Menguak Sang Pelobi "Ulung" Mohammad Riza Chalid
https://kabar22.blogspot.com/2015/12/menguak-sang-pelobi-ulung-mohammad-riza.html
BLOKBERITA -- Tidak banyak orang yang berhasil ‘mendekati’ dan ‘mengambil hati’ sang Ketua DPR. Tetapi Riza sangat gampang melakukannya. Dalam rekaman kasus catut yang diputar di MKD (2/12/2015), Riza bercerita lugas bahwa dialah yang mengumpulkan para elit partai KMP pasca kalah Pilres untuk berbalik mendukung Jokowi.
Riza meminta para elit KMP untuk tidak mengganggu lagi Jokowi-JK dengan tujuan agar bisnis berjalan lancar. Usul Riza itupun disetujui KMP dan terbukti kemudian, KMP tidak pernah lagi mengganggu Jokowi. Hebat, Riza mampu menyihir dan menjinakkan para elit KMP. Terkait negosiasi Freeport, Setya Novanto mempercayakan semuanya kepada Riza. Menurut pengakuan Novanto, bila Riza yang mengatur bisnis di Freeport, mereka semua happy, bisa bersenang-senang, main golf dan beli pesawat Jet.
Baik Riza maupun Novanto, amat yakin bahwa perpanjangan kontrak karya Freeport itu bisa menjadi kenyataan dan disetujui Jokowi. Caranya, melalui Luhut, orang kepercayaan Jokowi. Novanto pun amat yakin Luhut bisa mempengaruhi Jokowi. Karena kalau Jokowi nekat menghentikan kontrak karya Freeport, Jokowi bisa jatuh alias dilengserkan. Hebat, Riza mampu mengatur bisnis di Freeport.
Ditilik dari belakang, kehebatan Riza tercermin dari kemampuannya mengendalikan bisnis Petral selama puluhan tahun. Pria keturunan Arab ini sejak lama dikenal dekat dengan keluarga Cendana, Bambang Trihadmodjo. Ia disebut sebagai ‘penguasa abadi’ bisnis minyak di Indonesia, karena setelah rezim Cendana berakhir, ia berpindah ke rezim Cikeas. Lewat Hatta Rajasa, Reza mampu menusuk masuk ke rezim Cikeas.
Di sana Riza bermanufer dan ikut membantu beberapa anggota keluarga besar SBY untuk memiliki bisnis impor ekspor minyak mentah. Menurut George Aditjondro dalam bukunya ‘Gurita Bisnis Cikeas’, jika dulu Reza (Global Energy Resources) membayar premi keluarga Cendana, maka sekarang Reza membayar Cikeas sebesar 50 sen dollar per barrel.
Jadi kalau ekspor Indonesia 900 ribu barrel perhari, maka yang masuk kepada keluarga SBY diperkirakan mencapai USD 450.000 per hari ditambah bonus boleh mengekspor minyak mentah sebesar 150 barrel per hari. Inilah yang membuat Dirut Pertamina, Karen Agustiasan, pernah mengancam meletakkan jabatan karena tidak tahan menghadapi tekanan Cikeas.
Keberhasilan Riza masuk dalam lingkaran rezim Cikeas, membuat ia leluasa mengatur orang nomor satu di Pertamina. Walaupun Reza dikenal sebagai orang yang rendah hati, namun siapapun pejabat di Pertamina yang melawan perintahnya, dipastikan akan terpental. Hal itu pernah dialami oleh Ari Soemarno, mantan Dirut Pertamina. Saat itu, Ari Soemarno berencana memindahkan Petral dari Singapura ke Batam. Riza tidak setuju dan menganggap rencana Ari Soemarno itu berbahaya. Ari Soemarno selanjutnya dipecat dari Dirut Pertamina.
Maka tak heran jika para pejabat di Pertamina termasuk Direktur Pertamina, akan ‘gemetar dan tunduk’ jika bertemu dengan sosok Riza. Bukti kehebatan Riza juga pernah dirasakan sendiri oleh Dahlan Iskan. Saat itu, Dahlan Iskan sangat bernafsu membubarkan Petral, memindahkan Petral ke Indonesia dan mencegah orang-orang yang menjadi boneka Riza, cs menjadi Direksi Pertamina.
