China akan Collapse !

BLOKBERITA -- PBOC sepertinya tidak sadar bahwa penyakit utama dari ekonomi China bukanlah menurunya angka ekspor, tapi terlalu besarnya utang luar negeri China dalam bentuk USD.

Dalam tiga hari berturut-turut People’s Bank of China (PBOC) melemahkan Yuan terhadap USD. Awalnya memang sukses, dan pasar modal beberapa negara pun mengalami penurunan cukup dalam.

Tapi itu tidak bertahan lama. Setelah sadar, para investor dan pedagang di pasar uang dan modal kembali berfikir realitis, bahwa pelemahan Yuan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap ekspor Cina. Alasannya, selama ini nilai Yuan telah dimanipulasi oleh pemerintah China.

Nilai Yuan dibandingkan USD  secara teoritis sebenarnya telah dibawah nilai sebenarnya (undervalue). Dengan, melemahkan nilai Yuan, mata uang China ini akan makin undervalue. Padahal nilai suatu mata uang, cepat atau lambat, akan kembali ke nilai sebenarnya.

Manipulasi Yuan oleh PBoC sudah berlangsung semenjak booming pertumbuhan ekonomi Cina yang dimulai pada era Deng Xiaoping. Manipulasi itu bertujuan agar barang-barang China berharga murah dibandingkan dengan barang-barang negara lain, sehingga ekspor Cina selalu berjaya.

Struktur pertumbuhan ekonomi Cina memang mengandalkan ekspor dibandingkan konsumsi masyarakatnya. Akibatnya, ketika ekspornya menurun mereka panik. PBoC berharap bahwa dengan melemahkan Yuan, ekspor Cina akan kembali pulih. PBoC tampaknya tak perduli bahwa penurunan ekspor Cina sesungguhnya disebabkan oleh lesunya perekonomian dunia. Jadi, jelas bahwa penurunan ekspor Cina bukan disebabkan dari sisi harga barang, tapi akibat dari sisi permintaan dunia yang melemah.

Awalnya, dalam memanipulasi Yuan, PBoC memborong surat utang Amerika Serikat (AS). Mereka tidak peduli dengan imbal hasil yang kecil. Sebab tujuannya adalah sekedar untuk menjaga nilai Yuan tetap rendah. Hasilnya, cadangan devisa Cina dalam bentuk USD membengkak sampai menjadi yang terbesar di dunia, yaitu sekitar USD 3 triliun.

Besarnya cadangan devisa Cina sering membuat orang terpukau. Padahal jika dibanding utang luar negeri China yang mencapai USD 49 triliun, cadangan devisa itu sangat kecil.  Dampak dari besarnya utang luar negeri China tercermin dari tingginya debt service ratio (perbadingan antara ekspor dibandingkan cicilan utang ditambah bunga) Cina, yaitu sebesar 42%.

Kenyataan tersebut membuat cadangan devisa tergerus terus menerus. Merasa peluru sudah mulai menipis, untuk mempertahankan nilai Yuan agar tetap lemah, PBoC melemahkan nilai Yuan. Selain untuk memacu ekspor, PBoC juga berharap langkahnya akan menekan impor.

PBoC tentu saja juga berharap bahwa pelemahan Yuan akan berdampak positif pada harga-harga saham. Maklum, bursa China dalam beberapa bulan belakangan merosot sangat dalam. Tapi, sayangnya mereka tidak sadar bahwa saham di China memang sudah terlalu mahal. Maka, langkah yang telah diambil PBoC membuat resiko kurs dan investasi saham di Cina semakin tinggi.

PBoC sepertinya tidak sadar bahwa penyakit utama dari ekonomi China bukanlah menurunnya angka ekspor, tapi terlalu besarnya jumlah utang luar negeri Cina dalam bentuk USD. Tahun ini saja, sudah ada beberapa perusahaan Cina gagal bayar utang, salah satunya adalah BUMN China bernama Baoding Tianwei Group.

