Berdalih Ketahanan Energi Harga BBM & Elpiji Dinaikan. Rakyat Sengsara, Mafia Pesta-Pora !
https://kabar22.blogspot.com/2015/04/berdalih-ketahanan-energi-harga-bbm.html
JAKARTA, BLOKBERITA – Harga BBM dan Elpiji 12 kilogram (kg) telah mengalami kenaikan. Padahal, pemerintah era Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru beberapa bulan menjabat.
Menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng, fluktuasinya harga energi di Indonesia merupakan salah satu upaya pemerintah membiasakan masyarakat menuju pada ketahanan energi.
" Tujuannya ini menuju ketahanan energi, mengenai harga minyak turun, kan memang pernah turun, pemerintah berupaya membiasakan masyarakat itu suatu hal yang biasa," kata Andy di Bumbu Desa Cikini, Jakarta.
Andy menuturkan, ke depan pemerintah harus lebih mendorong penggunaan renewable resource agar dapat mengendalikan sendiri harga-harga komoditas.
" Karena minyak di Indonesia ini sebagai ekonomik, setiap harga minyak naik itu ya semuanya naik, karena semuanya digerakan oleh minyak," tambahnya.
Dirinya mencontohkan, seperti angkutan transportasi yang hampir seluruhnya digerakan oleh minyak. Salah satunya kereta api yang digerakan oleh listrik namun listrik tersebut berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar minyak.
" Ini ke depan harus berubah, seperti kereta harus diubah dari listrik yang berasal dari pembangkit energi baru, bukan lagi yang minyak, karena dimanapun harus di hemat, terutama karbon sehingga tidak bisa diperbaharui," pungkasnya.
Permainan Mafia
Menurut Direktur Center For Budget Analysis Uchok Sky Khadafi, harga bahan bakar minyak (BBM) premium saat ini tidak sesuai. Bahkan menurut perhitungannya seharusnya harga premium saat ini hanya mencapai Rp6.300 per liter.
Berdasarkan hal itu, dirinya mencurigai adanya mafia dalam penetapan harga BBM per 1 April kemarin. " Perhitungan saya harusnya itu Rp6.300, jadi ada selisih Rp1.500 dari peritel. Karena tidak sesuai maka saya katakan ini kenaikan harga dari mafia BBM," tuturnya di Warung Daun, Cikini, Jakarta.
Dengan demikian, dirinya menghitung setidaknya mafia yang bermain di dalamnya akan meraup keuntungan sebesar Rp 360 miliar per bulan. Perhitungan tersebut dengan asumsi hilangnya BBM sebesar 1.500 barel per bulan.
" Jadi per tahunnya bisa mencapai Rp 4,3 triliun mafia dapet dari konsumen BBM Indonesia," tukasnya.
Oleh karena itu Uchok menilai keputusan pemerintah untuk menaikan harga BBM kemarin bukan untuk mengamankan sektor energi dari kerugian, melainkan guna melindungi mafia yang bermain di pasar energi Indonesia.
Namun, di tempat yang sama, juru bicara Kementerian ESDM Saleh Abdurrahman membantah hal tersebut. Menurutnya pemerintah sudah cukup transparan dalam menentukan harga BBM.
" Sama sekali tidak benar, kita sudah presentasikan secara terbuka, sangat terbuka struktur biaya mengapa kita sampai ke harga Rp7.300 dan itu media bisa akses. Sehingga tidak ada yang perlu kita sembunyikan," tegasnya.
[ okez / bbcom / mrhill ]