Bahkan Dahlan Iskan sempat berjanji untuk mengalahkan BUMN Malaysia seperti Petronas dalam waktu dua tahun. Namun nafsu Dahlan itu kandas di tengah jalan karena ia takhluk dari Cikeas yang telah disusupi oleh Riza. Dia dengan cerdiknya semakin menusuk ke istana lewat Purnomo Yusgiantoro, Menteri ESDM dan Edhie Wibowo, adik Ny. Ani SBY, dan jelas melalui Hatta Rajasa, besan SBY.
Kedekatan Riza dengan Hatta Rajasa bisa dilihat dari kemesraan mereka pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu Rizalah yang membiayai Obor Rakyat sebagai media partisan dan oportunitis untuk menaikkan popularitas Hatta Rajasa dan mendiskreditkan calon presiden Joko Widodo. Riza juga menggelontorkan puluhan miliar rupiah untuk membeli rumah Polonia di Jalan Cipinan Cempedak I nomor 29, Otista, Jakarta Timur sebagai markas tim pemenang pasangan calon presiden/wakil presiden Prabowo-Hatta.
Riza mengakuisisi Rumah Polonia melalui Majelis Dzikir SBY Nurrussalam Haji Harris Tahir. Dengan kekuatan bisnisnya, Riza juga mampu menghalang-halangi rencana pembangunan kilang pengolahan BBM dan perbaikan kilang-kilang minyak di Indonesia yang memang sudah uzur.
Sebagai contoh, penyelesaian PT TPPI Tuban yang mangkrak dengan kerugian besar negara, disebut-sebut karena pengaruh Riza. Global Energy Resources, induk perusahaan Riza pernah diusut karena temuan penyimpangan laporan penawaran minyak impor ke Pertamina. Tetapi kasus itu hilang tak berbekas dan para penyidiknya diam tak bersuara. Kasus ditutup. Padahal kasus itu hanya sebagian kecil saja.
Di Singapura, nama Riza juga sangat mentereng. Di sana nama Riza amat dikenal oleh semua pengusaha minyak Singapura sebagai pengusaha yang hebat. Tak seorangpun pengusaha minyak di Singapura yang tidak mengenal Riza. Semua pengusaha minyak di Singapura tak berani melawan Riza. Kehebatan Riza tergambar dari cara ia bermain, dimana separuh impor minyak Indonesia Riza kuasai. Bisa dikatakan bahwa Riza merupakan sosok yang membuat Indonesia sangat tergantung dari import BBM.
Karena kehebatannya itulah, maka di negeri Singa, Riza dijuluki sebagai ‘The Gasoline Godfather’ di Singapura. Disebut demikian karena kepiawainya dalam mengurusi tender-tender pengadaan minyak. Riza juga kerap disebut sebagai mafia yang mengatur pat gullipat penjualan minyak impor lewat gurita bisnisnya di Siinngapura, Global Energy Resources.
Perusahaan Riza inilah yang memasok pengadaan minyak mentah untuk Pertamina lewat Petral. Dalam menjalankan gurita bisnisnya, Reza memiliki lima anak perusahaan lainnya, yaitu Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petroleum. Di Indonesia, Riza dikenal sebagai pengusaha kaya raya. Selain perusahaan minyak, Riza diketahui memiliki banyak usaha lainnya.
Riza disebut sebagai pemilik dari Pacific Place, yang di dalamnya ada tempat hiburan anak Kidzania, sebuah mall elit di Jantung Jakarta, di samping beberapa property elit lainnya. Ia juga mengantongi konsesi beberapa tambang dan perkebunan besar yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Riza juga memiliki saham 51% di maskapai Air Asia Indonesia, lewat PT Fersindo. Itulah secuil kehebatan Riza.
Seorang pengusaha yang mampu menusuk masuk ke jantung para elit negeri ini. Dengan kekuatan uangnya, Riza mampu mempengaruhi segala kebijakan para elit baik di legislatif, yudikatif maupun eksekutif di negeri ini. Celakanya, para elit negeri ini sangat gampang disogok, disuap, diiming-iming dengan fasilitas agar menuruti kehendak para pengusaha. Para elit ini kemudian rela dan tega menjual negerinya hanya demi kepentingan pribadi dan keluarganya. Itulah Indonesia, negeri para koruptor.
