Heboh Rizal Ramli, Kabinet Jokowi "Hidup"

BLOKBERITA -- Setelah duduk di kabinet, Rizal Ramli tak berhenti melancarkan kritik. Apakah sebelumnya sudah ada deal-deal dengan Presiden Jokowi?

Ketika Presiden Jokowi mengangkat Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, 12 Agustus lalu, banyak orang terperanjat dan merasa heran. Kenapa Jokowi sampai nekat memilih Rizal, yang dulu jelas-jelas sering mengkritiknya dengan kata-kata yang sangat tajam?

Sebelum duduk di kabinet, banyak lontaran kritik disampaikan Rizal ke pemerintahan Jokowi. Mulai dari pemilihan menteri yang kebanyakan KW (kualitas)  2 dan 3 hingga kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM. Rizal sangat tidak suka dengan kebijakan itu. Ia lebih condong pemerintah tetap memberikan subsidi yang memadai bagi rakyat Indonesia.

Repotnya, Rizal tak bisa menghentikan kebiasaannya dalam melontarkan kritik. Baru beberapa hari dilantik, Rizal sudah mengkritik rencana Menteri BUMN menyetujui Garuda Indonesia untuk membeli 30 unit Airbus 350 XWB. Alasannya, langkah itu akan merugikan Garuda sendiri. Apalagi, rute-rute yang dipillih maskapai sangat tidak menguntungkan.

Menteri BUMN Rini Soemarno tentu saja berang. Kata dia, pernyataan Rizal sudah melewati batas karena mencampuri urusan kementerian lain. “Jangan ada yang mencampuri Garuda di luar Kemenko Perekonomian," kata Rini.

Konfrontasi dengan Rini meredup, Rizal kemudian melancarkan kritikannya terhadap atasannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia bilang, mega proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt yang digagas Jusuf Kalla adalah hal yang mustahil. "Saya mengingatkan, marilah kita lebih realistis. Jangan menjanjikan hal-hal yang terlalu berlebihan," kata Rizal.

Yang tak kalah konyol, Rizal mengajak atasannya itu untuk berdebat di depan publik tentang proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt itu. "Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum," ucap Rizal.

Secara etika politik memang tidak pantas seorang menteri berkonfrontasi dengan atasannya atau sesama rekan kerjanya, apalagi disampaikan lewat media. Kalau tidak sejalan,  tolak saja duduk di kabinet.

Namun secara etika moral, keberanian Rizal menyuarakan kebenaran yang diyakini benar, harus diapresiasi. Sebab, biasanya orang kalau sudah diberikan jabatan, hilang daya kritisnya.

Rizal memang lain dari kebanyakan menteri. Menteri kontroversial yang satu ini tidak takut untuk melontarkan kritikannya. Bahkan, kelihatannya, ia tidak khawatir jabatan yang baru diembannya lepas. Ini bukan mustahil, kalau Rizal tak mengubah sikapnya.

Tapi kita juga tidak tahu deal-deal apa yang terjadi sebelum Jokowi mengajak ekonom vokal ini duduk di Kabinet Kerja. Atau bisa jadi Rizal minta persyaratan, bersedia duduk di kabinet asal tidak dikekang bersuara kritis.

Yang jelas, kritikan yang dilontarkan Rizal kepada sesama menteri, bahkan menantang Wakil Presiden Jusuf Kalla,  yang disampaikan lewat media bisa membuat gaduh kabinet, dan bukan tak mungkin memperburuk kondisi perekonomian nasional. Sebab, ekonomi bukan hanya tentang potensi, melainkan juga tentang persepsi pemerintah dapat bekerja baik, kata Tajuk Rencana Kompas hari ini.

