victor Ponto, sedangkan Gautam Kunzru dari direktur dinaikkan menjadi Komisaris.
Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell). Pastinya, harga saham SIAP menjadi longsor. Tiga perusahaan efek yang memfasilitasi transaksi repo tersebut diberikan hukuman berupa pembekuan kegiatan. Tiga perusahaan efek tersebut adalah, Darareksa Sekuritas, Reliance Sekuritas dan Milenium Danatama Sekuritas.
Kasus saham SIAP semakin mencoreng BEI. Tahun, 2007, dunia pasar modal dicengangkan melalui goreng-mengoreng saham Sigmagold IntiPerkasa, Tbk d/h Agis , Tbk (TMPI). Sayangnya, sampai sekarang tidak jelas siapa yang bertangung jawab terhadap kasus tersebut. Apakah, kasus SIAP akan bernasib seperti itu?
- See more at: http://indonesianreview.com/caroline-hutauruk/cara-merampok-dari-pasar-modal#sthash.4XzdO5Rf.dpuf
donesianReview.com -- Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika Kreditor tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell).
Pernah menonton film The Wolf of Wall Street? Film ini disutradai oleh Martin Scorsese dengan pemeran utama Leonardo DiCaprio. Dia berperan sebagai pialang bernama Jordan Belfort. Dalam film tersebut diceritakan bagaimana Belfort menipu nasabah melalui perdagangan semu saham murahan.
Dari hasil menipu nasabahnya, Belfort menjadi kaya raya. Rupanya aksi Belfort mulai tercium oleh pihak berwajib. Tapi pencidukan ini tak membuat Belfort insyaf. Dia terus melanjutkan aksi busuknya. Akhirnya, Belfort dan teman-temannya dimasukkan penjara. Maka berakhirlah petualangan si Srigala Wall Street.
Penjahat-penjahat pasar modal tidak hanya ada di Wall Street. Di seluruh negara pasti pernah ada kejadian orang melakukan kejahatan di pasar modal. Kejahatan tersebut bisa dilakukan oleh pialang saham, pemilik perusahaan maupun perusahaan sekuritas. Modus kejahatannya pun berbeda-beda. Seperti, perdagangan orang dalam, perdagangan semu, skema ponzi dan repo (gadai) saham.
Pada dasarnya, repo saham tidak berbeda dengan gadai barang. Debitor memberikan saham sebagai jaminan utangnya. Umumnya, kreditor akan mau meminjamkan uang ketika debitor menjaminkan saham berkualitas bagus. Jika, debitor menggunakan saham perusahaan berkualitas buruk, seharusnya kreditor enggan memberikan pinjaman.
Celakanya kalau si kreditor dapat dikelabui oleh penjahat pasar modal. Caranya, dengan membuat seakan-akan perusahaan berkualitas buruk tersebut mempunyai prospek bagus berkat aksi korporasinya. Setelah, itu penjahat pasar modal akan menciptakan perdagangan semu di bursa saham. Tujuannya, agar saham perusahaan berkualitas buruk tersebut likuid di bursa saham.
Kali ini penjahat pasar modal mengunakan saham PT Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) sebagai landasan untuk transaksi repo. Sebelum di repo, SIAP melakukan aksi korporasi terlebih dahulu, agar tampak menjadi perusahaan berprospek kinclong. Maklum, SIAP merupakan perusahaan tidak bagus. Asetnya berdasarkan laporan keuangan 2013 setahun penuh, cuma sebesar Rp 272 miliar, dengan laba bersih hanya Rp 600 juta.
Di tahun 2014, SIAP melakukan aksi korporasi berupa akuisisi RITS Venture Ltd dengan harga perolehan Rp 4,7 triliun. RITS sendiri merupakan pemegang saham mayoritas PT Indo Wana Bara Mining (IWBM). Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan, nilai cadangan batu bara IWBM sebesar Rp 9,2 triliun.
Karena SIAP tidak punya uang untuk mengakusisi saham RITS, lalu mencari uang dengan menerbitkan saham baru. Tidak tangung-tangung, SIAP menerbitkan saham baru 40 kali lipat dari jumlah saham lama. Pembeli siaga dari penerbitan saham baru SIAP ditengarai adalah pemilik mayoritas saham RITS sendiri. Artinya, mantan pemilik saham RITS menjadi pemilik mayoritas saham SIAP.