[ mrbin / fb / bbcom ]
Riza meminta para elit KMP untuk tidak mengganggu lagi Jokowi-JK dengan tujuan agar bisnis berjalan lancar. Usul Riza itupun disetujui KMP dan terbukti kemudian, KMP tidak pernah lagi mengganggu Jokowi. Hebat, Riza mampu menyihir dan menjinakkan para elit KMP. Terkait negosiasi Freeport, Setya Novanto mempercayakan semuanya kepada Riza. Menurut pengakuan Novanto, bila Riza yang mengatur bisnis di Freeport, mereka semua happy, bisa bersenang-senang, main golf dan beli pesawat Jet.
Baik Riza maupun Novanto, amat yakin bahwa perpanjangan kontrak karya Freeport itu bisa menjadi kenyataan dan disetujui Jokowi. Caranya, melalui Luhut, orang kepercayaan Jokowi. Novanto pun amat yakin Luhut bisa mempengaruhi Jokowi. Karena kalau Jokowi nekat menghentikan kontrak karya Freeport, Jokowi bisa jatuh alias dilengserkan. Hebat, Riza mampu mengatur bisnis di Freeport.
Ditilik dari belakang, kehebatan Riza tercermin dari kemampuannya mengendalikan bisnis Petral selama puluhan tahun. Pria keturunan Arab ini sejak lama dikenal dekat dengan keluarga Cendana, Bambang Trihadmodjo. Ia disebut sebagai ‘penguasa abadi’ bisnis minyak di Indonesia, karena setelah rezim Cendana berakhir, ia berpindah ke rezim Cikeas. Lewat Hatta Rajasa, Reza mampu menusuk masuk ke rezim Cikeas.
Di sana Riza bermanufer dan ikut membantu beberapa anggota keluarga besar SBY untuk memiliki bisnis impor ekspor minyak mentah. Menurut George Aditjondro dalam bukunya ‘Gurita Bisnis Cikeas’, jika dulu Reza (Global Energy Resources) membayar premi keluarga Cendana, maka sekarang Reza membayar Cikeas sebesar 50 sen dollar per barrel.
Jadi kalau ekspor Indonesia 900 ribu barrel perhari, maka yang masuk kepada keluarga SBY diperkirakan mencapai USD 450.000 per hari ditambah bonus boleh mengekspor minyak mentah sebesar 150 barrel per hari. Inilah yang membuat Dirut Pertamina, Karen Agustiasan, pernah mengancam meletakkan jabatan karena tidak tahan menghadapi tekanan Cikeas.
Keberhasilan Riza masuk dalam lingkaran rezim Cikeas, membuat ia leluasa mengatur orang nomor satu di Pertamina. Walaupun Reza dikenal sebagai orang yang rendah hati, namun siapapun pejabat di Pertamina yang melawan perintahnya, dipastikan akan terpental. Hal itu pernah dialami oleh Ari Soemarno, mantan Dirut Pertamina. Saat itu, Ari Soemarno berencana memindahkan Petral dari Singapura ke Batam. Riza tidak setuju dan menganggap rencana Ari Soemarno itu berbahaya. Ari Soemarno selanjutnya dipecat dari Dirut Pertamina.
Maka tak heran jika para pejabat di Pertamina termasuk Direktur Pertamina, akan ‘gemetar dan tunduk’ jika bertemu dengan sosok Riza. Bukti kehebatan Riza juga pernah dirasakan sendiri oleh Dahlan Iskan. Saat itu, Dahlan Iskan sangat bernafsu membubarkan Petral, memindahkan Petral ke Indonesia dan mencegah orang-orang yang menjadi boneka Riza, cs menjadi Direksi Pertamina.
