Katanya Presiden Wong Cilik, Tapi Harga Barang dan Sembako Kok Naik Terus?

BLOKBERITA -- Rencana pemerintah menaikan harga BBM dan mencabut subsidi gas elpiji 3 kg dipandang akan semakin menambah beban masyarakat. Pasalnya, dengan adanya kenaikan BBM saja imbasnya sangat luas pada kebutuhan pokok lainnya, belum lagi jika subsidi gas elpiji 3 kg dicabut.

Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman memandang, naiknya kebutuhan pokok secara tidak langsung memaksa biaya pengeluaran masyarakat harus bertambah. Namun jika tidak diimbangi dengan pemasukan yang lebih tentu akan semakin merepotkan.

"Sebagai contoh jika sekarang satu kali makan di warteg bisa Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu, mungkin pada April nanti bisa sampai Rp 25 ribu per sekali makan. Apa ini tidak menyengsarakan rakyat?," kritiknya, Jumat (27/3).

Terlebih lagi jika Presiden Joko Widodo sampai harus membanding-bandingkan kondisi rupiah melemah dengan sesama rezim Orde Baru berkuasa. Sikap presiden itu dinilainya sangat tidak elok. Pasalnya, kondisi sesama Orda berbeda dengan saat ini.

Jajat menekankan, sekarang yang dibutuhkan rakyat adalah solusi nyata, bukan hanya sebatas teori perbandingan rezim penguasa. Ia pun mengingatkan, sebaiknya pemerintah jika akan mengambil kebijakan lebih mengedepankan kepentingan rakyat, terutama masyarakat menengah ke bawah.

"Katanya presiden wong cilik, kalau nyengasarain rakyat kecil bukan presiden wong cilik namanya, tapi presiden pengusaha," sindirnya.
[rmol / sir]
View

Related

POLITIK 4019404733874835581

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item