USD Melemah, Rupiah Bangkit
https://kabar22.blogspot.com/2016/03/usd-melemah-rupiah-bangkit.html
JAKARTA, BLOKBERITA — Sentimen negatif di
pasar global serta terjaganya arus dana asing yang masuk ke pasar saham
dan keuangan dalam negeri kembali menyokong rupiah.
Kemarin, Kamis (10/3/2016), nilai tukar rupiah di pasar spot kembali menguat 0,80 persen ke Rp 13.052 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Uniknya, pada kurs tengah BI, mata uang Garuda malah tergerus 0,16 persen ke Rp 13.149 per dollar.
Analis Esandar Arthamas Berjangka, Tonny Mariano, menuturkan, penguatan terjadi lantaran rontoknya dollar AS di pasar global. "Pelaku pasar fokus menanti FOMC pertengahan pekan depan," ujarnya, Kamis (10/3/2016).
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga menyebutkan, masuknya dana asing turut menjaga pergerakan rupiah. Ini menjadi bukti pasar masih percaya pada ekonomi Indonesia. Terlebih lagi, di antara mata uang Asia lain, pergerakan rupiah paling menjanjikan.
Jika hasil pertemuan ECB pada Kamis malam waktu setempat menghasilkan stimulus tambahan di Eropa, dana asing yang masuk ke pasar domestik semakin deras.
Josua memprediksi, hari Jumat (11/3/2016) ini rupiah akan bergerak di Rp 13.000–Rp 13.150 per dollar AS. Sedangkan Tonny menebak di Rp 13.000– Rp 13.100 per dollar AS.
Faktor Domestik-Regional
Kemarin, Kamis (10/3/2016), nilai tukar rupiah di pasar spot kembali menguat 0,80 persen ke Rp 13.052 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Uniknya, pada kurs tengah BI, mata uang Garuda malah tergerus 0,16 persen ke Rp 13.149 per dollar.
Analis Esandar Arthamas Berjangka, Tonny Mariano, menuturkan, penguatan terjadi lantaran rontoknya dollar AS di pasar global. "Pelaku pasar fokus menanti FOMC pertengahan pekan depan," ujarnya, Kamis (10/3/2016).
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga menyebutkan, masuknya dana asing turut menjaga pergerakan rupiah. Ini menjadi bukti pasar masih percaya pada ekonomi Indonesia. Terlebih lagi, di antara mata uang Asia lain, pergerakan rupiah paling menjanjikan.
Jika hasil pertemuan ECB pada Kamis malam waktu setempat menghasilkan stimulus tambahan di Eropa, dana asing yang masuk ke pasar domestik semakin deras.
Josua memprediksi, hari Jumat (11/3/2016) ini rupiah akan bergerak di Rp 13.000–Rp 13.150 per dollar AS. Sedangkan Tonny menebak di Rp 13.000– Rp 13.100 per dollar AS.
Faktor Domestik-Regional
Rupiah berpeluang kembali menguat dengan dukungan sentimen domestik dan regional.
Kemarin, Rabu (9/3/2016) nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,02 persen ke Rp 13.157 per dollar Amerika Serikat jika dibandingkan sehari sebelumnya.
Sementara pada Selasa (8/3/2016), berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia rupiah melemah 0,76 persen ke Rp 13.128.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, pelemahan mata uang Garuda pada Selasa lalu karena adanya aksi profit taking. "Rupiah terkena sentimen dari data neraca perdagangan China," ujarnya.
Tercatat, surplus neraca perdagangan Tiongkok bulan Februari lalu ambruk dari 406 miliar yuan miliar menjadi 210 miliar yuan.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menambahkan, kenaikan cadangan devisa Indonesia Februari yang sebesar 104,5 miliar dollar AS bakal menyokong penguatan rupiah pada Kamis (10/3/2016) ini.
Alhasil, modal asing diperkirakan kembali mengalir deras. Di jangka pendek, rupiah bergerak stabil, mengingat belum terlihat tekanan eksternal. Data ekonomi AS mixed sehingga The Fed belum akan menaikkan suku bunga.
Sementara, penerapan suku bunga negatif Eropa dan Jepang memicu investor melirik rupiah, karena Indonesia menawarkan return lebih tinggi.
Kamis (10/3) Rully memprediksi, rupiah menguat di Rp 13.100 - Rp 13.170 per dollar AS. Senada, Faisyal menebak menguat pada rentang Rp 13.070 - Rp 13.230 per dollar AS.
Kemarin, Rabu (9/3/2016) nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,02 persen ke Rp 13.157 per dollar Amerika Serikat jika dibandingkan sehari sebelumnya.
Sementara pada Selasa (8/3/2016), berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia rupiah melemah 0,76 persen ke Rp 13.128.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, pelemahan mata uang Garuda pada Selasa lalu karena adanya aksi profit taking. "Rupiah terkena sentimen dari data neraca perdagangan China," ujarnya.
Tercatat, surplus neraca perdagangan Tiongkok bulan Februari lalu ambruk dari 406 miliar yuan miliar menjadi 210 miliar yuan.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menambahkan, kenaikan cadangan devisa Indonesia Februari yang sebesar 104,5 miliar dollar AS bakal menyokong penguatan rupiah pada Kamis (10/3/2016) ini.
Alhasil, modal asing diperkirakan kembali mengalir deras. Di jangka pendek, rupiah bergerak stabil, mengingat belum terlihat tekanan eksternal. Data ekonomi AS mixed sehingga The Fed belum akan menaikkan suku bunga.
Sementara, penerapan suku bunga negatif Eropa dan Jepang memicu investor melirik rupiah, karena Indonesia menawarkan return lebih tinggi.
Kamis (10/3) Rully memprediksi, rupiah menguat di Rp 13.100 - Rp 13.170 per dollar AS. Senada, Faisyal menebak menguat pada rentang Rp 13.070 - Rp 13.230 per dollar AS.
[ben/kontan]