Bahkan Dahlan Iskan sempat berjanji untuk mengalahkan BUMN Malaysia seperti Petronas dalam waktu dua tahun. Namun nafsu Dahlan itu kandas di tengah jalan karena ia takhluk dari Cikeas yang telah disusupi oleh Riza. Dia dengan cerdiknya semakin menusuk ke istana lewat Purnomo Yusgiantoro, Menteri ESDM dan Edhie Wibowo, adik Ny. Ani SBY, dan jelas melalui Hatta Rajasa, besan SBY.
Kedekatan Riza dengan Hatta Rajasa bisa dilihat dari kemesraan mereka pada Pilpres 2014 lalu. Saat itu Rizalah yang membiayai Obor Rakyat sebagai media partisan dan oportunitis untuk menaikkan popularitas Hatta Rajasa dan mendiskreditkan calon presiden Joko Widodo. Riza juga menggelontorkan puluhan miliar rupiah untuk membeli rumah Polonia di Jalan Cipinan Cempedak I nomor 29, Otista, Jakarta Timur sebagai markas tim pemenang pasangan calon presiden/wakil presiden Prabowo-Hatta.
Riza mengakuisisi Rumah Polonia melalui Majelis Dzikir SBY Nurrussalam Haji Harris Tahir. Dengan kekuatan bisnisnya, Riza juga mampu menghalang-halangi rencana pembangunan kilang pengolahan BBM dan perbaikan kilang-kilang minyak di Indonesia yang memang sudah uzur.
Sebagai contoh, penyelesaian PT TPPI Tuban yang mangkrak dengan kerugian besar negara, disebut-sebut karena pengaruh Riza. Global Energy Resources, induk perusahaan Riza pernah diusut karena temuan penyimpangan laporan penawaran minyak impor ke Pertamina. Tetapi kasus itu hilang tak berbekas dan para penyidiknya diam tak bersuara. Kasus ditutup. Padahal kasus itu hanya sebagian kecil saja.
Di Singapura, nama Riza juga sangat mentereng. Di sana nama Riza amat dikenal oleh semua pengusaha minyak Singapura sebagai pengusaha yang hebat. Tak seorangpun pengusaha minyak di Singapura yang tidak mengenal Riza. Semua pengusaha minyak di Singapura tak berani melawan Riza. Kehebatan Riza tergambar dari cara ia bermain, dimana separuh impor minyak Indonesia Riza kuasai. Bisa dikatakan bahwa Riza merupakan sosok yang membuat Indonesia sangat tergantung dari import BBM.
Karena kehebatannya itulah, maka di negeri Singa, Riza dijuluki sebagai ‘The Gasoline Godfather’ di Singapura. Disebut demikian karena kepiawainya dalam mengurusi tender-tender pengadaan minyak. Riza juga kerap disebut sebagai mafia yang mengatur pat gullipat penjualan minyak impor lewat gurita bisnisnya di Siinngapura, Global Energy Resources.
Perusahaan Riza inilah yang memasok pengadaan minyak mentah untuk Pertamina lewat Petral. Dalam menjalankan gurita bisnisnya, Reza memiliki lima anak perusahaan lainnya, yaitu Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petroleum. Di Indonesia, Riza dikenal sebagai pengusaha kaya raya. Selain perusahaan minyak, Riza diketahui memiliki banyak usaha lainnya.
Riza disebut sebagai pemilik dari Pacific Place, yang di dalamnya ada tempat hiburan anak Kidzania, sebuah mall elit di Jantung Jakarta, di samping beberapa property elit lainnya. Ia juga mengantongi konsesi beberapa tambang dan perkebunan besar yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Riza juga memiliki saham 51% di maskapai Air Asia Indonesia, lewat PT Fersindo. Itulah secuil kehebatan Riza.
Seorang pengusaha yang mampu menusuk masuk ke jantung para elit negeri ini. Dengan kekuatan uangnya, Riza mampu mempengaruhi segala kebijakan para elit baik di legislatif, yudikatif maupun eksekutif di negeri ini. Celakanya, para elit negeri ini sangat gampang disogok, disuap, diiming-iming dengan fasilitas agar menuruti kehendak para pengusaha. Para elit ini kemudian rela dan tega menjual negerinya hanya demi kepentingan pribadi dan keluarganya. Itulah Indonesia, negeri para koruptor.
[ mrbin / fb / bbcom ]