IHSG Masih Terseok-Seok
https://kabar22.blogspot.com/2015/09/ihsg-masih-terseok-seok.html
JAKARTA, BOKBERITA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada awal transaksi perdagangan awal pekan (21/9). Berdasarkan data RTI, pada pukul 09.15 WIB, indeks tercatat turun 0,42% menjadi 4.361,53.
Sementara itu, ada delapan sektor yang menggerus tenaga indeks. Tiga sektor dengan penurunan terbesar di antaranya: sektor keuangan turun 0,73%, sektor barang konsumen turun 0,74%, dan sektor industri dasar turun 0,64%. Sedangkan dua sektor yang bergerak positif yakni sektor agrikultur dan sektor infrastruktur dengan kenaikan masing-masing 0,31% dan 0,04%.
Saham-saham yang berada di jajaran top gainers pagi ini di antaranya: PT Provident Agro Tbk (PALM) naik 14,41% menjadi Rp 675, PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) naik 11,21% menjadi Rp 645, dan PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) naik 10,37% menjadi Rp 1.490.
Pergerakan IHSG sejalan dengan situasi pasar saham regional. Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 10.01 waktu Sydney, indeks MSCI Asia Pacific -di luar bursa Jepang- tergerus 0,6% menjadi 410,10.
Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,4% dan indeks Kospi Korea Selatan turun 1,1%. Adapun indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru turun 0,1%. Hari ini, bursa Jepang ditutup karena libur nasional.
Pasar saham di kawasan regional menurun karena adanya perdebatan oleh sejumlah anggota The Federal Reserve terkait suku bunga acuan yang akan naik pada tahun ini atau tidak. Sekadar informasi, pada pekan lalu, sejumlah anggota The Fed secara terpisah menjelaskan alasan rasional untuk mendukung kebijakan kenaikan suku bunga pada dua pertemuan akhir the Fed di tahun ini. Mereka mengemukakan alasan angka pengangguran dan data-data positif ekonomi AS lainnya yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tahan banting dari perlambatan ekonomi global.
"The Fed sepertinya mendapat kritikan dari banyak sisi. Dengan kejatuhan pasar pasca pertemuan mereka yang dovish, kami yakin kredibilitas mereka saat ini dipertanyakan. Kami terus meyakini, investor jangka panjang harus memegang dana tunai lebih banyak pada saat ini," jelas Stewart Richardson, chief investment officer RMG Wealth Management LLP di London. (bazz/kontan)