Madam Susi: Aku Kudu Piye ?

https://kabar22.blogspot.com/2015/06/madam-susi-aku-kudu-piye.html
JAKARTA, BLOKBERITA -- Menteri
Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku tak habis pikir dengan
pihak-pihak yang selalu menuduhnya melakukan pencitraan di depan media
massa. Padahal, kata dia, apa yang dilakukannya selama menjabat posisi
menteri adalah untuk Indonesia.
" Jadi serba susah. Aku kudu piye? Gini salah, gitu salah. Saya ini cuma mau ikan banyak, nelayan dapat ikan, laut Indonesia jadi milik Indonesia. Asingnya tidak boleh. Mereka bikin pabrik bikin apa boleh, tapi masa yang tangkap orang luar negeri," ujar Susi dalam acara diskusi RRI di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Menteri asal Pangandaran Jawa Barat itu mengatakan, anggota DPR justru sering menyebut Susi Pudjiastuti adalah media darling, pemberitaannya selalu bagus. Padahal, Susi malah merasa sering dipojokkan media. Ranah privacy-nya kadang dijadikan ranah publik oleh media.
Sering dibilang media darling, Susi pun mengaku sempat menumpahkan unek-uneknya dihadapan Anggota Dewan saat rapat kerja. Dia meminta, kalau bisa DPR menghentikan wartawan yang selalu mengejar-mengejarnya.
" Aku ini kerja, sama kaya orang gila, sama media di-bully. Di DPR dibilang pencitraan. dikritik habis. Saya bilang 'Pak kalau bapak bisa hentikan itu wartawan ikuti saya, saya senang sekali'. Saya bilang gitu," kata Susi sembari tertawa.
Meski begitu, Susi juga mengakui bahwa peran media di era keterbukaan publik seperti saat ini sangat penting. Program-program pemerintah yang sudah sejak lama putus di tengah jalan, tak sampai kekuping masyarakat, bisa teratasi dengan adanya pemberitaan media.
Bahkan, kata dia, kampanye-kampanye disektor perikanan bisa sukses dengan adanya dukungan media.
Di- 'Bully' Media
Sosok Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti yang nyentrik tak bisa dimungkiri memiliki magnet tersendiri bagi masyarakat. Namun, jangan dikira semua orang terhipnotis dengan aksi Susi.
Kritikan keras bahkan tudingan pencitraan kerap kali terlontar dari mulut para anggota Dewan di Parlemen saat rapat kerja. Namun begitu, siapa bilang Susi merasa jadi media darling seperti yang dituduhkan para anggota Dewan.
Menteri asal Pangandaran, Jawa Barat, itu justru merasa menjadi menteri yang paling sering di-bully media. "Saya coba kampanye di media, tapi sama DPR dibilang pencitraan, serba salah negeri ini. Media harus dukung ayo makan ikan. Illegal fishing, ditenggelamkan. Selama ini yang rajin omong cuma saya. Sekarang dibilang media darling, aku pikir aku ini bukan media darling, tapi menteri paling sering di-bully sama wartawan ini," ujar Susi dalam acara diskusi RRI di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Sontak, celetukan Susi itu membuat seisi ruangan riuh. Bahkan, wartawan dan peserta diskusi pun sampai tertawa geli. Susi pun menyebutkan bukti bahwa dirinya jadi obyek bullying di media. "Fotonya Susi Pudjiastuti enggak ada yang keluar (di media) itu manis, cantik, coba. Adanya yang rambutnya inilah, pokoknya yang enggak karu-karuan. Itu adalah (bukti) publik bully media," kata Susi, tersenyum.
Bahkan karena sering melihat foto dirinya di media seperti itu, Susi sempat mempertanyakannya kepada wartawan di Istana Negara. "Saya bilang tuh sama wartawan di istana, 'Kalian punya enggak foto saya yang bagus?'. Masa ceprat-cepret (foto) saya 100 kali, yang keluar di media yang melototlah, sampai foto tahun 2007 dikeluarkan juga. Saya laporkan Komnas HAM suatu saat nanti lho," kata Susi.
Unek-unek Susi yang disampaikan dengan candaan itu tak hanya membuat wartawan dan peserta diskusi tertawa, moderator diskusi Wahyu Muradi dan pembicara lainnya, yaitu Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas dan Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB Arif Satria, juga ikut tertawa geli.
Diskusi yang dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.50 WIB itu pun ditutup dengan buka puasa bersama. Di akhir acara, Susi bilang bahwa dirinya hanya menginginkan hak yang sederhana. "Saya ini cuma mau ikan banyak, nelayan dapat ikan, laut Indonesia ya milik Indonesia, asingnya tidak boleh. Mereka bikin pabrik bikin apa boleh, tapi masak yang tangkap orang luar negeri!" tandasnya.