Dengan demikian, langkah PBoC menurunkan nilai Yuan justru membuat utang luar negeri Cina membengkak. Akibatnya, Kejatuhan ekonomi Cina akan semakin cepat, dan semoga tidak membuat negeri berusia ribuan tahun ini bubar! (Inrev).

donesianReview.com -- PBoC sepertinya tidak sadar bahwa penyakit utama dari ekonomi Cina bukanlah menurunya angka ekspor, tapi terlalu besarnya utang luar negeri Cina dalam bentuk USD.
Dalam tiga hari berturut-turut People’s Bank of China (PBOC) melemahkan Yuan terhadap USD. Awalnya memang sukses, dan pasar modal beberapa negara pun mengalami penurunan cukup dalam.
Tapi itu tidak bertahan lama. Setelah sadar, para investor dan pedagang di pasar uang dan modal kembali berfikir realitis, bahwa pelemahan Yuan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap ekspor Cina. Alasannya, selama ini nilai Yuan telah dimanipulasi oleh pemerintah Cina.
Nilai Yuan dibandingkan USD  secara teoritis sebenarnya telah dibawah nilai sebenarnya (undervalue). Dengan, melemahkan nilai Yuan, mata uang Cina ini akan makin undervalue. Padahal nilai suatu mata uang, cepat atau lambat, akan kembali ke nilai sebenarnya.
Manipulasi Yuan oleh PBoC sudah berlangsung semenjak booming pertumbuhan ekonomi Cina yang dimulai pada era Deng Xiaoping. Manipulasi itu bertujuan agar barang-barang Cina berharga murah dibandingkan dengan barang-barang negara lain, sehingga ekspor Cina selalu berjaya.
Struktur pertumbuhan ekonomi Cina memang mengandalkan ekspor dibandingkan konsumsi masyarakatnya. Akibatnya, ketika ekspornya menurun mereka panik. PBoC berharap bahwa dengan melemahkan Yuan, ekspor Cina akan kembali pulih. PBoC tampaknya tak perduli bahwa penurunan ekspor Cina sesungguhnya disebabkan oleh lesunya perekonomian dunia. Jadi, jelas bahwa penurunan ekspor Cina bukan disebabkan dari sisi harga barang, tapi akibat dari sisi permintaan dunia yang melemah.
Awalnya, dalam memanipulasi Yuan, PBoC memborong surat utang Amerika Serikat (AS). Mereka tidak peduli dengan imbal hasil yang kecil. Sebab tujuannya adalah sekedar untuk menjaga nilai Yuan tetap rendah. Hasilnya, cadangan devisa Cina dalam bentuk USD membengkak sampai menjadi yang terbesar di dunia, yaitu sekitar USD 3 triliun.
Besarnya cadangan devisa Cina sering membuat orang terpukau. Padahal jika dibanding utang luar negeri Cina yang mencapai USD 49 triliun, cadangan devisa itu sangat kecil.  Dampak dari besarnya utang luar negeri Cina tercermin dari tingginya debt service ratio (perbadingan antara ekspor dibandingkan cicilan utang ditambah bunga) Cina, yaitu sebesar 42%.
Kenyataan tersebut membuat cadangan devisa tergerus terus menerus. Merasa peluru sudah mulai menipis, untuk mempertahankan nilai Yuan agar tetap lemah, PBoC melemahkan nilai Yuan. Selain untuk memacu ekspor, PBoC juga berharap langkahnya akan menekan impor.
PBoC tentu saja juga berharap bahwa pelemahan Yuan akan berdampak positif pada harga-harga saham. Maklum, bursa Cina dalam beberapa bulan belakangan merosot sangat dalam. Tapi, sayangnya mereka tidak sadar bahwa saham di Cina memang sudah terlalu mahal. Maka, langkah yang telah diambil PBoC membuat resiko kurs dan investasi saham di Cina semakin tinggi.
PBoC sepertinya tidak sadar bahwa penyakit utama dari ekonomi Cina bukanlah menurunnya angka ekspor, tapi terlalu besarnya jumlah utang luar negeri Cina dalam bentuk USD. Tahun ini saja, sudah ada beberapa perusahaan Cina gagal bayar utang, salah satunya adalah BUMN Cina bernama Baoding Tianwei Group.
Dengan demikian, langkah PBoC menurunkan nilai Yuan justru membuat utang luar negeri Cina membengkak. Akibatnya, Kejatuhan ekonomi Cina akan semakin cepat, dan semoga tidak membuat negeri berusia ribuan tahun ini bubar!
- See more at: http://indonesianreview.com/daniel-rudi/cina-tidak-akan-selamat#sthash.a06yzjtF.dpuf
View

Related

HEADLINES 2062519333431607144

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item