Dengan melakukan aksi korporasi tersebut. SIAP merubah bentuk usahanya (back door listing) dari perusahaan plastik menjadi perusahaan pertambangan. Komposisi pemegang sahan SIAP pun berubah. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 setahun penuh, komposisi pemegang saham SIAP adalah Fundamental Resourche Pte Ltd (82,10%), UBS AG Singapore (7,58), dan Publik (10,32%). Asset SIAP juga melonjak menjadi 4,97 triliun.
Akibat perubahan pemegang saham tentunya susunan komisaris dan direksi SIAP banyak mengalami perubahan. Dalam susunan komisaris Akte no 62 tahun tanggal 21 November 2014 muncul nama Reiner A. Latief (Komisaris Utama), Chandra Purwanto (Komisaris Independen), Erry Firmansyah (Komisaris Independen) dan Yuli Sudargo (Komisaris). Sedangkan dalam susunan direksi masuk nama M. Suluhuddin Noor (Direktur Utama), Agustanzil Sjachroezah (Direktur), C. Jeffrey Messakh (Direktur), Gautam Kunzru (Direktur).
Rupanya komposisi pemegang saham SIAP tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II tahun 2015, komposisi pemegang saham SIAP menjadi Fundamental Resources Pte Ltd (43,99%), UBS AG Singapore (7,13%), PT Evio Securities (8,23%), Michael Widjaya (6,39%) dan Publik (34,26%).
Akibat perubahan komposisi pemegang saham tersebut, susunan komisaris dan direktur SIAP juga mengalami perubahan. Melalui Akte no 90 tanggal 26 Juni 2015, posisi Komisaris Utama dari Reiner A. Latief diserahkan kepada Chris Victor Ponto, sedangkan Gautam Kunzru dari direktur dinaikkan menjadi Komisaris.
Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell). Pastinya, harga saham SIAP menjadi longsor. Tiga perusahaan efek yang memfasilitasi transaksi repo tersebut diberikan hukuman berupa pembekuan kegiatan. Tiga perusahaan efek tersebut adalah, Darareksa Sekuritas, Reliance Sekuritas dan Milenium Danatama Sekuritas.
Kasus saham SIAP semakin mencoreng BEI. Tahun, 2007, dunia pasar modal dicengangkan melalui goreng-mengoreng saham Sigmagold IntiPerkasa, Tbk d/h Agis , Tbk (TMPI). Sayangnya, sampai sekarang tidak jelas siapa yang bertangung jawab terhadap kasus tersebut. Apakah, kasus SIAP akan bernasib seperti itu?
- See more at: http://indonesianreview.com/caroline-hutauruk/cara-merampok-dari-pasar-modal#sthash.4XzdO5Rf.dpuf
Pernah menonton film The Wolf of Wall Street? Film ini disutradai oleh Martin Scorsese dengan pemeran utama Leonardo DiCaprio. Dia berperan sebagai pialang bernama Jordan Belfort. Dalam film tersebut diceritakan bagaimana Belfort menipu nasabah melalui perdagangan semu saham murahan.
Dari hasil menipu nasabahnya, Belfort menjadi kaya raya. Rupanya aksi Belfort mulai tercium oleh pihak berwajib. Tapi pencidukan ini tak membuat Belfort insyaf. Dia terus melanjutkan aksi busuknya. Akhirnya, Belfort dan teman-temannya dimasukkan penjara. Maka berakhirlah petualangan si Srigala Wall Street.
Penjahat-penjahat pasar modal tidak hanya ada di Wall Street. Di seluruh negara pasti pernah ada kejadian orang melakukan kejahatan di pasar modal. Kejahatan tersebut bisa dilakukan oleh pialang saham, pemilik perusahaan maupun perusahaan sekuritas. Modus kejahatannya pun berbeda-beda. Seperti, perdagangan orang dalam, perdagangan semu, skema ponzi dan repo (gadai) saham.
Pada dasarnya, repo saham tidak berbeda dengan gadai barang. Debitor memberikan saham sebagai jaminan utangnya. Umumnya, kreditor akan mau meminjamkan uang ketika debitor menjaminkan saham berkualitas bagus. Jika, debitor menggunakan saham perusahaan berkualitas buruk, seharusnya kreditor enggan memberikan pinjaman.
Celakanya kalau si kreditor dapat dikelabui oleh penjahat pasar modal. Caranya, dengan membuat seakan-akan perusahaan berkualitas buruk tersebut mempunyai prospek bagus berkat aksi korporasinya. Setelah, itu penjahat pasar modal akan menciptakan perdagangan semu di bursa saham. Tujuannya, agar saham perusahaan berkualitas buruk tersebut likuid di bursa saham.