[ bmw / kmps ]
" Jadi serba susah. Aku kudu piye? Gini salah, gitu salah. Saya ini cuma mau ikan banyak, nelayan dapat ikan, laut Indonesia jadi milik Indonesia. Asingnya tidak boleh. Mereka bikin pabrik bikin apa boleh, tapi masa yang tangkap orang luar negeri," ujar Susi dalam acara diskusi RRI di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Menteri asal Pangandaran Jawa Barat itu mengatakan, anggota DPR justru sering menyebut Susi Pudjiastuti adalah media darling, pemberitaannya selalu bagus. Padahal, Susi malah merasa sering dipojokkan media. Ranah privacy-nya kadang dijadikan ranah publik oleh media.
Sering dibilang media darling, Susi pun mengaku sempat menumpahkan unek-uneknya dihadapan Anggota Dewan saat rapat kerja. Dia meminta, kalau bisa DPR menghentikan wartawan yang selalu mengejar-mengejarnya.
" Aku ini kerja, sama kaya orang gila, sama media di-bully. Di DPR dibilang pencitraan. dikritik habis. Saya bilang 'Pak kalau bapak bisa hentikan itu wartawan ikuti saya, saya senang sekali'. Saya bilang gitu," kata Susi sembari tertawa.
Meski begitu, Susi juga mengakui bahwa peran media di era keterbukaan publik seperti saat ini sangat penting. Program-program pemerintah yang sudah sejak lama putus di tengah jalan, tak sampai kekuping masyarakat, bisa teratasi dengan adanya pemberitaan media.
Bahkan, kata dia, kampanye-kampanye disektor perikanan bisa sukses dengan adanya dukungan media.
Di- 'Bully' Media
Sosok Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti yang nyentrik tak bisa dimungkiri memiliki magnet tersendiri bagi masyarakat. Namun, jangan dikira semua orang terhipnotis dengan aksi Susi.
Kritikan keras bahkan tudingan pencitraan kerap kali terlontar dari mulut para anggota Dewan di Parlemen saat rapat kerja. Namun begitu, siapa bilang Susi merasa jadi media darling seperti yang dituduhkan para anggota Dewan.
Menteri asal Pangandaran, Jawa Barat, itu justru merasa menjadi menteri yang paling sering di-bully media. "Saya coba kampanye di media, tapi sama DPR dibilang pencitraan, serba salah negeri ini. Media harus dukung ayo makan ikan. Illegal fishing, ditenggelamkan. Selama ini yang rajin omong cuma saya. Sekarang dibilang media darling, aku pikir aku ini bukan media darling, tapi menteri paling sering di-bully sama wartawan ini," ujar Susi dalam acara diskusi RRI di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (22/6/2015).
Sontak, celetukan Susi itu membuat seisi ruangan riuh. Bahkan, wartawan dan peserta diskusi pun sampai tertawa geli. Susi pun menyebutkan bukti bahwa dirinya jadi obyek bullying di media. "Fotonya Susi Pudjiastuti enggak ada yang keluar (di media) itu manis, cantik, coba. Adanya yang rambutnya inilah, pokoknya yang enggak karu-karuan. Itu adalah (bukti) publik bully media," kata Susi, tersenyum.
Bahkan karena sering melihat foto dirinya di media seperti itu, Susi sempat mempertanyakannya kepada wartawan di Istana Negara. "Saya bilang tuh sama wartawan di istana, 'Kalian punya enggak foto saya yang bagus?'. Masa ceprat-cepret (foto) saya 100 kali, yang keluar di media yang melototlah, sampai foto tahun 2007 dikeluarkan juga. Saya laporkan Komnas HAM suatu saat nanti lho," kata Susi.
Unek-unek Susi yang disampaikan dengan candaan itu tak hanya membuat wartawan dan peserta diskusi tertawa, moderator diskusi Wahyu Muradi dan pembicara lainnya, yaitu Wakil Ketua DPD RI GKR Hemas dan Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB Arif Satria, juga ikut tertawa geli.
Diskusi yang dimulai pukul 16.00 WIB dan berakhir pada pukul 17.50 WIB itu pun ditutup dengan buka puasa bersama. Di akhir acara, Susi bilang bahwa dirinya hanya menginginkan hak yang sederhana. "Saya ini cuma mau ikan banyak, nelayan dapat ikan, laut Indonesia ya milik Indonesia, asingnya tidak boleh. Mereka bikin pabrik bikin apa boleh, tapi masak yang tangkap orang luar negeri!" tandasnya.
[ bmw / kmps ]