Namun dengan kehebohan yang di 'mainkan' rizal Ramli justeru telah membuat kabinet kerja Jokowi jadi 'hidup', publik jadi lebih mengerti bahwasanya Jokowi punya "Kabinet Menteri". (bmw/Inrev).

nesianReview.com -- Setelah duduk di kabinet, Rizal Ramli tak berhenti melancarkan kritik. Apakah sebelumnya sudah ada deal-deal dengan Presiden Jokowi? 
Ketika Presiden Jokowi mengangkat Rizal Ramli sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, 12 Agustus lalu, banyak orang terperanjat dan merasa heran. Kenapa Jokowi sampai nekat memilih Rizal, yang dulu jelas-jelas sering mengkritiknya dengan kata-kata yang sangat tajam?
Sebelum duduk di kabinet, banyak lontaran kritik disampaikan Rizal ke pemerintahan Jokowi. Mulai dari pemilihan menteri yang kebanyakan KW (kualitas)  2 dan 3 hingga kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM. Rizal sangat tidak suka dengan kebijakan itu. Ia lebih condong pemerintah tetap memberikan subsidi yang memadai bagi rakyat Indonesia.
Repotnya, Rizal tak bisa menghentikan kebiasaannya dalam melontarkan kritik. Baru beberapa hari dilantik, Rizal sudah mengkritik rencana Menteri BUMN menyetujui Garuda Indonesia untuk membeli 30 unit Airbus 350 XWB. Alasannya, langkah itu akan merugikan Garuda sendiri. Apalagi, rute-rute yang dipillih maskapai sangat tidak menguntungkan.
Menteri BUMN Rini Soemarno tentu saja berang. Kata dia, pernyataan Rizal sudah melewati batas karena mencampuri urusan kementerian lain. “Jangan ada yang mencampuri Garuda di luar Kemenko Perekonomian," kata Rini.
Konfrontasi dengan Rini meredup, Rizal kemudian melancarkan kritikannya terhadap atasannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ia bilang, mega proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt yang digagas Jusuf Kalla adalah hal yang mustahil. "Saya mengingatkan, marilah kita lebih realistis. Jangan menjanjikan hal-hal yang terlalu berlebihan," kata Rizal.
Yang tak kalah konyol, Rizal mengajak atasannya itu untuk berdebat di depan publik tentang proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt itu. "Kalau mau paham, minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya, kita diskusi di depan umum," ucap Rizal.
Secara etika politik memang tidak pantas seorang menteri berkonfrontasi dengan atasannya atau sesama rekan kerjanya, apalagi disampaikan lewat media. Kalau tidak sejalan,  tolak saja duduk di kabinet.
Namun secara etika moral, keberanian Rizal menyuarakan kebenaran yang diyakini benar, harus diapresiasi. Sebab, biasanya orang kalau sudah diberikan jabatan, hilang daya kritisnya.
Rizal memang lain dari kebanyakan menteri. Menteri kontroversial yang satu ini tidak takut untuk melontarkan kritikannya. Bahkan, kelihatannya, ia tidak khawatir jabatan yang baru diembannya lepas. Ini bukan mustahil, kalau Rizal tak mengubah sikapnya.
Tapi kita juga tidak tahu deal-deal apa yang terjadi sebelum Jokowi mengajak ekonom vokal ini duduk di Kabinet Kerja. Atau bisa jadi Rizal minta persyaratan, bersedia duduk di kabinet asal tidak dikekang bersuara kritis.
Yang jelas, kritikan yang dilontarkan Rizal kepada sesama menteri, bahkan menantang Wakil Presiden Jusuf Kalla,  yang disampaikan lewat media bisa membuat gaduh kabinet, dan bukan tak mungkin memperburuk kondisi perekonomian nasional. Sebab, ekonomi bukan hanya tentang potensi, melainkan juga tentang persepsi pemerintah dapat bekerja baik, kata Tajuk Rencana Kompas hari ini.
- See more at: http://indonesianreview.com/satrio/heboh-rizal-ramli#sthash.9wwBj3pv.dpuf
View

Related

NASIONAL 4100588595244140957

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item