Kali ini penjahat pasar modal mengunakan saham PT Sekawan Intipratama, Tbk (SIAP) sebagai landasan untuk transaksi repo. Sebelum di repo, SIAP melakukan aksi korporasi terlebih dahulu, agar tampak menjadi perusahaan berprospek kinclong. Maklum, SIAP merupakan perusahaan tidak bagus. Asetnya berdasarkan laporan keuangan 2013 setahun penuh, cuma sebesar Rp 272 miliar, dengan laba bersih hanya Rp 600 juta.
Di tahun 2014, SIAP melakukan aksi korporasi berupa akuisisi RITS Venture Ltd dengan harga perolehan Rp 4,7 triliun. RITS sendiri merupakan pemegang saham mayoritas PT Indo Wana Bara Mining (IWBM). Berdasarkan taksiran Kantor Jasa Penilai Publik Yanuar Bey dan Rekan, nilai cadangan batu bara IWBM sebesar Rp 9,2 triliun.
Karena SIAP tidak punya uang untuk mengakusisi saham RITS, lalu mencari uang dengan menerbitkan saham baru. Tidak tangung-tangung, SIAP menerbitkan saham baru 40 kali lipat dari jumlah saham lama. Pembeli siaga dari penerbitan saham baru SIAP ditengarai adalah pemilik mayoritas saham RITS sendiri. Artinya, mantan pemilik saham RITS menjadi pemilik mayoritas saham SIAP.
Dengan melakukan aksi korporasi tersebut. SIAP merubah bentuk usahanya (back door listing) dari perusahaan plastik menjadi perusahaan pertambangan. Komposisi pemegang sahan SIAP pun berubah. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 setahun penuh, komposisi pemegang saham SIAP adalah Fundamental Resourche Pte Ltd (82,10%), UBS AG Singapore (7,58), dan Publik (10,32%). Asset SIAP juga melonjak menjadi 4,97 triliun.
Akibat perubahan pemegang saham tentunya susunan komisaris dan direksi SIAP banyak mengalami perubahan. Dalam susunan komisaris Akte no 62 tahun tanggal 21 November 2014 muncul nama Reiner A. Latief (Komisaris Utama), Chandra Purwanto (Komisaris Independen), Erry Firmansyah (Komisaris Independen) dan Yuli Sudargo (Komisaris). Sedangkan dalam susunan direksi masuk nama M. Suluhuddin Noor (Direktur Utama), Agustanzil Sjachroezah (Direktur), C. Jeffrey Messakh (Direktur), Gautam Kunzru (Direktur).
Rupanya komposisi pemegang saham SIAP tidak bertahan lama. Berdasarkan laporan keuangan triwulan II tahun 2015, komposisi pemegang saham SIAP menjadi Fundamental Resources Pte Ltd (43,99%), UBS AG Singapore (7,13%), PT Evio Securities (8,23%), Michael Widjaya (6,39%) dan Publik (34,26%).
Akibat perubahan komposisi pemegang saham tersebut, susunan komisaris dan direktur SIAP juga mengalami perubahan. Melalui Akte no 90 tanggal 26 Juni 2015, posisi Komisaris Utama dari Reiner A. Latief diserahkan kepada Chris Victor Ponto, sedangkan Gautam Kunzru dari direktur dinaikkan menjadi Komisaris.
Naiknya saham di publik mengindikasikan terjadi transaksi repo saham SIAP. Ketika tidak bisa membayar utangnya, debitor menjual saham SIAP di bursa (forced sell). Pastinya, harga saham SIAP menjadi longsor. Tiga perusahaan efek yang memfasilitasi transaksi repo tersebut diberikan hukuman berupa pembekuan kegiatan. Tiga perusahaan efek tersebut adalah, Darareksa Sekuritas, Reliance Sekuritas dan Milenium Danatama Sekuritas.
Kasus saham SIAP semakin mencoreng BEI. Tahun, 2007, dunia pasar modal dicengangkan melalui goreng-mengoreng saham Sigmagold IntiPerkasa, Tbk d/h Agis , Tbk (TMPI). Sayangnya, sampai sekarang tidak jelas siapa yang bertangung jawab terhadap kasus tersebut. Apakah, kasus SIAP akan bernasib seperti itu?
- See more at: http://indonesianreview.com/caroline-hutauruk/cara-merampok-dari-pasar-modal#sthash.4XzdO5Rf.dpuf